22. Camping

448 14 0
                                    

Banyak siswa dan siswi berbondong - bondonh membawa tas ransel mereka untuk di bawa. Bahkan ada yang membawa koper.

Suasana mulai sore itu terlihat indah dengan pemandangan pohon pinus besar dan tinggi. Apalagi cahaya matahari yang menembus sinarnya hingga ke dasar.

"Capek bilang ya," ucap Sandy pada Nora yang menoleh sekilas padanya. "Kalau capek emangnya kenapa? Gue nggak mau nyusahin siapapun, termasuk lo,"

Sandy tersenyum kecil lalu mengangguk. "Baiklah, tapi setidaknya lo bisa istirahat kalau capek." Ide itu juga membuat Nora mengangguk.

"Ayo semangat, sebentar lagi sampai. Kalian kalau capek bisa istirahat tapi ingat jangan lama-lama atau kalian akan ketinggalan. Mengerti!!!?" arahan dari panitia menggunakan toa kecil.

"Ngerti!!"

Dari agak jauh Nora melihat Marella tampak kelelahan. Dengan posisi sedikit membungkuk dan napas tidak beraturan. Nora mendekat. "Lo masih kuat nggak?"

"Kuat jalannya tapi nggak bisa cepet," jawab Marella membuat Nora mengerti. Nora mengambil ranselnya lalu menyodorkan pada Sandy. "Bantuin bawa ya? Kasian temen gue, kecapean nih,"

"En-- iya!" sewot Sandy saat Nora melemparkan tatapan tajam kepadanya.

"Ikhlas nggak? Kalau nggak biar gue bawa sendiri," cepat-cepat Sandy menarik ransel Marella lalu berjalan duluan. "Nyusahin." sindir Sandy.

"Nor," cicit Marella saat mereka mulai berjalan lagi. "Udah ngak papa. Emang gitu dia."

Kurang lebih sepuluh menit mereka sudah sampai di tempat lokasi Camping. Banyak siswa yang duduk tanpa alas untuk mengurangi rasa capek dan ada juga yang langsung membuat tenda.

"Nih tas lo. Berat banget lagi," keluh Sandy meletakkan dibawa kaki Marella. "Makasih," Sandy hanya berguman sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Inpo penting! Setiap tenda diisi oleh 3 atau 4 orang. Jadi tolong segera ambil tenda di pos dan pasang atau kalian akan mendapat lokasi paling belakang!!" seruan panitia kembali bersuara membuat satu perwakilan mendekat.

"Siapa yang ambil tenda?" tanya Nora sebelum seruan kembali terdengar bedanya ini versi temannya.

"Woi! Bantuinlah! Malah ngomong mulu. Capek nih pasang sendiri!" kesal Arumi menatap dengan berkacak pinggang. Mereka tersenyum lalu mendekat.

"Untung ada lo, kalau enggak mungkin kita bakal dibelakang sendiri," ungkap Marella diangguki oleh Nora.

Mereka bertiga langsung membuat tenda, meski agak kesulitan karena tidak pernah pasang tapi akhirnya tenda bisa berdiri dengan tegak. Senyum puas terpatri dari mereka.

"Akhirnya selesai, gue mau mandi sebelum petang. Kalian mau ikut nggak? Katanya ada kali di sekitar sini," ucap Arumi.

"Ikut, udah lama gue nggak kesana!" seru Nora terlihat semangat. "Udah lama? Emang kapan lo pernah mandi di kali?"

"Dulu waktu kecil. Gue sering banget mandi di kali bareng-bareng. Trus pulang di marahi karena basah kuyup," jawab Nora penuh semangat.

Arumi menyergit heran. "Lo main di got aja nggak pernah. Masa pernah di kali. Gue juga selama kenal lo baru kali ini tahu lo pernah main tanpa gue," Nora diam sejenak, dia melupakan jika Nora bukan nora Asli.

"Jadi ke Kali nggak?" alih Nora diangguki oleh Arumi. "Lo ikut nggak?"

"Enggak, gue lap tubuh pakek tisu basah aja," tolak Marella. "Oke deh, jaga tenda. Kalau ambruk lo sendiri yang harus pasangin."

Mereka berpergi ke Kali dengan rombongan. Ada juga Panitia yang ikut menemani. Mereka berbincang- bincang banyak hingga sampai di sebuah Kali yang tidak begitu besar dan tidak deras.

"Aaa seger banget!!" ucap Nora berenang kesana kemari. "Hei kau! Tolong jangan main-main, cepat mandi atau lo nanti ketinggalan sama yang lain,"

"Nggak mau. Masih asik tahu. Lagian lo jadi panitia nggak mungkin ninggalin gue sendiri," ucap Nora membuat panitia itu menghela napas pelan. Nora benar.

Dan benar saja, setelah tiga puluh menit berlalu kini hanya tinggal dua orang saja. Ada Nora dan panitia, dia adalah Nando. Teman SMP nya, cuma Nora tidak mengingat hal itu.

"Masuk angin nanti lo kalau lo nggak keluar dari air, Nora. Gue udah capek negur lo," keluh Nando membuat Nora terkekeh.

"Baiklah. Balik badan dulu, gue mau ganti baju," Nando tanpa banyak bicara dia berbalik dan sedikit menjauh.

Beberapa menit kemudian, Nora menyusul dan menepuk bahu Nando. "Ayo, gue udah laper nih,"

"Gila." umpat Nando segera berjalan dengan Nora dibelakangnya.

_______

Api unggun sebagai cahaya utama telah berkobar dengan cukup terang. Bahkan cahayanya bisa mengenai tenda paling belakang.

Banyak siswa mengitari api unggun dengan canda dan tawa. Mereka sibuk menghabiskan waktu karena malam ini free. Tapi tetap saja ada panitia yang mengawasinya.

"Nor, lo kok bisa deket sama Nando?" tanya Salsa, salah satu temen di kelasnya yang cukup populer karena keseringan gonta ganti cowok.

"Deket? Siapa yang deket. Perasaan tadi dia cuma nungguin gue deh," sahut Nora tampak tak acuh dengan sibuknya yang makan pop mie.

"Nungguin? Yang tadi lo mandi itu kan? Buset betah banget dia nungguin lo," ucap Salsa.

"Positif thingking aja. Sebagai rasa tanggung jawab sebagai panitia dia jaga gue. Lagian gue tipekal mudah lupa juga, takut nyasar. Untung ada dia," ungkap Nora menurut pendapatnya.

"Oh ya, gue jadi inget. Lo tadi dicariin kak Sandy, cuma karena lo belum balik. Dia jadi pergi dulu," ucap Salsa memberitahu pasal Sandy datang ke tendanya.

"Biarin aja kalau dia kesini lagi. Kalau penting pasti balik," Nora mengatakan hal itu bersamaan Sandy datang bersama Andre.

"Minta, Ay," ucap Sandy membuka mulutnya. Sedangkan Nora meniup sebentar sebelum memasukkan kedalam mulut Sandy.

"Enak, rasa apa, Ay?"

"Rasa cinta akoh," jawab Nora dengan mulut menganga lebar. Untung cantik.

"Jelek banget tuh muka kek pancoran air di rumah gue," ejek Bayu datang bersama tiga temannya. Sekilas pandangan Nora dan Fania bertemu.

"Apaan sih lo! Gue tuh cantik jelita. Mau gue jelek-jelekin, bukannya jelek malah cantik. Ya kan?" entah pada siapa pernyataan itu Nora sampaikan.

"Lo emang cantik tapi gue sependapat sama kak Bayu," sahut Salsa sedikit salting saat pandangannya bertemu dengan Bayu.

"Udah makan?" tanya Zafran duduk di samping Arumi yang tengah asik bermain hp. "Udah,"

Tiba-tiba fokus Arumi pecah sejak Zafran datang. Membuatnya sedikit kesal dan mematikan hpnya. Berusaha bersikap biasa dengan ikut perbincangan teman-temannya.

Pembahasan yang bergerak kesana-kemari hingga waktu berlalu begitu cepat. Satu persatu meninggalkan api unggun yang tersisa sedikit apinya.

"Tidur gih, besok tanya ada permainan seronok," ucap Sandy pada Nora yang bersandar di lengannya.

"Gue susah tidur kalau bukan tempat sendiri. Lo ngantuk bisa duluan, mungkin gue bakal bedagang agak lama," Sandy diam sesaat sebelum berdiri setelah mengangkat kepala Nora.

"Gue duluan ya," Sandy tersenyum dengan mata menahan kantuk. "Lo beneran mau duluan? Gue kira lo bakal nungguin gue sampai tidur,"

"Hari ini gue kayaknya kecapean mangkanya udah ngantuk berat. Maaf gue nggak nemenin," Nora mendengus lalu memalingkan wajahnya.

Sandy terkekeh lalu mencuri kecupan singkat di pipi kanan Nora. "Jangan marah."  Pipi Nora benar-benar merah merona dan Nora berusaha menutupinya dengan kedua tangan di pipinya.

"Sandy!" jerit Nora tertahan.

Next>

NO REVSISI

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang