Semua melangkah dengan cepat saat salah satu guru anggota ketertiban terus berseru menggunakan mik. Begitupun dengan Nora hingga panik.
"Nor! Ayok!" ajak Arumi menarik Nora yang sibuk mencari barang berharganya. "Topi gue nggak ada anjrit!"
"Lo nggak bawa mungkin. Udah ayo mending lo ikut gue dulu, nanti kalau lo dihukum mauju gue ikut deh," Nora menoleh sebentar lalu mengangguk.
"Gue suka gaya lo." puji Nora giliran menarik Arumi agar lebih cepat sampai di lapangan. Belum sempat berada di barisan, mereka di gusur ke depan karena telat datang.
"Yang masih rapi dan nggak nyelenih bisa masuk barisan. Tolong di bantu para osis! Nabila kamu juga!" pekik ibu tatib.
"Ambil topi gue tapi jangan lupa balikin," ucap Arumi pada salah satu orang di sampingnya. "Tapi nanti kakak di hukum baris di sini. Nggak papa?"
"Bawel lo!" sentak Arumi memasangkan kopi pada kepalanya lalu mendorong dia untuk segera pergi.
Mata Nabila dan Nora bertemu, Nora memutar mata malas sedangkan diam-diam Nabila mengejek. "Lo di sini sama temen lo. Itu hukuman karena lo nggak pakek topi,"
"Bacot, gue tahu letak kesalahan gue. Nggak perlu lo kasih tahu sampe koar-koar kek anjing!" umpat Nora pelan langsung memalingkan wajahnya. Hati begitu panas saat melihat wajah sok cantik dan sok berkuasa pada Nabila.
Nabila ingin sekali membantah tapi mengingat dia adalah ketua osis, Nabila pergi begitu saja dan bertingkah tidak terjadi apa-apa.
Upacara sudah dimulai kurang lebih tiga puluh menit. "Salam sejahtera anak-anak ku yang saya cintai dan saya banggakaan. Pertama-tama yang akan saya bahas adalah hal yang paling kalian tunggu. Yaitu study alam atau kalian menyebutnya dengan camping. Acara ini mungkin akan dilaksanakan kurang lebih satu minggu lagi,"
"Dan acara campingnya hanya tiga hari dua malam. Karena study ini dua tahun sekali, maka seperti biasa yang mengikutinya adalah kelas sebelas dan dua belas saja," lanjut Bapak Kepala Sekolah membuat semua bertepuk tangan.
"Acara ini gratis semua ditanggung pihak sekolah. Jadi kalian hanya perlu menyiapkan kebutuhan kalian di sana, seperti pakaian, alat mandi, handuk atau yang lainnya," sambungnya.
"Gimana nggak gratis. Biaya SPP aja mahal banget. Makan gaji buta kalau beneran harus bayar," kata seseoarang dibelakang Nora.
"Untung di sini nggak ada orang miskin kalau ada bisa cepet mati orang tuanya ditarikin uang melulu," lanjut teman sebelahnya.
"Untuk barisan di kanan saya. Tolong pada Bu Tatib segera diatasi, saya tidak mau besok seninnya lagi ada yang berdiri di barisan sana," perintah Pak Kepala sekolah menoleh antara Bu Tatib dan barisan tidak tertib.
Upacara selanjutkan seperti biasanya. Lalu dibubarkan kecuali barisan Nora dan Arumi. "Kalian kenapa tidak pakek topi?"
"Hilang Bu," sahut Nora yang lain hanya diam karena sedikit takut.
"Bagaimana bisa hilang? Kamu letakkan dimana sebelumnya sampai hilang?" Tanya Bu Tatib sedikit menaikkan nada suaranya.
"Kalau tahu dimana nggak mungkin saya di sini, Bu. Lagian saya juga nggak mau berada di sini apalagi ketemu sama orang sok asik sama pacara saya," kata Nora dengan berani.
"Jangan membawa masalah pribadi di sini." ucap Bu Tatib. "Kalian semua berdiri di depan tiang bendera sampai istirahat pertama!" lanjutnya memberi hukuman.
"Nggak salah denger, Bu? Kami sini kena matahari nyentor-nyentor dari awal sampe akhir apa nggak kurang?" tanya Nora tertawa hampar. "Masa ngasih hukuman kek gini? Nggak adil, Bu!"
"Kami berdiri karena ketidaksengajaan dalam kerapian tapi sikap nasionalisme kami juga tinggi. Apa ada saat ucapacara kami ramai sendiri? Tidak kan?" sambung Arumi ikut menyuarakan pendapatnya.
"Tahu apa kalian tentang sikap nasionalime?" remeh Bu Tatib. "Selain jadi guru ketertiban, apa Ibu lupa kalau Ibu guru PPKN? Tanpa perlu dijelaskan kembali bahwa sikap kami juga nasionalisme meski seragam kami tidak lengkap," jawab Arumi dengan tegas.
"Lalu kalian ingin hukuman apa?" tanya Bu Tatib setelah kalah menjatuhkan mereka. "Yang pantas. Jangan memberikan diluar akal manusia. Setidaknya beri kami kesempatan bebas untuk berpendapat karena kami yang menjalankan,"
"Katakan, kalian ingin hukuman apa?"
"Poin aja, Bu." usul salah satu anggota osis. "Apa itu akan membuat kami takut? Coba bayangkan jika kami memiliki banyak poin dan terpaksa keluar dari sekolah, apakah kalian siap kehilangan para donatur?"
"Meski sekolah ini banyak sekali anak orang kaya tapi tidak semua menjadi donatur. Apa nggak panjang urusannya," jelas Arumi.
Kepala Ibu Tatib jadi pusing. "Ibu ulanggi satu kali lagi, kalian mau hukuman apa?"
"Jangan kasih hukuman tapi kesempatan, setidaknya satu kali. Jika memang besok seninnya kami melanggar lagi baru ditidak lanjuti," saran Arumi diangguki semua.
Ibu Tatib terdiam sejenak sebelum meng-iyakannya. "Baiklah tapi sebelum itu kalian di data dulu. Nabila kamu catat mereka, Ibu pergi dulu,"
"Baik, Bu."
Setelah semua selesai di data mereka membubarkan diri. Begitupun dengan Arumi dan Nora. "Gue mau ke toilet, lo dulua aja." ucap Nora pergi ke arah kantin.
"Kebiasaan, mau ke toilet pakek muter ke kantin dulu." gumannya.
"Lo keren banget bisa menyuarakan pendapat di depan bu Tatib. Bahkan sampai dia nggak bisa kasih hukuman ke lo atau yang lain," ungkap Zafran saat Arumi akan melintasinya.
"Gue cuma ikut-ikutan aja. Btw, kok di sini? Belum ke kelas?" tanya Arumi.
"Maunya, tapi pas mau ke kelas lihat kalian di sana nggak jadi. Nih topi yang lo tadi pinjemin," ucap Zafran menyodorkan topi Arumi.
"Kok sama kak Zafran?"
"Dia nitip. Takut guru keburu datang katanya mangkanya titip ke gue." jelasnya. Gue cabut dulu," Arumi hanya mengangguk lalu mereka pergi dengan berlawanan arah.
Di satu sisi Nora sedang menikmati jus buah Naga dengan sangat nikmat. "Enak banget. Seger dan keyang,"
"Gigi lo ungu tuh," ejek Sandy duduk di samping Nora lalu meletakkan air putih di meja.
"Lo nggak ke kelas?" tanya Sandy. "Bentar lagi, lagian guru biasanya masuk jam ke dua," sahut Nora.
"Lo mau minta nggak?" tawar Nora menyodorkan setengah jus miliknya. "Nggak deh makasih, buat lo aja."
Nora hanya mengangguk sekali lalu menghabiskannya dengan cepat dan mencuci giginya menggunakan air mineral milik Sandy. "Ayok kelas, gue mau tidur."
"Kebiasaan, emang nggak dimarahi gurunya?" Sandy merapikan anak rambut Nora dengan telaten. "Nggak. Yang penting tugas beres aman."
"Lo aja tugas suka numpok kok aman." Mereka berdua pergi ke kelas masing-masing sambil bercengkrama sebelum berpisah. Rutinitas agar menjaga komunukasi padahal mereka setiap hari bertemu.
Next>
NO REVISI!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Short StoryNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...