17. Potek Hati

265 3 0
                                    

Nora menatap luar kelas dengan pandangan tidak bisa di tebak. Bahkan Arumi di sampingnya tampak tak acuh sebab saling memikirkan masalah di kedunianya.

Raut wajah Nora menekuk jelas, persis seperti orang mau marah. Hingga tubuhnya reflek bangun dengan kasar. "Ijin ke toilet!" ucapnya tegas dan jelas. Meninggalkan kelas dengan kaki di hentak-hentakkan.

"Argh! Awas lo tukang cafer sekolah!!" teriak Nora setelah keluar dari kelas dan semua isi kelas yang dapat mendengarnya di buat heran.

"Ish! Sebel banget sama Dodot! Mana mau aja di ajak foto! Gue aja ceweknya nggak pernah diajak kek gitu!" gerutu Nora terus berjalan sampai ke taman belakang.

Nora duduk disana sambil menekuk kedua lututnya dibawah pohon mangga. "Kenapa gue jadi nggak suka kalau dia dideketin sama cewek lain? Apa gue suka sama dia?" ucapnya terbata-bata dalam menangisnya.

Cukup lama Nora duduk dalam posisi itu. Sampe jam istirahat. "Gue kira lo bakal pergi eh taunya malah tetep duduk pakek nangis lagi," ucap seseorang muncul dari atas pohon.

Kakinya menahan agar tubuh yang digantung tidak jatuh. Nora mendongak dan berteriak karena kaget. "Anjing lo!" Nora memukul kepala itu hingga tubuh kembali ke atas.

"Heh! Lo kasar pakek banget! Mana mukul wajah tampan rupawan gue lagi!" kesalnya mengerucutkan bibirnya sambil mengelus wajahnya yang sedikit sakit.

"Salah lo sendiri ngagetin gue!" sahut Nora pergi dari sana. Meninggalkan cowok itu yang masih sebal karenanya.

Nora pergi ke kantin, mengisi perut yang sudah habis karena emosionalnya. Dengan rakus, Nora melahap satu paket ayam geprek dan beberapa cemilan lainnya.

"Hai Ayang!" sapa Sandy duduk di samping Nora lalu mengalungkan tangan di bahu sang kasih. Sayangnya di tepis kasar oleh Nora yang langsung pindah posisi.

"Nggak usah deket-deket gue, lo! Gue marah sama lo!" ucap Nora menyembunyikan wajah sebabnya.

"Marah kenapa? Perasaan tadi baik-baik waktu ketemu," tanya Sandy ingin mendekat tapi seseorang datang menggangu mereka.

"San, gue mau minta tolong. Besok kelas sebelah nggak bisa jadi petugas upacara. Lo bisa nggak ngantiin sama tim kelas lo?" tanya Nabila to the point.

"Ngga-"

"Bawa aja Sandy sana. Nggak usah di kembaliin juga nggak papa," potong Nora tidak menatap keduanya. "Ayang, ngomong apaan sih?"

"Gue nggak bisa, Nad. Lagian tugas itu bukan tugas gue. Harusnya kalau minta tolong lo bisa langsung koordinator sama ketua kelas," tolak Sandy membuat Nabila diam sebelum pergi.

"Kenapa nggak mau diajak ayang satunya lagi? Karena ada gue disini? Mangkanya lo sok-sokan nggak mau?" tanya Nora beruntun.

"Lo kenapa sih? Datang bulan? Kok tumben sensi amat?" Sandy melemparkan pertanyaan.

"Coba mikir, hari ini ngapain aja sampe gue kek gini. Tapi sebelum itu gue cabut dulu. Gue muales lihat wajah sok ganteng lo," ketus Nora meninggalkan Sandy yang menyergit heran.

"Pagi gue jemput Nora trus sampe di sekolahan gue pisah karena Nora mau kekamar mandi. Trus Nabila datang cuma maksa foto dengan alasan dare dari temen. Masa iya, Nora marah karena itu?" monolognya mengambil sisa rol pisang bekas Nora.

________

Sandy bersenandu riang di atas montor sambil menunggu kekasihnya. Dia tadi sempat ke Kopsis untuk membeli snack.

Sandy melirik Nora yang akan melintasi gerbang. Sontak dia melotot lalu berlari menyusul pacarnya. "Nora!?"

"Lo mau kemana? Pulang jalan kaki?" tanya Sandy menarik lengan Nora agar menghadap sempurna.

"Lepasin, gue mau naik gojek. Lo nggak perlu ngajak gue pulang. Lo pergi aja sama Nabila," ketus Nora memalingkan wajahnya. Sedangkan Sandy menyergit heran, "lo kenapa sih?"

"Dari tadi keknya badmood terus. Lo cemburu karena tadi Nabila nyamperin kita di kantin?" tanya Sandy.

"Kita?" Nora tertawa hambar. "Lo aja kali. Bukan kita. Udahlah lepasin, gojek gue udah sampe tuh," Nora berjalan mendekati kang gojek.

Nora langsung naik lalu menepuk bahu Bapaknya. "Atas nama Raya?"

"Ha, ha?" gagu Nora.

"Saya kemari atas nama Raya. Kamu namanya Raya?" tanya Bapaknya. "Nama saya Nora. Tapi nanti saya kasih tips banyak deh, sekarang ayo jalan,"

"Nggak bisa, dek. Saya takut di kasih bintang satu," tolak Bapaknya. "Tak kasih bintang sepuluh, Pak. Seratus juga boleh," tawar Nora mendesek.

"Maaf, nggak bisa dek," tetap tolak si Bapaknya.

"Pak Munir?" tanya seseorang datang langsung diangguki oleh Bapaknya.

"Iya. Tapi temen kamu ini tiba-tiba datang trus maksa buat ngantetin dia," ucapnya.

"Nora? Lo turun. Turun sekarang, gue lagi buru-buru nih," desak Raya juga memerintahkan Nora untuk turun.

"Ish, lo bisa naik gojek gue. Palingan bentar lagi nyampe, biar ini gue pakek," tolak Nora sambil memberi saran. Nora juga sempat melirik Sandy yang tetap menatapnya dengan menahan tawa.

"Lah ngapain gue yang nungguin? Lo aja kali. Buruan turun Nora, lo nggak lihat apa wajah panik, kesel dan khawatir ini? Gue baru dapat kabar adik gue masuk rumah sakit, plis jangan buang-buang waktu," desak Raya ingin menangis.

Mendengar hal itu, Nora pelan-pelan turum dari montor. "Kenapa lo nggak bilang dari awal?" cicitnya. Raya langsung duduk diatas montor lalu menepuk bahu Pak Munir.

"Tapi gue boong sama lo! Gue aja anak tunggal gimana gue punya adik. Dasar bodoh tidak berguna!" hina Raya tertawa keras bersamaan dengan montor dinaikinya berjalan. Selamat.

"Hihhhh! Awas lo Raya! Besok tinggal nama! Gue sumpahin lo masuk got! Sekalian sama Bapak gojeknya!" teriak Nora mengutuki Raya yang telah berani menipunya.

Kemudian, Nora mendapat notifikasi dari aplikasi gojek yang menyatakan jika kang gojeknya tidak bisa datang karena ada urusan penting. Dan oleh itu, kemarahan Nora semakin memuncak.

"Nyebelin! Hari ini nyebelin banget!!" pekik Nora berjongkok sambil menghapus air matanya yang secara sengaja turun.

"Ayo bangun. Lebih baik lo ngeraung di apartemen gue daripada di sini, tambah malu lo," ajak Sandy mendekat. Bukannya menjawab Nora malah merentangkan kedua tangannya.

"Gue kesel sama semua orang, kang gojek, Rayanjing, sama lo juga! Gue kesel!" ungkap Nora selama di dalam gendongan Sandy menuju parkiran montor.

"Kenapa kesel sama gue? Bilang jangan di pendem," ucap Sandy setelah menduduki Nora diatas montornya.

"Gu-gue nggak suka lo deket-deket sama Nabila. Mana poto bareng lagi. Kita aja nggak pernah. Tapi lo mau aja dia ajak fotbar," ungkap Nora menangis lebih keras setelah bersandara di dada Sandy.

"Udah, udah nangis. Sekarang kamu mau apa? Makan? Snack? Atau apa? Bilang sama gue," bujuk Sandy agar Nora berhenti menangis.

"Mau forbar trus dibuat JJ," jawab Nora setelah mendongak. Melihat ingus yang mbeler kemana-mana. Sandy mengambil sapu tangan dan membersihkannya.

"JJ?" Nora mengangguk. "Ayo keburu petang." desak Nora.

Sandy kemudian mengambil ponsel Nora atas perintahnya. Mereka banyak berpose untuk JJ. Katanya nggak JJ ngak asik.

Next>

NO REVISI

APDET SETIAP HARI LIBUR DAN LUANG!

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang