10. Quality Time

563 10 0
                                    

Beberapa hari setelah Bagas dan Arumi putus, mereka menjadi canggung. Apalagi sekarang Bagas sangat menghindari Arumi. Perlu diakui Bagas semakin giat dalam pembelajaran tapi saat Arumi diberi penanggung jawaban Bagas sangat cepat mengerjakan.

Entah benar atau salah yang penting mengumpulkan dan hal itu tidak diberikam langsung tapi lewat perantara. Bagas melakukan itu agar menghilangkan rasa sukanya pada Arumi. Meski sulit Bagas tetap mencobanya.

Arumi sendiri merasa aneh tapi berusaha terlihat biasa saja. Menampilkan wajah garang saat teman-temannya belum menyelesaikan tugas.

"Lo bukannya ngerjain malah ngegame mulu! Lo ngerjain atau gue sita!" ancam Arumi pada Nora. Dengan alis berkerut Nora menjawab, "bentar, janji deh langsung ngerjain kalau udah ini selesai."

"Nggak percaya janji busuk lo. Cepet lo matiin dan kerjain. Gue balik lo harus udah nulis jawabannya," titah Arumi. "Iya, iya bawel."

Arumi pergi meninggalkan Nora untuk mengurus tugas teman yang lain. Arumi melakukannya dengan adil, tidak Nora saja yang di perhatikan. Sekilas Arumi melirik Bagas yang asik ngegame bersama teman-temannya.

"Rum, gue udah selesai. Gue mau ke kantin dan jangan larang-larang gue, bay!" Salsa temannya pergi bersama temannya ke kantin tanpa memberi Arumi kesempatan menjawab.

"Rum! Ayok kantin gue laper!" teriak Nora berdiri diatas kursi lalu menepuk-nepuk perut ratanya. "Ngerjain baru lo bisa istirahat,"

"Wah parah lo! Bisa mati gue kalau nggak makan, pokoknya jadi mati lo, gue gentayangin!" ketus Nora merasa kesal dengan Arumi. Dengan cepat mengambil bolpoin dan menulis salinan dari Arumi.

Kurang baik mana lagi coba? Udah nggak mikir, tinggal nyalin. Itupun masih di protes Nora. Dasar tidak tahu diuntung.

Beberapa menit kemudian, Sandy datang dengan membawa makanan. Duduk di samping Nora yang sibuk nulis sampai tidak menyadari kedatangannya.

"Serius amat nulisnya. Mau di bantu nggak?" tawar Sandy membuat Nora menoleh.

Nora menggeser kasar buku dan makanan hingga berbeda hadapan. "Thanks. Lo yang terbaik, tahu kalau gue ini lagi kelaperan," puji Nora tersenyum cerah dan Sandy terkekeh sambil merapikan anak rambut Nora.

"Kalau bukan gue siapa lagi?" Nora hanya berguman tidak jelas. Dia sibuk makan.

________

"Nyebelin banget lo! Masa ngajak gue cuma di suruh bersih-bersih! Lo kira gue ini pembantu apa?!" protes Nora berkacak pinggang saat Sandy dengan santainya menyodorkan sapu.

"Quality time, Ayang!" benah Sandy meninggalkan Sandy. Dia juga membersihkan apartemennya.

"Quality time-quality time mata you!" umpat Nora mulai menyapu dengan kasar. "Iya alapyou too, Ayang!" balas Sandy dari dapur.

"Yang bersih, nanti gue traktir jajan sekalian ngantar lo pulang!" ucap Sandy membuat Nora tersenyum cerah. "Awas lo boong, gue potong burung lo!" ancam Nora.

Mereka mengerjakan dengan santai, sesekali Sandy meledek Nora hingga membuatnya sering merasa kesal. Tapi Sandy mengindar. Nora dengan ekstra sabar saat Sandy benar-benat mengujinya.

"Sandy! Lo bener-bener ya! Ini gue lagi ngepel jangan sampe lo, gue sumpahin kepleset di sini!" teriak Nora geram sendiri. Pasalnya Sandy terus berlari ke sana kemari menggunakan sandal yang kotor.

"Nggak bakal, wle! Kan pakek sandal!" ledek Sandy menggoyangkan pinggangnya saat di hadapan Nora.

Dengan kesal Nora melempar gagang pel itu ke lantai. Meninggalkan Sandy yang terkekeh melihat kekesalan Nora. Namun selanjutnya Sandy sendiri yang melanjutkan ngepelnya.

Jam berlalu dengan cepat, sekarang mereka duduk di balkon dengan pemandangan kota yang indah. Lampu kota yang menghiasi membuat keduanya merasa kehilangan rasa lelah setelah membereskan apartemen Sandy.

"Kok gue baru sadar kalau pemandangan kota di malam lebih indah di lihat dari sini," ungkap Nora membuat Sandy menoleh.

"Lo terlalu sibuk dengan luka lo sendiri sampai alam sekitar nggak pernah lo lihat. Padahal mereka datang untuk menghibur lelah bukan hanya menjadi kisah semata dalam hidup lo," sahut Sandy. Nora menyergit heran dengan perkataan Sandy. Seolah dia mengenalnya dengan baik.

"Luka? Maksud lo?" tanya Nora meminum minuman bermerek pocarri yang tadi ada di kulkas Sandy. Restok banyak cowok itu.

Sandy diam sesaat, "lupain. Gue bersyukur kalau lo bisa lupa, setidaknya lo bisa fokus sama masa depan. Apalagi gue,"

"Wuhek! Masa depan gue bukan tentang lo doang. Masih jauh, jangan di gambarkan sekarang. Takut nggak sesuai ekspetasi," ucap Nora menyandarkan kepala di bahu Sandy.

"Takut kehilangan gue atau apa nih?" goda Sandy melingkarkan kedua tangannya dan mengukung Nora. Kemudian, menggoyangkan dengan kayak seperti anak kecil sedang berpelukan.

"Lepasin! Sesek gue!" pekik Nora berusaha melepaskan diri. "Sesek atau seneng!?"

Sandy malah berdiri tanpa melepaskan kunkungan lalu memutar tubuhnya sampai kaki Nora melayang. "Aaa! Lepasin! Kepala gue lepas lo! Lo orang pertama gue gentayangin!"

Sandy tertawa dengan lepas, sedangkan Nora tersiksa. Bagi Sandy, Nora adalah tawa dan sukanya. Jadi menurutnya hanya dialah yang dapat memberikan kebahagian di dunia. Ini.

"Gimana keadaan Lusi?" tanya Sandy setelah melepaskan Nora. Mereka duduk seperti tadi.

"Baik. Oh ya, makasih hadiahnya. Gue sukak benget! Gue janji, gue bakal rawat dia dengan baik," janji Nora tersenyum lebar. Sandy mencolek hidung Nora karena kegemesan. "Kita rawat bareng-bareng, cuma sekarang sama lo dulu,"  Nora hanya mengangguk sekilas.

"Ayo ke supermarket. Katanya mau jajan," ajak Sandy membuat Nora berdiri lalu mengikutinya. "Pakek jaket, baju lo tipis,"

"Tapi nggak merawang kan?" Sandy diam sesaat lalu memurunkan pandangannya. Dengan reflek Nora menutup kedua buah dada. "Gue lihat perut lo bukan yang lo pikirin! Gue nggak napsu sama modelan tepos,"

"Wah! Gue bukak semua, kaget lo!" kesal Nora memalingkan wajah sambil bersedekap dada. Sandy tertawa lalu berlari untuk memeluk Nora.

"Lo gemes banget sih!" kata Sandy memeluk Nora dengan sangat erat. "Lo kegemesan! Gue bisa bener-bener mata karena lo!" bentak Nora memukul lengan Sandy yang mengalung di lehernya.

"Nggak malu, lo gemes sih!" rengek Sandy.

"Argh!!! Makin gemes!" imbuhnya dengan menggoyangkan tubuh keduanya.

"Sandy!!!!" teriak Nora tepat di samping telinga. Hingga reflek terlepas.

"Telinga gue sakit," adu Sandy menggosok kasar telinganya. "Ututu, sini sayang-sayang," Nora mendekat. Sedangkan Sandy dengan senang hati ikut mendekat.

"RASAIN AHAHAHAHA!!" tawa Nora menggelegar ke seluruh sudut apartemen. Sandy diam-diam tersenyum sambil menggosok telinganya.

Next>

NO REVISI

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang