13. Kakak

1.1K 18 0
                                    

"Hapus! Hapus! Gue nggak suka lo foto alay kek gitu! Ketahuan jametnya!" ejek Sandy sambil berusaha mengambil hp dari tangan Nora. "Nggak! Bilang aja lo cemburu gue foto sama Bayu!"

"Siapa yang cemburu!" gereget Sandy memasang wajah merajuk.

Sandy mendatangi Nora sehari setelah kondangan. Untuk hari libur, jika tidak mereka akan debat di sekolah. Sandy datang sudah satu jam yang lalu. Tapi setengahnya Sandy hanya diam.

"Lo akui dulu, kalau lo cemburu! Baru gue hapus, mungkin," tawar Nora menyembunyikan hp di balik bajunya.

"Gue nggak cemburu Nora! Gue cuma nggak suka foto alay kek gitu, apalagi sama kutil kuda itu!" bantah Sandy bersikeras. "Kalau di lihat-lihat Bayu ganteng juga," puji Nora membuka hpnya dengan memegang sangat erat agar tidak mudah di rampas.

"Masih gantengan gue! Mata lo katarak kali sampe nggak bisa bedain mana yang lebih ganteng," cibir Sandy malah membuat Nora ikut tersurut kesal.

"Kasar mulutnya!" rajuk Nora melipat dadanya sambil melempar hpnya ke arah ranjang.

Sandy tentu saja mengambil kesempatan itu tapi sayangnya hp di kunci. "Sandinya apa?"

"Sandi apa? Lo nyebut nama sendiri?"

"Ck! Sandi hp bukan Sandy nama gue! Cepet kasih tau atau gue rusak sekalian," ancam Sandy bersiap melemparkannya. "Lo rusakin, lo ganti."

"Alah IP mah murah. Gue bisa beli satu pabrik buat lo," sombongnya. "Nggak butuh dari lo!" ketusnya.

"Nora, jangan nguji kesabaran gue!" tekan Sandy menatap Nora dengan tajam dan dasar. Nyali Nora tentu saja ciut, "nga-nggak usah gitu ngeliatinnya," cicit Nora.

"Sandinya apa?"

"Nama gue di balik," jawab Nora cepat. ia mendengus kesal karena kalah mengerjai Sandy. Dengan cepat, Sandy menghapus foto itu lalu meletakkan hp di nakas.

"Sekarang udah tenang. Gue mau pulang, capek ngomong sama lo yang susah dibilangin. Giliran di gertak takut," ejek Sandy tersenyum mengejek. Mengambil jangket dan kunci montornya.

"Lo kesini cuma mau ngapus foto?" tanya Nora dengan tidak percaya. "Iya, itu tujuan utama gue,"

"Tujuan lain?"

"Ngelepas rindu sama lo. Gue udah nggak rindu, tapi kalau nanti nggak tahu," ucapnya jujur malah membuat pipi Nora sedikit merah. "Nggak usah bercanda jawabnya. Mending lo ngajak gue jalan cari makanan atau kemana gitu," ucap Nora dengan menaik turunkan alisnya, berharap Sandy menyetujuinya.

"Nggak ah, males. Nanti duwit gue habis," tolak Sandy duduk di sofa single dengan kaki di silangkan. "Yah, lo mah. Nggak asik," rajuk Nora.

Nora diam sejenak, hingga kata Bayu terlintas di pikirannya. "Hm, mending gue ajak Bayu aja. Dia pasti mau, apalagi dia kan kaya dan derwaman. Nggak kayak pacar gue yang pelit!" sindir Nora dengan tegas.

"Nora! Awas lo kalau berani ngajak dia. Tinggal nama dia!" ancam Sandy menunjuk wajah Nora dengan tatapan tidak suka. "Siapa yang mulai? Lagian gue minta jajan nggak bakal bikin lo bangkrut,"

"Tapi kalau lo keseringan ya bisa bangkrut. Lo kira, anak bapak gue cuma gue? Sehingga seluruh nafkahnya dibagi dua doang? Enggak ya!" jelas Sandy. "Tapi lo anak bungsu. Kakak-kakak lo semua pada nikah dan nggak mungkin minta uang ke bapak lo,"

Sandy ingin sekali membantah tapi pernyataan Nora memang benar. Malah Bapaknya sering di kasih uang. "Lo menang. Mau kemana?"

"Yeee! Asik jajan!" gembira Nora meloncat-loncat dan berakhir memeluk Sandy dengan senang. Sandy? Tentu saja membalasnya.

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang