Nora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan.
"Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...
Nora baru saja membuka matanya saat sinar mentari memaksa masuk ke dalam apartemen nomer 301. Nora mengejap pelan sebelum mengubah posisi menjadi duduk. Rambutnya yang berantakan di garuk pelan dengan kepala melihat sekitar.
"Gue kira bangun-bangun di rumah," guman Nora. Tubuhnya masih terasa malas untuk beranjak, ingin tidur kembali tapi di tarik duluan oleh Sandy.
"Jangan tidur lagi, nggak baik." ucap Sandy menyodorkan segelas air putih. "Minum trus mandi. Gue siapin sarapan buat kita,"
Saat akan beranjak Nora menarik tangan Sandy. "Katanya kemarin mau ngambil hadiah, kok malah gue nginep di sini,"
"Lo ketiduran. Hari ini kita ambil kadonya tapi setelah kita sarapan, mengerti?" Nora mengangguk.
"Apa lagi?" tanya Sandy saat Nora menariknya kembali. "Gue nggak punya baju ganti. Masa harus pakek ini lagi,"
"Pakek baju gue. Bakal kegedean sih, daripada yang ini lo pakek lagi kan," Sandy mendekati almarinya untuk mencari baju yang pas untuk Nora.
"Nah ini, paling kecil dari yang lain," Sandy melemparkannya ke arah wajah Nora lalu meninggalkannya seperti biasa.
"Diadab lo setan!" pekik Nora.
________
"Ditekuk mulu mukanya," sindir Sandy menyajikan nasi goreng di hadapan Nora. "Gue nggak suka nasi goreng di pagi hari, bikin ngantuk,"
"Lo nggak bilang. Sekarang makan ini dan jangan banyak protes," Nora mendengus. Nora tetaplah Nora, jika mengatakan tidak maka tetap tidk.
"Nora," tekan Sandy.
"Udah gue bilang nggak suka ya nggak suka. Bisa nggak sih nggak usah maksa," kesal Nora memalingkan wajahnya.
Sandy menghela napas pelan. "Trus mau lo apa?" tanyanya selembut mungkin. "Apa aja yang penting nggak nasi goreng,"
"Roti mau?" Nora mengangguk. "Itu lebih baik."
Sandy mengambil roti yang mengolesinya dengan coklat. Menyodorkan pada Norang yanh menerima dengan senang hati. "Lagi," ucapan itu terus terulang sampai roti habis.
"Kayaknya gue harus banyak restok makanan. Lo suka banget makan," Nora tentu saja mengangguk. "Itu wajib."
Setelah mereka sarapan, Sandy mengajak Nora pergi ke suatu tempat. Dimana letak itu tepat di bawah bukit yang tertutup oleh pohon tinggi nan hijau. Lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tinggal Sandy, tak heran dia menemukan tempat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gila keren banget! Lo tahu dari mana tempat ini?" tanya Nora sibuk menatap takjuk pemandangan di hadapannya.
"Lokasinya aja nggak jauh, wajar gue tahu tempat ini. Dan gue udah sewa rumah sebelah kiri lo," jawab Sandy menunjuk rumah warna abu-abu.
"Serius? Wah!" Nora berlari ke arah rumah itu dan memasukinya. Nuansa yang begitu damai.
"Gue bukan Ayang lo berhenti manggil kek gitu," ucap Nora membuatnya sedikit badmood. "Lo sendiri yang iyain kemarin, masa lupa? Gue ini sekarang pacar lo dan lo pacar gue, ngerti?"
"Tapi lo kemarin nakutin gue, mangkanya secara nggak sadar gue iyain. Dasar penipu, suka cari kesempatan dan kesempitan!" ketus Nora pergi meninggalkan Sandy yang terkekeh.
"Apapun bentuk pembantahanmu, itu tidak akan merubah faktanya jika kamu adalah milikku, Nona Nora."
"Happy birtday Ayang, happy birtday Ayang, happy birtday, happy birtday Ayang," nyayi Sandy membawa kue eskim untuk Nora. Senyum gadis itu langsung naik.
"Aaa makasih," ucap Nora merasa senang bisa mendapatkam kue beda jenis. Rasanya hari ini Nora sangat senang.
"Makannya pelan-pelan nggak bakal ada yang minta kok," Sandy merapikan anak rambut Nora yang terus terhembus angin.
"Makasih. Minta nggak? Gue nggak bakal habis, tadikan udah makan roti juga," Nora mengangkat kuenya yang masih banyak.
"Sepuas lo aja, sisanya gampang," Nora mengangguk lalu memakannya.
"Nor, gue serius mau jadiin lo pacar gue. Gue tanya satu kali lagi, lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Sandy dengan tidak romantis tapi setidaknya Nora akan menjawab secara sadar.
"Tergantung. Ada untungnya nggak buat gue. Ya misalnya setiap gue mau makan ini atau itu bisa menuhin gue mau mau aja. Kan lumayan makan gratis," mendengar jawaban Nora, Sandy hanya bisa tersenyum.
"Masalah itu bukan masalah besar. Duit gue banyak, buat ngidupin lo sampai tujuh abad pun nggak bakal habis," sahut Sandy.
"Kalau gitu, gue terima jadi pacar lo. Dengan syarat wajib ngasih jajan setiap hari!" ceria Nora tertawa saat Sandy menyetujui jawabannya.
"Gue punya satu hadiah terakhir, hadiah ini bakal selalu ngingetin tentang gue. Lo juga ngerasain kehadiran gue setiap lo melihatnya," ucap Sandy membuat Nora penasaran. "Hadiah apa?"
"Lusi, mana yang gue beri buat dia,"
"Ha? Lo mau ngasih gue anak? Gue nggak bisa, ngerawat diri aja susah apalagi nambah," cerotos Nora berusaha ditenangkan Sandy.
"Bukan anak tapi anak anjing,"
"Wah lo kok ngatain anak lo anjing sih parah. Ini parah banget," Nora tak habis pikir dengan pikiran Sandy. Bisa-bisa dia ngatakan hal itu.
"Nora, dengerin gue dulu. Gue belum punya anak. Dan buat hadiah, gue mau ngasih lo anak anjing," jelas Sandy memegang kedua bahu Nora.
"Nyakin? Bukan anak manusia yang lo katain anak anjing?" Sandy menggeleng kuat. "Tapi dia masih di perjalanan ke Indonesia. Ini anak anjing impor dari negara aslinya," lanjutnya.
"Wah, pasti mahal."
"Ongkirnya yang mahal." Nora mendatarkan wajahnya. "Nggak percaya,"
"Nor, lo inget nggak masa kecil lo?" tanya Sandy tidur dengan bantalan paha Nora sedangkan Nora malah meletakkan kue di atas kepalanya. Walaupun terlindungi tetap saja dingin.
"Lumayan, kenapa nanya tentang masa kecil gue? Bukannya kisah anak kecil sama aja? Makan, tidur, bermain dengan teman-temannya, nggak mikirin kata-kata jahat atau apa gitu," jawab Nora santai. Perlu diingat kembali Nora yang ini bukan Nora asli.
"Iya sama aja," sahut Sandy memelankan suaranya. Jawaban Nora begitu tidak sesuai dengan ekspetasinya. Seakan Nora menolak ingatan masa lalu.
Tapi tak apa, yang penting Nora bersamanya. Walaupun sifatnya sangat berbeda Sandy tetap menyukainya karena sejatinya dia mencintainya. Mungkin.
"Gue mau tidur sebentar, boleh?" ijin Sandy tidak mendongak. "Silahkan tapi ingat jangan lama-lama, bisa lumpuh sementara gue," Sandy tertawa pelan.
"Baiklah. Kalau pegel bilang ya." Nora hanya menjawab dengan gumanan saja.