21. Bus

185 4 0
                                    

Nora baru saja datang bersama satu ransel besar di pundaknya. Meski berat, ia tidak ingin merepotkan orang lain atas bebannya. Nora mendekati Arumi yang sedang duduk di depan gerbang sekolah.

"Lo bawa sempak berapa?" bisik Nora tepat ditelinga Arumi hingga membuatnya reflek menoleh. "Nggak ada pembicaraan lain apa selain nanyain itu?"

"Siapa tahu lo bawa sedikit. Gue bisa minjemin buat lo," Arumi menampangkan wajah sok jijik.

"Nggak perlu jadi stop bahas sempak di sini," ketus Arumi memalingkan wajahnya sesaat. "Kakak lo mana?"

"Kakak yang mana? Nio atau Zafran?" tanya Nora meletakkan ransel berat itu di samping kakinya.

"Nggak mungkin gue nyari kak Nio. Bisa di tepas pacarnya nih pala gue," Nora terkekeh pelan.

"Kak Zafran tadi lagi markirin mobil. Bentar lagi juga kesini," ucap Nora menoleh ke arah kanan saat mendengar langkah kaki seseorang mendekat.

"Nah tuh kak Zafran. Kak dicariin Ar--"

"Nora!!" seru Arumi membekap mulut Nora sambil memasang wajah senyum kaku pada Zafran.

"Kenapa nyariin?" tanya Zafran tetap berdiri didepan keduanya. "E-enggak. Siapa yang nyariin," alih Arumi.

Zafran hanya mengangguk sekali. "Sini ranselnya biar kakak bawa ke Bus. Sekalian lo juga, Rum." Nora menyodorkan ranselnya.

"Gue angkat sendiri aja kak. Gue bisa kok," Zafran sepertinya tidak memperdulikan penolakan Arumi. Dia tetap mengambil ransel beda warna itu.

"Lo cewek, harus jaga energi buat nanjak nanti. Gue duluan," setelahnya Zafran pergi meninggalkan Arumi yang menatap kepergiannya.

"Jangan suka sama kakak gue. Gue ogah punya kakak ipar kayak lo," ucap Nora mendapat tojoran agak keras dari Arumi. "Enak aja, emang siapa yang suka sama kakak lo,"

"Ya siapa tahu. Seringnya kakak gue sama lo, kan enggak menutup kemungkinan lo suka sama dia. Apalagi gue tahu tipekal cowok yang lo suka," jelas Nora.

"Sok tahu." cecar Arumi meninggalkan Nora yang memutar mata malas. "Ini, nih tanda awal suka. Nggak mau tapi hatinya mau. Dasar istrinya Krisna."

"Istri Krisna? Arumi udah nikah?" tanya Sandy dari belakang mengagetkan Nora.

"Ih kaget!" kesel Nora memukul lengan Sandy. "Maaf,"

"Ituloh Dewa Krisna yang punya banyak istri dan Arumi jadi istri pertamanya," ucap Nora membuat Sandy menyergit.

"Bukannya namanya Rukmini ya?"

"Mungkin. Lupa gue." Sandy diam begitupun dengan Nora. Mereka sibuk dengan pemikirannya sendiri.

Tiba-tiba Nora melihat salah satu teman ceweknya. "Marella!" pekik Nora.

"Ada apa?" tanya Marella setelah menoleh. "Nanti duduk sama gue ya? Bareng Arumi juga. Bertiga," jawab Nora diangguki oleh dia.

"Gampang! Gue ketemu sama pak Gian dulu buat ambil daftar hadir, di suruh pak Ketu!" Nora mengangguk lalu membiarkan Marella pergi.

"Andaikan kursinya bisa di pisah. Gue pengen banget duduk sama lo," ungkap Sandy bersender di bahu Nora. "Kalau gue sih ogah."

"Jahat."

_______

Marella tampak lelah melihat dua temannya baru selesai berdebat. Ternyata menjadi orang ketiga juga tidak enaknya. "Lo ing--"

"Nora, Arumi. Berhentilah berdebat. Kuping gue udah kebas nih!" keluhnya mendesah keras.

Nora dan Arumi saling melirik. "Maaf, Mar." Marella mengangguk kecil.

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang