Baru saja keluar dari dalam kelas, tangan Nora sudah ditarik paksa. Tidak karas namun tetap saja itu tidak sopan.
Melihat yang menariknya, membuat Nora mendengus. "Jangan ditarik tangan gue," ucap Nora menepisnya sedikit kasar.
"Lo nggak suka? Gue kan cuma narik lo dari gerombolan anak lain pada pulang. Gue juga takut lo jatuh karena terdesak," ucapnya memberi alasan. "Gue bukan anak kecil."
Sandy tersenyum, lalu mengandeng lengan Nora dan menuntunnya jalan. "Hari ini ke apart gue ya? Lo kan udah lama nggak kesana, gue kangen lo." ungkap Sandy besandar sesaar di bahu Nora.
"Oke, tapi beliin gue seblak sesuai janji lo tadi," beri syarat Nora langsung di angguki. "Gampang itu. Pokoknya kalau masih di bawah seratus ribu gue bisa kasih,"
"Sekarang lo miskin ya? Masa jajan aja dibatasi," ucap Nora sedikit mengejek. "Lo ingetkan syarat kita pacara apa?"
"Iya inget, selagi gue punya uang buat jajan lo aman kok. Gue nggak miskin cuma nggak punya kemasokan uang selain dari Mama. Papa gue ada problem sama gue mangkanya uang jajan di tarik," jelas Sandy memberikan helm pink pada Nora.
"Masalah? Mau cerita nggak? Siapa tahu mau bantu," tawar Nora. "Belum waktunya lo tahu. Nanti aja sambil nunggu gue siap,"
Nora tersenyum, tangannya terulur untuk merapikan rambut Sandy. "Gue ikut mau lo aja. Gue nggak mau bikin lo kepikiran panjang yang bisa bikin sakit. Yang repot nanti gue,"
Sandy tertawa mendengarnya, "siap ndan!"
Mereka naik montor zario putih. Nora melihat body montornya dengan sedikit raut bertanya. "Lo ganti montor?"
"Bukan montor gue. Montor gede gue gadain trus gue sewa montor ini. Murak kok jadi nggak rugi-rugi amat," jelas Sandy. "Lo nggak papakan naik montor ini? Takutnya lo gensi."
"Montornya masih layak pakai, ngapain gengsi. Tapi gue mau lo ngambil montor lo, lo masih punya gue kalau nggak punya uang kan bisa pinjem gue. Nggak harus ngorbanin montor kesayanhan lo," omel Nora sedikit keras karena montor sudah berjalan.
"Nggak, gue malu kalau harus minjam lo. Gue cowok dan lo cewek gue, sebagai seorang cowok mau ditaruh mana muka gue kalau harus minjam cewek," mendengar celotehan Sandy tak berguna membuatnya menelonyor kepala Sandy.
"Gengsian lo. Pokoknya gue nggak mau tahu, lo ambil montor dari uang gue. Atau kita putus," telak Nora mutlak.
"Yah jangan dong. Masa putus, lo nggak sayang dan cinta gue? Jahat lo, cinta gue bertepuk sebeluh tangan," keluh Sandy. "Ya mangkanya dengerin kata-kata gue. Ngerti nggak?"
"Iya-iya ngerti, Yang."
"Yang-yang, kuyang apa."
"Berisik, gue tumbuk juga pala lo." Sandy menghela napas pelan. Lebih baik fokus menyetir daripada harus berdebat dengan cewek.
_________
Sandy membuka pintu apartemennya. Kondisi yang tidak bisa dikatakan baik membuat Nora mendengus. "Pantes lo ngajak kesini. Pasti lo mau ngebabuin gue, iya kan?" tudungnya.
"Bukan ngebabuin tapi kira rutinan bersihin apartemen gue," Nora mendengus lagi. "Sama aja! Kesel gue sama lo. Masa tempat sendiri nggak diurusin. Terus gantungin gue," omelnya.
"Ya maaf, kan kerja bareng lebih seru dibanding kerja sendiri," cicit Sandy meninggalkan Nora yang sedang berkacak pinggang. "Kemana lo?"
"Ganti baju, Yang. Sekalian ngambilin mangkuk buat lo," Nora berguman tidak jelas dan membiarkan Sandy melanjutkan langkahnya.
Setengah jam berlalu, Sandy datang dengan badan lebih fress dan bertepatan Nora menyelesaikan makannya. "Lo mandi? Katanya cuma ganti baju,"
"Sekalian tadi. Di kamar gue udah beberes dikit, tinggal nyuci baju." Nora mengangguk sekali. "Kalau udah selesai, lo sekalian nyuci piring," lagi-lagi di jawab hanya anggukan.
Setelah Sandy pergi, Nora beranjak. Sedikit menjauh dari meja untuk meletakkan sesuatu yang bisa menjangkau seluruh ruangan utama apartemen.
"Nah, sesekali nunjukin kebersamaan lewat publik. Ya walaupun kesannya kek pasutri." monolog Nora
Nora mengambil mangkuk dan segera mencucinya dan Sandy mencuci baju. Jika Nora menyapu maka Sandy mengepel. Pengerjaan dengan saling kerja sama akan membuatnya lebih cepat selesai.
"San, lo punya perpustakaan nggak sih? Sejak awal gue kesini gue nggak pernah lihat tapi lo punya banyak buku yang nggak selalu bertebaran di atas nakas," tanya Nora sambil merapikan buku dan vas yang berada di atas nakas.
Sandy berhenti mengepel lalu mendesah lelah. Menatap Nora sekilas, "punya cuma rahasia. Nggak ada yang tahu dimana perpustakaan gue selain gue sama kakak pertama gue. Soalnya dia yang ngasih apartemen ini buat hadiah," jelas Sandy membuat Nora menoleh sekilas.
"Pakek rahasiaan segala. Emang ada apa isinya selain buku? Lo punya ada sampai keluarga atau gue nggak boleh tahu," kepo Nora meletakkan buku di meja yang akan dipindah sendiri oleh Sandy.
"Nanti gue kasih tahu. Kalau lo udah jadi istri gue," Nora mengerutkan kening tidak terima. "Lama! Itupun kalau kita jodoh, kalau enggak bisa mati penasaan gue!"
Sandy tertawa, dia menyandarkan alat pel di sofa lalu mendekati Nora. "Jodoh nggak jodoh itu bisa jadi di tangan kita. Selagi kita nyakin, kemungkinan besar pasti jodoh. Lo percayakan sama ucapan gue?"
"Gue bakal percaya kalau itu benar terjadi." ketus Nora memalingkan wajahnya. Sandy memeluk hangat Nora mencurahkan kelembutan agar Nora tahu betapa besar cintanya pada sang kasih.
"Jangan pernah ninggalin gue, Ra. Selain keluarga, gue nggak punya siapa-siapa. Lo rumah gue, bukan tempat wisata yang cuma disinggahi sebentar," ungkap Sandy.
"Tapi tempat wisata rame," bantah Nora. Meski begitu dia membalas pelukan itu.
"Sesaat, kayak taman kota. Awalnya ramai lama-lama juga sepi." Nora memgangguk membenarkan ucapan Sandy.
"Udah, lanjutin dulu baru kita lanjut ngobrolnya. Gue bentar lagi selesai, tinggal nyimpen buku di kamar." Sandy melepaskan pelukan itu lalu membawa buku ke dalam kamarnya.
Nora membereskan sisanya. Kemudian mengambil barang yang sejak awal merekam kegiatan mereka. "Lo ngapain?" tanya Sandy.
"Tadi gue pasang selang waktu. Trus gue post di IG. Sesekali pamer pacar, kan lo cuma muncul di story gue bukan di home." Sandy terkekeh pelan.
"Gue juga mau, nanti kirim ya?" Nora mengangguk semangat dan mengacungkan jempolnya.
Nora bersama Sandy duduk di balkom sambil mengedit vidio tadi. Butuh kurang dari lima menit vidio itu jadi karena menggunakan aplikasi tambahan. Tinggal pasang templat jadi deh.
"Post bareng, Yang." Nora bergerak cepat untuk mengirim vido itu terlebih dahulu baru membuka akun instagramnya.
Nora mengunggahnya dan selang beberapa menit langsung di serbu ratusan like dan komentar. "Followers lo banyak juga," ungkap Sandy.
"Lo lebih banyak." Sandy tertawa melihat respon sedikit kesal Nora.
Sedangkan disisi lain, seseorang yang baru saja melihat postingan itu terbakar api cemburu. Bahkan dia tak segan-segan melempar ponsel kamera tiga boba itu ke lantai.
"Gue harus bergerak cepat buat misahan mereka. Sandy cuma milik gue, bukan Nora." gerutunya sebelum berteriak kesal.
NEXT>
NO REVISI

KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Kısa HikayeNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...