Kabar tentang kematian Bagas dapat menguncang satu sekolahan. Bagas sangat terkenal di sekolah mahal itu. Dengan kenakalan dan kebrutalannya.
Termasuk Arumi, orang terakhir yang ditemui Bagas kemarin malam. Tubuhnya sampai jatuh pingsan karena tidak kuat mendengar kabar mengejutkan hal itu.
Dirinya diliputi rasa bersalah kepada cowok yang kini tinggal nama. Perasaan yang mungkin akan menghantui sampai sisa umurnya.
Kini Arumi dan seluruh teman kelasnya berada di rumah duka. Rumah itu ramai yang biasanya sepi bagai tak ada penghuni. Rumah yang diidamkan Bagas bisa ramai kini terwujud walau karena kematiannya.
"Gue ngerasa bersalah banget, Nor. Gue udah nolak dia kemarin malam. Dia datang dan gue nggak nyangka itu jadi terakhir kalinya," ucap Arumi tak sanggup melihat mayat bagas yang sudah di kafani.
"Ini takdir, Rum. Lo nggak bisa terus-terusan nyalahin diri sendiri. Bagas juga nggak mau bikin lo sedih karena nganggap kek gitu," kata Nora berusaha menenangkan Arumi yang memeluknya dengan lemas.
"Tetap aja. Andaikan gue nerima dia lagi, mungkin sekarang dia masih hidup. Gue egois banget, Nor. Mikirin diri sendiri sampe bikin orang mati," Arumi kembali menangis. Tangisan rasa bersalah membuat siapa saja ingin mengelus punggung bergetar itu.
"Sssst, udah jangan nangis. Bentar lagi Bagas mau dikebumikan, lo mau ikut kesana atau tetap di sini?" tanya Nora.
"Gue di sini aja. Gue nggak sanggup lihatnya," Nora mengangguk. Nora sebenarnya ingin menemani Arumi tapi Sandy memaksanya untuk ikut ke makam.
Saat hampir semua pergi ke makam. Kini rumah itu tidak terlalu sepi. Hanya ada beberapa orang termasuk Ibu Bagas dan Arumi. Beliau menghampiri Arumi tanpa ada kebencian.
"Arumi," panggilnya membuat Arumi menoleh dengan mata teduh. "Tante,"
Mereka berpelukan, seolah menyatukan duka diantara keduanya. "Maafin aku tante. Aku gagal jaga Bagas untuk tante. Dam Bagas meninggal karena aku tante. Aku minta maaf," ungkapnya memeluk erat ibu Bagas.
"Ssst, kamu nggak salah, Sayang. Malah tante harusnya bilang makasih sama kamu. Kamu udah mau jadi pelangi buat Bagas. Untuk kematian Bagas itu tante sudah menganggapnya sebagai takdir. Mungkin inilah jalannya, tante harus melihat anak semata mayang tante pergi secepat ini,"
"Kamu tahu nak, beberapa minggu yang lalu Bagas banyak di rumah. Dia bercerita tentang kamu. Bahkan saat dia cemburu dia juga cerita sama tante. Hati tante rasanya sangat senang karena bisa dekat lagi sama dia. Tapi minggu terakhir dia jadi lebih brutal dibanding yang lalu," cerita Ibu Bagas.
"Berangkat malam pulang selalu pagi dan dalam keadaan mabuk. Apalagi dulu dia nggak mau katanya dosa."
"Mungkin dia lelah dengan hatinya. Mangkanya dia melampiaskan semua pada minuman keras. Tante juga nggak bisa menegasi. Kamu tahu sendiri, Bagas itu keras kepala banget."
Ibu Bagas bercerita dengan Arumi mendengarkan sangat baik. Bagai menantu dan ibu mertua. Mereka sesaat melupakan duka dari hilangnya Bagas.
"Tapi dari semua ini, tante cuma bisa mengucapkan terima kasih. Dan maafin Bagas kalau selama ini selalu menganggu kamu. Dia terlalu mencintaimu sampai kayak gini,"
"Aku yang banyak salah sama dia tante." Ibunya hanya tersenyum dan mengelus lengan Arumi dengan lembut.
_______
"Kemarin hari kasih sayang, kamu mau apa? Coklat? Boneka atau apa? Aku pasti ngabulin," ucap Bagas tersenyum manis saat Arumi menatapnya dengan malas.
"Lo malam-malam kesini cuma tanya ini doang?"
"Lo? Ish udah dibilang jangan pakek lo-gue." rajuk Bagas dengan pura-pura.
"Hm. Gue belum terbiasa," aku Arumi melipat tangannya.
"Gue pengen sehari tanpa lo. Gimana? Biasa nggak lo kabulin?" tantang Arumi. Ia hanya iseng saja melontarkan pertanyaan itu.
"Ehm.... oke bakal aku coba."
Dan benar saja, Bagas tidak menemui atau menelponny selam dua pulub empatnya tapi hari selanjutnya dia datang kembali dengan membawa satu buah cokkat ukuran satu kilo dan bonekah besar.
"Gigi gue sakit kalau makan coklat sebanyak ini," ucap Arumi menunjukan batang coklat. "Ya makannya sedikit-sedikit aja, kan kamu punya kulkas mini bisa di simpen di sana,"
"Ya, yaudah deh. Sini dan makasih. Bonekahnya tolong bawa ke kamar gue," titah Arumi berjalan duluan.
Bagas terlihat sangat senang. Dia begitu semangat berjalan dibelakang Arumi layaknya seekor itik.
"Kamar kamu rapi, sesuai dengan kepribadian kamu," ungkap Bagas meletakkan bonekah itu di sisi ranjang Arumi. "Bonekahnya disini aja biar jadi temen tidur kamu,"
"Nggak lo kasih kamera kan? Siapa tahu lo pasang diem-diem," tuduh Arumi menunjukkan telunjukkannya.
"Ngawur, nggak bakal tega aku sama kamu."
Arumi pergi ke balkon dengan membawa dua cangkir lalu diikuti Bagas. "Lo kalau mood baik cerewet melebihi cewek," ucap Arumi.
"Cuma sama kamu. Nggak bohong, ciss," ungkap Bagas mengangkat dua jari berbentuk V dan menunjukkan gigi rapinya.
"Coklat tadi gue lelehin. Nih cobain maaf kalau terlalu manis," Arumi menyodorkan satu cangkirnya. "Yang terlalu manis itu kamu mukam minuman coklat ini,"
Arumi tersenyum miring dengan pipi sedikit merah. Beberapa menit, keduanya menikmati suasana sunyi ini. "Aku seneng bisa jadi salah satu orang dikehidupan kamu. Walaupun mungkin cuma sesaat,"
"Ngomong apaan sih? Jangan ngeracau nggak jelas," omel Arumi membuat Bagas tertawa pelan.
"Arumi, Sayang. Suatu saat nanti kalau kamu merasa sendiri dan butuh sandaran, panggil aku ya. Jangan sungkan, aku nggak merasa di repotkan. Tapi kalau aku nggak datang bearti aku emang lagi sibuk," ucap Bagas sedikit bertele-tele.
"Emang lo sibuk apa? Kerjaannya lo kan cuma ganggu gue doang,"
Bagas kembali tertawa lalu menoel hidung mancung Arumi. "Suka bener ngomongnya. Hidup aku cuma kisah tentang kamu aja. Kamu, kamu, dan kamu. Yang lain cuma numpang," cengirnya.
"Omong lo bisa dipercaya?"
"Nggak percaya buktiin aja."
Bagas mengambil tangan Arumi lalu mengecupnya sesaat. "Aku sayang banget sama kamu. Sayang ku tak terhingga buat kamu tapi tolong jangan lukai aku dengan menolakan kamu. Hati ini rapuh, sekali sentuh bisa hancur tak tersisa," ucap Bagas meletakkan tangan Arumi tepat di jantungnya.
"Lo? Lo deg-deg sama gue?" tanya Arumi tak percaya. Ada seseorang yang begitu mencintainya sampe kayak gini. "Menurutmu?"
Memori kisah masa lalu membuat senyum tipis di wajah Arumi. Setiap kenangan yang diberikan Bagas tidak akan pernah tergantikan. Biarlah bonekah besar itu ada disisinya. Menemani tidur di setiap malamnya.
Alafyou Bagas, thanks you for time's.
Next>
NO REVISI
![](https://img.wattpad.com/cover/332453318-288-k315455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
NouvellesNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...