Di bawah lampu remang, Nora duduk sendiri. Dengan di temani makanan ciki-cikian yang dibeli selepas pulang. Nora takut gemuk lagi tapi melihat semua body keluarga membuat Nora kembali berpikir jika dirinya termasuk makan banyak tapi tetap kurus.
"Kerjaan gue kalau nggak makan ya tidur," monolognya sambil mengunyah jajannya.
Kepala Nora menoleh saat mendengar ada seseorang yang datang. Tempat darinya duduk tidak jauh tapi tetap saja dia tidak bisa melihat siapa tamu malam ini.
"Cowok? Mungkin temen kakak," gumannya kembali sibuk dengan jajannya.
"Yoi Munaroh!" pekik cowok itu berlari kecil mendekati Nora. "Nama gue Nora ya bukan Munaroh!" sunggut Nora tak suka.
"Ngapain lo malem-malem ke sini? Numpang tidur?"
"Enggak ya. Niatnya gue mau ngajak keluar bentar kakak lo tapi katanya mereka udah pergi duluan," Nora mengangguk menyetujui perkataan Bayu.
"Setengah jam yang lalu gue lihat mereka pergi buru-buru. Nggak tahu kemana." imbuh Nora. "Btw, lo mau kemana? Gue ikut dong. Suntuk gue di rumah,"
"Di sana banyak cowok, gue nggak mau ngajak cewek," tolak Bayu bersedekap dada dan memalingkan wajahnya.
"Gue nggak peduli. Gue ikut lo atau lo ikut gue," Bayu melirik Nora dengan kernyitan di dahinya.
"Gue ikut lo? Emang mau kemana?"
"Kondangan. Tadi gue pas pulang ada yang lagi hajatan mantu, gue mau kesana tapi nggak bisa. Posisinya tadi gue masih pakek seragam," ucap Nora tersenyum cerdik.
"Gila lo. Emang siapanya lo? Main datang ke acara orang aja," sunggut Bayu membuat Nora berdecak sebal.
"Udah diem, lo tadi nolak gue sekarang lo nggak bisa nolak ajakan gue. Ayo kita siap-siap, lo pinjem batik kakak gue," Nora menarik tangan Bayu untuk masuk kedalam rumah.
"Gue tunggu lima belas menit." Nora langsung pergi meninggalkan Bayu di depan kamar kakaknya. Dia juga harus bersiap-siap.
Bayu cukup mengagumi Nora yang mengenakan gaun warna biru muda dengan bintang kecil menghiasi sekujur gaun. Rambutnya di biarkan tergerai dengan memberikan sedikit volume. Sempurna, sangat sempurna.
"Gimana penampilan gue? Nggak terlalu heboh kan?" tanya Nora menutar tubuhnya agar Bayu bisa menilai.
"Bagus. Kalau gue?" tanya Bayu ikut memutarkan tubuh tegapnya. "Keren. Kita kaya couplean, pakek nuasa biru muda gitu. Lucu," lanjut Nora menarik lembut tangan Bayu untuk segera meninggalkan rumahnya.
"Keburu malam nanti makanannya pada habis. Jangan lupa juga, bawa amplop isi uang," cerewet Nora. "Lo juga, jangan malu-maluin."
Mereka pergi ke kondangan orang dengan pede. Nora tersenyum saat memasuki sebuah pesta kondangan sedikit mengganggu jalan besar. Tempatnya bukan di gedung jadi maklum.
Nora juga mengambil makanan yang di sodorkan kepadanya. Rawon. Begitu pula dengan Bayu. "Terima kasih,"
Mereka kemudian duduk di barisan dekat dekor pengantin. Nora jadi bisa melihat cantiknya pengantin perempuan. "Full senyum sebelum full desah,"
"Heh mulut lo. Udah di bilang jangan malu-maluin malah ngomong kek gitu," omel Bayu mendelikan mata pada Nora yang menyengir.
"Gue sama apa? Gue cuma ngomong jujur." bela dirinya sendiri.
"Buruan habisin, gue udah malu di sini. Mana banyak orang ngeliatin kesini lagi. Nyesel gue ikut lo," gerutu Bayu.
Mungkin saudara mempelai pria.
Oh mungkin saudara mempelai wanita.
Cantik dan ganteng ya.
Cocok tapi kayak anak masih SMA.
________
"Lo ngapain bawa dia kesini?" tanya Nio menatap tak suka Nora yang tengah duduk anteng di samping Bayu.
"Lo nyuruh gue buruan kesini dan posisinya gue sama Nora. Terpaksa gue ajak dia, lagian dia juga ngotot ikut," jelas Bayu melirik sekilas Nora.
"Baju lo rapi, habis kondangan?" Tanya Fania, ratunya dari tiga cowok populer HIS.
Bayu mengangguk pelan. "Diajak Nora. Gue sampe heran kok bisa kepikiran kek gitu. Kerasa banget bukan Nora di samping gue, kek orang lain di raganya,"
"Nora yang gue kenal tuh, irit bicara tapi nggak kalau sama kakak kembarnya. Suka nempel kek prangko walaupun dipaksa ngejauh," lanjut Bayu membuat Nora diam-diam mengerti sedikit mengenai Nora asli.
"Skip, kita sekarang bukan saatnya bahas itu. Tujuan kita manggil lo, untuk memberitahu tentang balapan liar yang biasa diadain setengah tahun sekali. Dari kita siapa yang kan mewakili?" tanya Nio setelah berbicara panjang lebar.
Dasarnya Nora nggak minat mendengarkan. Dia sibuk menghabiskan jajan kondangan. Tadi dia membawa satu kresek penuh dan tidak malunya menenteng dengan pede. Di sana Bayu hanya bisa menutup wajah karena menahan malu.
"Gue, kali ini gue yang akan maju," sahut Zafran. Dia menyalakan rokoknya hingga asapnya mengalihkan perhatian Nora.
"Wo! Kakak ngrokok? Gue cepuin ke mama papa," kata Nora mengabadikan momen itu dengan jelas. "Nggak takut."
"Lihat saja besok pagi, pasti akan ada buum di rumah," Nora tersenyum jahat sebelum kembali makan. "Sudah biarkan dia, hanya membual tidak jelas."
"Gue denger dari anak-anak bakal ada murid baru. Kalian tahu siapa dia? Ayo tebak," desak Fania menggoyangkan paha Nio dengan pandangan keseluruh orang.
"Gue males tebak-tebakan. Kalau lo tahu langsung kasih tahu aja," ungkap Bayu mengambilkan satu biskuit dari Nira hingga membuatnya kusut.
"Nggak asik lo, Bay. Tapi nggak papa gue bakal kasih tahu lo pada," Fania memberikan tatapan misteri. "Kalian ingat Sandy?"
"Sandiaga Uno?" tebak Nora.
"Ck! Gila aja lo, masa mentri negara mau masuk sekolah lagi. Dasar cewek ngawor!" sunggut Bayu merasa kesal dengan jawaban Nora yang tidak pantas.
"Gue cuma nebak. Lo napa sensi amat sih? Pms? Mau gue beliin roti jepang buat lo?"
"Nggak lucu. Diem lo!" Nora memutar mata dengan malas, cowok satu ini memiliki mood yang berbeda-beda.
"Bukan mentri. Tapi dia adalah salah satu musuh bebuyutan kita. Sudah tiga tahun kita bermusuhan dengan circle dia," jelas Fania. "Denger tuh!"
"Iya gue dengar tapi jangan ngengas juga! Kuping gue nggak budeg!" ketus Nora merasa kesal sendiri dengan Bayu.
"Bakal seru kalau ada dua kubungan harimau di satu kandang." guman Zafran bersenyum smrik.
Next>
NO REVISI
KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Short StoryNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...