Kamu menarik, dan aku mudah tertarik.
******
"Bengong aja,"Tatiana menoleh dan tersenyum tipis pada Lily. Saat ini gadis itu sedang duduk di kantin sendirian. Sekolah sudah mulai sepi, karena memang jam pulang sekolah sudah 2 jam berlalu. Menyisakan siswa-siswi yang sedang ada kegiatan, melaksanakan ekstrakurikuler, atau yang belum ingin pulang seperti Tatiana.
Lily, gadis dengan kaos hitam polos dan bawahan rok cheerleader itu mengambil duduk di hadapan Tatiana. Menegak air mineralnya seperti orang yang sangat kehausan.
Lily tidak sengaja menemukan Tatiana sendirian duduk termenung di bangku kantin. Niatnya ke kantin untuk membeli air mineral setelah ia selesai latihan. Namun, mendapati sahabatnya duduk sendirian dengan termenung membuat Lily tidak mungkin tidak menghampiri gadis itu.
"Lo lagi banyak pikiran Ti? Coba sini cerita sama gue kalau lo berkenan,"
Lily menatap Tatiana yang hanya diam. Perempuan itu masih menunggu Tatiana meresponnya.
"Hal apa Ti? Nyokap? atau apa?"
Tatiana masih bergeming. Ia menatap Lily lalu menghela napasnya.
"Ly, gue harus ikut penelitian sama Mars,"
Lily mengangguk. Mendengarkan gadis itu dengan baik.
"Masalahnya gue nggak bisa Ly,"
Lily mengerutkan keningnya. "Nggak bisa karena?"
"Gue nggak mau berduaan sama Mars dalam waktu yang cukup lama. Nggak mau ketemu terus sama dia dan terlibat sama dia. Gue nggak suka,"
"Ti, serius ini lo? Kenapa? Lo takut suka sama Mars?"
Tatiana menggeleng. "Gue takut banyak hal yang bisa kejadian kalau gue terus-terusan sama dia,"
"Terus? Kalau emang bakal ada kejadian, kenapa?"
"Gue nggak bisa Ly,"
"Ti, lo benar-benar jago ngebohongin diri lo sendiri. I mean, kenapa lo harus nahan itu semua? Lo bisa aja lepas dan nggak usah mikirin hal aneh yang belum tentu kejadian,"
Lily menarik napasnya. "Lagian, worst case nya apa sih? Lo suka sama Mars kan? Itu yang lo tahan kan?"
Tatiana diam. Iya, tapi bukan itu yang utamanya.
"Kalau waktu kalian berdua bikin lo jatuh sama Mars, kenapa harus ditahan Ti? Lo takut?"
"Bukan gitu Ly-"
"Ti. Manusia nggak akan ada yang pernah bisa mengontrol perasaannya. Kalau penelitian ini bikin lo takut karena jatuh sama Mars, lo harus buat sebaliknya. Bikin Mars yang jatuh sama lo,"
Tatiana menggeleng. Bukan masalah jatuh, tetapi ini masalah identitasnya. Ia tidak ingin Mars atau siapapun tahu. Selain itu hanya akan dianggap candaan, Tatiana juga tidak mau kembali masuk ke keluarga Tjandrata.
Keluarga itu hanya akan membuat Tatiana melupakan Bastien, ayahnya.
"Tatiana, lo nggak perlu takut. Bahkan ketika lo jatuh duluan ke Mars, nggak akan ada yang menganggap lo lemah,"
*****
Mars menghentikan langkahnya di koridor sekolah saat seseorang memanggilnya. Mars mengerutkan keningnya ketika mendapati Marinda, perempuan yang merupakan teman sekelasnya memanggilnya.
Ketika perempuan itu sudah di hadapannya, Mars mengangkat sebelah alisnya.
"Gue lihat lo kemarin di acara keluarga lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Teen Fiction[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...