"Lo ngapain sih narik-narik gue kesini? Gue mau pulang. Lepasin!" sentak Nora melepaskan tarikan Sandy dengan cepat.
Selepas pelajaran berakhir, Nora di kejutkan Sandy dengan berdiri di samping pintu kelas. Di tambah lagi dengan menarik tubuh seenaknya.
"Iya pulang, tapi temenin gue dulu. Lo mau kado dari gue nggak?" tanya Sandy setelah menyugar rambutnya.
Jujur Sandy itu ganteng dan di lihat-lihat tipekal manusia kalem dan lembut. Cocok jadi pacar, tapi suka maksa sama sulit di tebak. Menurut Nora.
"Ngapain ngelamun natap muke gue? Terkesima lihat kegantengan calon pacar lo?" narsisnya membuat Nora merasa jijik sendiri.
"Nggak usah kegeeran lo, gur jijik dengernya. Tadi lo bilang mau ngasih gue kado. Ayok, keburu malam," Nora berjalan terlebih dahulu tapi di hentikan oleh Sandy.
"Montornya di sini, Ayang. Ngapain ke jalan ke sana," ucap Sandy memasangkan helm untuk Nora.
"Ayang, ayang! Gue bukan Ayang lo!" ketus Nora naik ke atas montor sebelum Sandy.
"Iya memang bukan," sahut Sandy malah membuat hati Nora seperti di permainkan. "Tapi calon Ayang gue." lanjutnya tersenyum miring.
"Lo boleh kok berharap sama gue karena gue janji sama lo, gue bakal jadi pacar lo sebelum malam ini." kata Sandy sambil menjalankan montornya, tidak terlalu cepat.
Nora, gadis itu diam saja. Baginya ini hal pertama, di dunianya yang dulu dia tidak pernah mengenal rasa suka sama cowok. Hidupnya hanya berisi tentang Ibu dan dirinya, oh ya satu lagi makanan.
Kurang dari dua puluh menit Sandy membawa Nora ke sebuah gedung pencakar langit. Gedung yang dijadikan apartemen oleh pemiliknya.
"Lo ngapaim bawa gue ke sini? Jangan macem-macem sama gue, gue lulusam pecak silat sabuk pink," ancam Nora menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Mana ada pencak silat sabuk pink. Dan jauhin pikiran kotor lo, gue nggak seburuk itu buat ngerusak anak orang," tegas Sandy menarik Nora agar ikut bersamanya.
"Emangnya ada, cewek dan cowok satu ruangan nggak ngapa-ngapain?" tanya Nora polos. "Tergantung. Emang lo di apaan? Mungkin gue bisa bantu menuhi," Sandy menyudutkan Nora saat menutup pintu apartemenya. Meletakkan kedua lengannya di samping kepala Nora.
"Ja-jangan macem-macem," sentak Nora merasa takut. Tangannya mulai bergetar dengan mata terpejam.
Bayangan-bayangan kotor terus mengisi pikirannya. Hingga membuatnya meracau secara tidak sengaja. "Jangan gue mohon, jangan lakuin ini. Gue rela melakukan apapun demi lo tapi jangan rusak gue,"
Melihat reaksi itu, Sandy melonggarkan jarak keduanya. Ada rasa kasian tapi ini juga adalah kesempatan baik. "Lo, lo mau jadi pacar gue?"
"Ya, apapun itu tapi jangan rusak gue," jawab cepat Nora. Mengucapkan hal itu dengan tanpa kesadaran.
"Oke, sekarang tenang lah. Seperti kata gue tadi, gue nggak seburuk itu buat ngerusak anak orang. Tenanglah Sayang, tenanglah," Sandy memberikan pelukan untuk Nora.
Setelah isak tangis Nora mereda, Sandy mengangkat tubuhnya dan mengendong nya dengan ala koala. Nora sendiri tidak menolak, kakinya melingkar di pinggang Sandy.
"Mau tidur atau makan?" tanya Sandy lembut.
Tujuannya sudah terpenuhi. Alasan kedatangannya kembali ke kota kelahirannya hanya untuk gadis yang selama ini dia cari. Meski Sandy adalah musuh bebuyutan kakak kembar Nora tapi tetap saja dia nekat mengikat Nora sebagai pacarnya.
Ini bukan masalah yang besar. Tapi membuat gadisnya mencintai adalah tantangan terbesar dalam hidupnya. Dan dia berjanji akan membuat gadisnya membalas cintanya. Itulah janji seorang pria.
"Makan," cicit Nora menyembunyikan wajahnya di bahu Sandy. Jujur tadi Sandy sangat mengakutkan bagi Nora.
"Baiklah, duduk di sini dengan tenang. Gue bakal buattin makanan buat lo. Sambil nunggu, lo boleh nyemilin ini," Nora hanya mengangguk lalu mulai menyemili snack yang diberikan Sandy.
"Gila gue kalau di gitu lagi. Jiwa gue takut coy! Gue ini polos dan lugu jadi wajar kalau takut di perlakukan sadis kayak gitu. Awas aja lo, Sandy. Gue bakal lari kalau lo lakuin lagi," batinnya berucap sembari menenangkan dirinya sendiri.
"Jangan ngelamuin, kesambet gue yang repot," tegur Sandy langsung mengembalikan kesadaran Nora. "Iya, maaf."
"Good grils."
_________
Setelah makan yang membuat Nora lebih tenang, sekarang Nora sibuk menonton tv dengan di temani snack dari Sandy. Sepertinya Sandy mengetahui hoby Nora.
Sandy sendiri pergi entah kemana, meninggalkan Nora tanpa pamit. Nora sih bodoamat daripada diancam kayak tadi.
Baru tiga jam di tinggal, Sandy langsung geleng-geleng kepala. "Nora! Lo apaan apartemen gue sampai kayak tempat pembuangan sampah. Pokoknya lo harus beresin ini kalau enggak lo nggak pulang!"
Nora menoleh lalu menatap sekelilingnya yang diisi oleh sampah makanan. Sampai tidak sadar menghabiskan snack satu kresek merah besar. "Iya, nanti."
"Awas kalau nggak bersih. Gue kunciin di kamar," ancam Sandy hanya di anggap angin oleh Nora. Buktinya dia malah melempar sampah baru ke arah Sandy.
"Nora!" gereget Sandy.
"Iya, iya nanti aku beresin! Ish bawel kamu!" kesal Nora sampai tidak sadar mengucapkan aku-kamu. Sandy pun terdiam lantaran agak kaget. "O, oke. Gue tinggal mandi dulu."
Beberapa menit kemudian Sandy kembali dengan hanya menggunakan celana sebatas lutut. Tangannya sibuk menggosok rambut yang basah.
"Astaga! Ini bocah di suruh bersihin malah molor. Mana tv dibiarin menyala lagi," gerutu Sandy.
Menyampirkan handuk di sandaran sofa, kemudian mengangkat tubuh Nora untuk di letakkan di kamarnya. Membaringkan dengan lembut gar tidak membangunkan Nora.
"Maafin gue tadi ya udah bikin lo takut. Gue nggak bermaksud apa-apa. Tapi gue seneng akhirnya gue bisa ngikat lo. Selamat malam my princess." Sandy memberikan kecupan di kening Nora.
Sandy kembali ke ruangan penuh sampah. Tubuhnya membmbuk untuk memungut setiap sampah yang ada. Tidak ada gerutu ataupun keluhan. Sandy melakukan dengan ikhlas dan sabar.
Memasukannya ke dalam kresek merah hingga menuh. Selanjutnya di letakkan di samping tong sampah, agar besok di buang.
Menyeka keringat di dahi yang tidak begitu jelas. Kembali ke kamar untuk melihat Nora. Sandy tersenyum melihatnya.
Sandy mengambil alas tidur di lemari bersama selimut. Ia akan tidur di bawah ranjang. Nora belum mengijinkannya untuk tidur satu ranjang. Ia masih menjaga batasan. Sebelum Nora memberi ijin maka setiap dia menginap di sini makan ia akan tidur di lantai.
Next>
NO REVISI
KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Short StoryNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...