33. Empat Mata

159 1 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, Nora bersama dua temannya sudah duduk di Kantin. Tetapi Nora tampak serius dengan ponselnya sebelum meletakkannya sedikit kasar.

"Kenapa lo? Ada masalah, serius banget muka kek mau di seriusin," ucap Marella sedikit memberi lelucon.

"Jangan sampe lo gue lempar golok kalau ngomong macem-macem!" ancam Nora melipat kedua tangannya dengan tampang kesal.

"Gue bercanda elah. Serius amat," ungkapnya tidak di hirau.

Makanan pesanan mereka datang, Nora menarik piring putih berisi ayam geprek itu. Dan ingin mengambil minumannya sebelum di trobos oleh seseorang.

"Gue haus," ucapnya sebelum minum.

Nora hanya mengangguk kecil, membiarkan dia duduk di sampingnya. "Bantuin habisin, ya?"

"Tumben, biasanya nggak mau berbagi," ucapnya ingin mencomot kulit ayam tapi di tepis kasar. "Aw... kok di pukul sih? Katanya bantuin makan,"

"Jangan kulitnya, gue paling suka sama bagian itu," jelas Nora kembali fokus makanan.

"Kalau kulit gue suka nggak?"

"Apaan sih ngomongnya jorok tahu!" sahut Nora saat melihat kedua temannya cekikian tidak jelas.

"Nggak jorok, Beb. Tapi kayaknya lo suka, dulu waktu lo nginep di apart gue, pas tidur lo suka gigit lengan gue," ungkapnya membuat Nora malu terbukti dari wajahnya berubah.

"Ih! Boong!" bantah Nora.

"Lah nggak percaya, gue sebelum tidur kalau ada lo selalu gue ninabobo lo dulu. Nah pas tidur beneran tidur, lo bakal cari tangan gue buat di gigit," ungkapnya lagi.

"Gila! Lo  kanibal, Ra?" sahut Marella seolah percaya dengan yang di ucapkan Sandy.

"Boong! Gue tidurnya slay dan anggunly ya!" Nora tetap membantah.

Kemudian, Nora meletakkan piringnya di depan Sandy. Meminum beberapa tegukan sebelum berdiri.

"Gue cabut dulu, ada hal pengen. Nanti kalau gue belum balik pas bel, tolong bilangin gue ijin bentar," ucapnya mengambil ponselnya lalu pergi tanpa menunggu jawaban.

"Yah kok di tinggalin." guman Sandy meletakkan piringnya kembali. Ingatnya ingin memhabiskan makanannya tapi melihat Nora pergi jadi tidak napsu.

"Habisin, San masih sisa banyak tuh. Jangan mubazir," ucap Marella menunjukkan piring Nora dengan delikan matanya.

"Nggak napsu. Gue cabut dulu," Sandy pergi meninggalkan meja mereka.

"Beruntung banget nggak sih, Nora. Walaupun terlihat nggak ada tampang pacarannya tapi ketulusan dan kesetiannnya ada. Contoh ini tadi, Nora pergi eh Sandy juga pergi. Kesannya nggak mau deket sama cewek lain selain ceweknya sendiri," ungkap Arumi hanya di balas gumanan kecil oleh Marella.

"Gue sampai iri."

"Apa? Lo iri?"

"Bu-bukan maksud yang kayak di pikiran lo! Gue kan udah lama menjomblo, nah gue iri. Mau juga punya pacar," jelas Marella sedikit gelagapan takut salah paham.

"Mangkanya cari!" ejek Arumi. "Halah emang lo punya?"

"Ya-ya enggak sih. Tapi kan gue punya HST," ucapnya.

"HTS apa HTS?"

"Sama aja ngapain di ulang."

"Beda, yang pertama artinya Hanya Sebatas Teman," kata Marella. "Kalau yang satunya?"

"Hubungan Tanpa Status." setelah mengatakan hal itu Marella tertawa kencang sambil meninggalkan kantin saat wajah Arumi ingin mengamuk.

Bertepatan saat Arumi ingin mengecar seseorang menyekal tangannya lembut. "Mau kemana?"

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang