Nora baru saja selesai menghabiskan waktu dengan Sandy, lewat panggilan vidio. Dia juga sempat membereskan meja riasnya agar lebih rapi.
Nora menyeduh collagen rasa stoberi yang beberapa minggu ini di konsumsinya. Namun belum sempat menyentuh bibir mungilnya, pintu di buka dengan kasar tanpa permisi.
"Kampret! Untung belum gue minum, kalau nyebur, gue rugi. Mahal nih," protes Nora menatap kesal dia.
Namun bukannya merasa bersalah, dia malah mendekat lalu merampas gelas kaca itu dan membantingnya hingga menghasilkan bunyi yang nyaring. Nora tentu saja terkejut melihat tindakan tiba-tiba itu.
"Lo ngapain sih, ha!? Datang-datang ngamuk. Lo kalau ada masalah sama gue bilang tapi jangan buang minuman gue, bangsat!" pekik Nora tak terima atas apa yang dilakukan Nio padanya.
"Gue kira lo udah berubah, ternyata salah. Lo malah tambah licik, picik!" tekannya dengan suara rendah. Mata merahnya masih terlihat yang menandakan jika dia habis menangis.
Nora terlihat heran dan bingung dengan perkataan Nio. "Maksud lo apa? Nggak usah ngatain gue kalau belum jelas masalahnya!"
Nio tertawa hambar saat mendengar perkataan Nora yang tidak terima. "Belum jelas masalahnya? Lo sadar nggak sih, lo udah bikin rumah gue pergi dari gue. Nia pergi dari gue itu semua gara-gara lo!"
"Dia salah apasih, ha? Segitunya lo benci sama dia, sampe lo lakuin cara kotor supaya dia minta putus sama gue!" bentak Nio menatap tajam Nora.
"Tunggu, tunggu Nia minta putus sama lo karena gue? Gue aja nggak tahu apa-apa dan sekarang lo nuduh gue!?" kini giliran Nora tertawa hambar.
"Nggak usah pura-pura lo sama gue. Gue tahu semua cara busuk lo sampai mau bikin perusahaan ayahnya bangkrut." ucap Nio, dia menatap Nora dengan kekecewaan. "Keterlaluan lo, baru kali ini gue kecewa banget sama lo. Gue benci lo yang notabenya adek kesayangan gue sendiri." ungkap Nio dengan suara rendah tapi jelas.
Nio pergi setelah mengucap hal itu yang menutup pintu dengan sangat kencang. Hingga membuat Nora terjingkat.
"Sepertinya ada yang gunain nama gue dan bikin hubungan gue sama Nio rusak. Tapi gue ngerasa bersalah pas lihat matanya. Gue harus cari jalan buat Nio nggak marah sama gue, plus bisa baikan sama Nia." monolog Nora bertekad.
"Mau tidur aja pakek di ajak mikir. Dasar Nio kampret!" gerutunya sedikit kesal setelahnya. Nora yang suka gonta-ganti mood membuatnya tidur dengan perasaan tidak tenang dan tidak nyenyak.
_______
Keesokan harinya, Nora berjalan dengan langkah gontai menuju kelas. Meski dia tidak mendapatkan mata panda, sejujurnya dia masih sangat mengantuk. Tadi malam dia tertidur jam dua malam.
Dari belakang Sandy mendekat lalu mengalungkan tangan di leher Nora. "Hai, lemes banget. Nggak sarapan atau gimana nih?"
"Berisik! Lepasin, berat tahu!" omel Nora memerintah tanpa memberontak hingga membuat Sandy mandiri untuk menurunkan tangannya.
"Gue mau ke kelas, lo nggak usah ngikutin." kata Nora pergi meninggalkan Sandy dan berhenti.
"Ada apa denganya? Perasaan kemarin happy-happy aja," monolognya pelan.
"Kenapa lo ngelamun di tengah jalan? Ganggu yang lainnya tahu," beber Marella datang, dia sempat menyelipkan anak rambut yang mengganggunya.
"Eh, sorry. Gue cabut dulu ya." kata Sandy meninggalkan Marella yang menyergit. "Lah?"
Tidak berpikir panjang, Marella sedikit cepat menuju kelasnya. Dia sudah merindukan kedua sahabatnya.
"Kenapa lo? Pagi-pagi murung gitu mukanya." tanya Marella duduk di dekat Nora. Marella sempat melihat tempat duduk Arumi yang masih kosong. "Rumi, belum datang ya?"
"Gue ada masalah sama kakak ke dua, kemarin tiba-tiba dia marah dan nuduh gue buat masalah lagi. Padahal gue nggak tahu apa-apa," cerita Nora dengan suara sedih.
Marella menatap intens Nora, "trus yang lo lakuin sekarang apa?" Nora mengangkat bahunya tak acuh. "Gue bingung mulainya dari mana."
"Gue punya ide, siapa tahu bisa bantu lo. Jadi gini, lo tanya sama aja yang terlibat masalah sama kakak lo. Mungkin dengan itu lo bisa tahu harus apa selanjutnya lo bertindak," usul Marella tampak sumringah memberikan ide itu.
"Kayaknya yang terlihat cuma gue, kakak gue sama pacarnya, Nia. Oke deh nanti gue bicara sama dia. Thanks idenya, lo baik banget mau ngasih ide," ucap Nora menyetujui ide dari Marella.
"Sans aja kali, kita kan sahabat, eh udah di anggap belum?" goda Marella cekikian sendiri.
"Lo sama Rumi itu sahabat gue." benah Nora. "Oh ya, kemarin lusa lo ke luar kota ya? Mana oleh-olehnya? Masa pergi nggak bawa apa-apa," lanjut Nora.
"Di mobil, gue bawa roti roll buat kalian. Nanti selepas pulang gue kasih," ucapnya sambil membenarkan kursinya.
Bel baru berbunyi bersamaan dengan Arumi datang. "Huh! Untung udah di kelas," gumannya.
"Lo bukannya datang bareng kakak Zafran. Kok bisa telat?" tanya Nora saat Arumi baru duduk dengan tenang. "Panjang ceritanya. Nanti gue ceritain di kantin."
"Oh ya, gue nyonto tugas Mtk dong. Kemarin ketiduran jadi nggak sempet kerjain," imbuhnya sambil menyengir lebar.
"Untung Mtk jam ke tiga jadi aman lo." Nora menyodorkan buku tulisnya pada Arumi. "Gue juga ya? Gue belum." cengir Marella mengangkat tangannya.
"Iye, lo contoin seluruh kelas juga boleh. Jawabannya sama." Sedetik kemudian kelas berseru senang.
Segera mendekat dan menconto. Sepertinya jam pertama kosong, dibuktukan dengan guru tidak datang dari lima belas menit yang lalu.
Nora sendiri di sibukkan dengan mendengar musik dari ponselnya lewat alat tanpa kabel. Menikmati sekali terbukti dengan bergeraknya kepala Nora.
"Katanya tadi ada masalah, eh sekarang enjoy banget." guman Marella tak habis pikir dengan sahabatnya itu.
"La, geseran dikit. Gue nggak kelihatan nih," desak Putri menyenggol sedikit Marella. "Ngak usah nyenggol segala. Lo kan bisa nyoto yang udah gue tulis, peak!"
"Tulisan lo kek ceker ayam! Nulis A kayak E," entah itu bisa di sebut hinaan atau tidak tapi Marella merasa tidak terima dan ingin menjedukkan kepala Putri saking gemes sama mulutnya.
"Jangan sampe lo beneran gue jedotin ke tembok!" gerutunya di tak acuh kan oleh Marella.
"Nggak usah ribut, kita free sampe jam ke tiga. Jadi santai, oke gaes?!" ucapan dari sang ketua kelas dapat meriuhkan kembali kondisi kelas.
Next>
NO REVISI
KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Historia CortaNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...