38. Sepintas Kenangan

214 1 0
                                    

Seorang gadis cantik berlari sambil tertawa menghindarinya. Tawa itu begitu candu sampai membuat langkahnya jadi ringan saat mengejarnya.

"Ayo tangkap gue!" serunya di sela-sela tawanya. Saking senangnya di kejar, gadis itu tidak melihat sebuah tiang listrik di depannya.

"Aduh!" pekiknya mengaduh kesakitan. Tidak bisa membayangkan sesakit apa? Tulang vs besi.

Dia terhuyung kebelakang hingga terduduk. Mata bening itu mulai berkaca-kaca. "Sakit banget!" Adunya.

"Kualat," ledek Sandy mengelus lembut kening Nora. Dia tidak tega tapi tidak bisa menahan tawanya. "Ngak usah ketawa! Gue lagi kesakitan juga!" omel Nora.

"Iya iya. Sekarang berdiri, kening lo merah. Harus segera di kompres takutnya tambah besar." Sandy mengangkat Nora dari sela-sela ketiaknya. Membiarkan Nora menggerutu tidak jelas.

"Mau es potong!" ucap Nora melihat segerobak es potong dari kejauhan. "Gue males kesana. Kapan-kapan aja belinya,"

"Ngak mau! Maunya sekarang. Lo beliin atau gue sendiri?" Sandy hanya menghela napas kasar. "Oke-oke! Lo balik biar gue kesana. Makin siang kulit lo jadi merah,"

Nora mengangkat kedua lengannya lalu menyengir lebar. "Lo manfaat banget buat gue." Nora tertawa setelah mengucapkan pujian itu atau sebuha ejekan? "Gue kesana. Jangan lupa es nya yang banyak!"

Sandy menyodorkan sepotong es pada Nora. Dapat terlihat cengiran manisnya yang membuat Sandy ikut tersenyum. "Kenapa sih lo dibilangin bandel banget?"

Dengan gerutunya setiap jalan Sandy masuk kedalam penginapan. Sedangkan Nora terkekeh gemes. "Sepeduli itu lo sama gue dan seberuntung itu gue dapat lo." ungkapnya pelan.

Sandy datang kembali dengan membawa satu wadah besi berisi sedikit air dan es batu, tidak lupa kain kecil. "Hadap sini, biar gue kompres kening lo," titah Sandy langsung dituruti.

Nora menatap Sandy dengan sedikit mendongak, terkadang dia menyengir saat melihat wajah serius Sandy. "Ganteng."

"Siapa?"

"Kamu."

Blus

Nora memujinya.

Nora? Memujinya.

"Kenapa diem? Gue ngomong jujur. Lo ganteng cuma kadang ketutup sama petakilan lo waktu sama gue. Lo tahu, kalau sama orang lain lo itu selalu cuek dan ngak se-humble sama gue, itu malah kelihatan ganteng banget. Iri gue," ungkap Nora mencibik kesal.

Cup

Sandy mencium pipinya??

"Ngapain iri, hm? Gue bisa tapi gue ngak bisa nahan kegemesan gue sama lo. Lo bikin dunia gue bener-bener berwarna. Jadi jangan iri hanya karena perbedaan cara perlakuan gue ke lo atau gue ke orang lain," jelas Sandy selesai mengompres kening Nora.

Keningnya sudah tidak semerah tadi, begitupun kulitnya.

"Ya tapikan itu malah bikin semua orang jadi tambah suka sama lo. Gue ngak suka. Harusnya lo judes, galak, julid, sombong, pokoknya sikap buruk harus ditunjukin biar cewe gatel bisa ifeel sama lo," ungkap Nora selama ini dipendam.

"Mereka ngak bakal mungkin ifeel sama gue," sahut Sandy membuat Nora menyergit. "Mereka bakal semakin liar. Semua ngak ada yang takut, karena katanya ketampanan gue nambah terus kalau marah," lanjutnya langsung mendapat pukulan dada dari Nora.

"Belagu!" cibir Nora menyandarkan kepalanya di dada Sandy.

"Gue sayang banget sama lo, Ra." ungkap Sandy.

"Gue tahu."

"Kalau lo ke gue gimana? Sayang ngak?"

"Iya,"

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang