9. Kedatangan Lusi

604 20 0
                                    

"Nora ada paket!!" teriak Nio saat mendengat Kang paket dari luar rumah.

"Tolong bukain, gue masih mandi!" balas Nora lebih keras daripada Nio. "Nggak mau, gue males!"

"Sial, dasar saudara nggak guna. Untung Nora ngasih wasiat kalau enggak, udah gue cincang tuh kepalanya," gerutu Nora. Dia segera menyelesaikan mandinya dengan cepat.

"Di suruh bukain nggak mau, awas lo merintah gue!" ketus Nora saat melintasi ruang tamu. Di sana ada si kembar, Fania dan Bayu.

Nora membuka pintu rumahnya langsung terkejut melihat kandang lumayan besar di teras rumahnya. Di dalamnya ada anak anjing yang begitu menggemaskan.

"Aaaaa!!! Gemes banget Lusi!" pekiknya membuka pintu kandangnya untuk mengambil anak anjing itu.

Bulu lebat menutup seluruh tubuhnya, dengan corak warna hitam ke abu-abuan dan putih. Lidahnya keluar persis seperti anak anjing. Jenis anjing ini adalah alaskan malamute.

"Pak tolong bawa kandangnya ke kamar saya, biar nanti sambil saya pikiran mau di taruh dimana dulu," ucap Nora pada pengawal di depan rumah.

"Siap, Nona."

Nora membawa Lusi masuk rumah, melihat gemesnya tubuh Lusi membuat Nora ingin sekali memakannya. Saat akan melintasi ruang tamu, Nora duduk dulu.

"Lihat gue punya anjing baru. Lo pada pasti iri," ejek Nora menekan kata anjing.

"Dapat darimana lo?" tanya Bayu ikut mengelus bulu Lusi tapi dia meraung seolah tidak mengijinkannya untuk di sentuh.

"Dari pacar gue, hadiah ulang tahun," jelas Nora membuat semuanya menyergit. "Siapa pacar lo? Jangan bilang dia," sahut Fania.

"Maaf, sayangnya pacar gue memang sesuai tebakan kalian. Sandyaga Uno pacar gue, gimana keren kan?"

"Pacar lo bukan pejabat, Nora. Namanya cuma Sandy nggak ada tambahan," jelas Fania. Padahal sudah dijelas dulu.

"Iya itu lah pokoknya. Gue cabut dulu bye," Nora meninggalkan empat orang yang menatapnya dengan nalar.

"Udah bilang jangan deketin dia malah jadian sama dia," guman Zafran di dengar Nio. "Emang adek lo susah diatur,"

"Ngaca!" sinisnya.

_________

"Gimana hadiah dari gue? Suka?" tanya Sandy lewat vidio cal yang di sambungkan ke lebtop.

"Banget, makasih ya. Lo baik banget, ngasih yang di luar ekspetasi gue. Padahal awalnya gue kira anak anjing kek biasanya," ucap Nora tersenyum lebar.

"Sekarang Lusi mana? Gue juga mau lihat," Nora mengangguk sekali lalu mengangkat tubuh Lusi dan menunjukkan ke arah kamera.

"Gemes kan?"

"Kayak Ayang gue," imbuh Sandy terkekeh saat melihat pipi Nora merona. "Bacot!"

"Ngomongnya yang habis tau gue tikam lo di apartemen gue," ancam Sandy. "Maaf Raja,"

"Baiklah, gue cuma mau lihat kalau pesenan udah diterima dengan baik. Gue matiin dulu, mau kumpul sama anak-anak," cukup lama Nora menjawab sebelum panggilan itu berakhir.

"Lus, kalau gue suka sama dia boleh nggak sih? Ya walaupun sekarang gue udah jadian sama dia, tapi tetep aja di sini gue belum punya rasa sama dia. Cuma mempatoki kalau pacaran harus berguna dan menguntungkan," curhat Nora mengangkat tubuh Lusi lalu meletakkan di atas perutnya.

Entah paham atau gimana, Lusi mengangguk cepat. "Tapi gue takut. Dia cuma penasaran sama gue. Kan sekarang banyak yang gitu,"

Wug!

"Iya, iya. Lo kan dari dia, mangkanya bela dia," ucap Nora mengajak kepala gemes Lusi. 

Wug! Woug!

"Maaf, maaf! Jangan Lusi! Geli!!" entah kegelian atau apa Nora antara tersiksa dan tertawa. Kehidupan baru dengan hadirnya Lusi membuat hidupnya berwarna.

________

Suasana di Kantin cukup ramai, ini adalah istirahat ke dua. Banyak yang melakukan ibadaha shat bagi yang islam. Nora sendiri sekarang sibuk dengan ponselnya dengan kaki di silangkan.

Hingga sebuah sosis bakar berada tepat di antara ponsel dan wajah. Nora menoleh lalu mengambilnya. "Makasih,"

Nora meletakkan ponsel lalu memakannya dengan lahap. "Besok bawain lagi," ucap Nora pada Sandy. "Nggak, jangan keseringan. Di selingi sama yang lain nanti lo bosen," tolak Sandy beserta alasannya.

"Terserah yang penting ada makanan." Nora sibuk makan sedangkan Sandy sibuk memainkan ponsel Nora. "Serius, kontak lo cuma tujuh?"

"Bukan blantek nomer wa," jawab tak acuh Nora. "Ngapain sih lo geledah hp gue, nggak sopan," lanjutnya dengan menyindir.

"Takut lo selingkuh, mangkanya gue periksa. Cewek modelan kayak lo, kalau di sogok sama makanan bakal mau mau aja," sahut Sandy. "Tahu aja lo, gue kayak gimana."

"Rum, cowok lo ngapain jalan sledat-sledot kek gitu?" tanya Nora saat melihat Bagas berjalana dengan tidak santai. "Palingan bentar lagi marah sama gue trus ngomel,"

"Lo yang cari masalah," sindir Nora.

"Kamu ngapain kemarin jalan sama Rendy? Udah aku bilang kan, jangan main sama cowok. Aku nggak suka. Kamu ini di bilangin ngeyel banget," omel Bagas.

"Dan gue lebih nggak suka lo ngatur-ngatur hidup gue!" imbuh Arumi dengan tegas.

"Gue, lo?" Bagas terkekeh dalam kecewa. "Aku capek sama kamu, semua aku lakuin itu demi kamu. Aku ngelarang ini itu juga ada alasan yang jelas bukan rasa kecemburuan seperti kemarin kamu bilang. Apa salahnya sih kalau kamu nurut setiap kata aku?"

Arumi tidak menjawab tapi memalingkan wajahnya. "Dari awal lo juga tahu kalau gue nggak suka sama lo. Tapi lo maksa, gue akui lo berubah sesuai syarat dari gue. Gimana ya? Dasarnya gue nggak pernah suka sama lo jadi tindakan yang gue lakuin terasa nggak salah," ungkap Arumi dari sundut pandangnya.

"Gue ngerasa cuma pindah status kejombloan doang tapi nggak ada rasa timbal balik rasa sama lo. Mending lo putusin gue daripada lo makin makan ati terus sama gue," lanjut Arumi di saksikan Nora dan Sandy.

"Putus? Gampang banget kamu bilang putus setelah perjuangam aku buat dapatin kamu. Susah coy tapi bener kata kamu. Udah capek makan ati, lebih lagi kamu nggak pernah anggap aku ada. Baiklah mungkin putus lebih baik," Bagas menghela napas pelan lalu menghadap sempurna ke arah Arumi.

"Aku bahagia bisa jadi bagian kecil dalam hidup kamu. Semoga kamu mendapat pengganti lebih baik dari aku. Yang lebih ngertiin kamu, lebih sabar pokoknya lebih-lebih," kata Bagas dengan tersenyum meski matanya seolah ingin menangis.

"Iya, semoga," respon Arumi.

"Gue balik duluan ya," ucap Bagas pada Nora dan Sandy yang mengangguk pelan. Membiarkan Bagas pergi tanpa mencegahnya.

"Hah! Akhirnya gue bebas. Jujur gue tertekan pacaran sama dia," ungkap Arumi saat Bagas sudah menjauh.

"Tapi menurut gue lo keterlaluan, harusnya kalau lo nggak mau pacaran atau apa jangan terima dia. Kan jadi kasian, mana dia kelihatan kecewa banget sama lo," pendapat Nora membuat Arumi terdiam.

"Gue setuju sama Nora. Semoga juga lo nggak nyesel ngelepas cowok setulus Bagas." imbuh Sandy. Dia cowok jadi mengerti perasaannya.

Next>

NO REVISI

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang