All I know since yesterday is everything has changed.
*****
Tatiana terduduk menangis setelah lelaki itu pergi meninggalkannya. Tuhan, mengapa ketika Tatiana harus mencintai lelaki, lelaki itu ternyata kakaknya sendiri?
Bukan maksud Tatiana untuk mengucapkan kata-kata kasar seperti itu pada Mars. Tatiana juga tidak bermaksud untuk menyakiti Mars sedalam itu.
Tatiana hanya tidak bisa. Tidak mungkin Mars selalu di sampingnya sedangkan Tatiana tidak akan pernah bisa memberikan hatinya untuk lelaki itu.
Walau pada kenyataannya, hatinya memang sudah milik lelaki itu.
Tatiana terpaksa. Terpaksa menyakiti Mars agar lelaki itu menjauhinya.
Mars seharusnya tidak hadir di hidup Tatiana dengan cara seperti ini.
Seharusnya Tuhan mempertemukan mereka langsung sebagai saudara, bukan untuk jatuh cinta pada hal terlarang seperti ini.
Tatiana kemudian berdiri. Menghapus air matanya dan berjalan denhan gontai menuju lift. Ia harus turun ke bawah dan mengakhiri perlombaan itu dengan baik. Tidak ada cara lain untuk bisa menghindari Mars hari ini. Biarlah hari ini menjadi hari paling menyakitkan untuk mereka berdua.
Sesampainya Tatiana kembali di ballroom tempat mereka lomba. Tatiana dikejutkan dengan pengumuman tiba-tiba yang membuat semua bertepuk tangan dengan meriah.
"Pemenang kita pada sore hari ini adalah, Tatiana dan Mars dari SMA Nusantara Cita dengan tema penelitian pendidikan dan sektor ekonomi!"
Tatiana melangkah kaku. Ia telah sampai di samping Mars dan di antara guru-guru mereka. Tatiana bahkan bergeming ketika gurunya satu persatu memeluknya.
Tatiana seperti kehilangan fokus saat tangannya digenggam dengan genggaman hangat. Genggaman yang membawanya naik bersama menuju panggung megah itu. Genggaman yang menuntunnya untuk akhirnya mengangkat piala besar itu bersama.
Tatiana kaku di tempatnya. Bahkan ketika semua orang di bawah panggung mengambil foto pada mereka, bahkan ketika semua orang bersorak heboh, dan bahkan ketika ia dikalungi medali oleh panitia dan juri, Tatiana hanya terdiam kaku di tempatnya. Pandangannya kosong.
Kilatan cahaya dari kamera-kamera yang memotret dirinya dan Mars tidak mampu membuat Tatiana bergerak sedikitpun. Pandangan gadis itu hanya kosong ke depan.
Dan pertahanannya pun runtuh ketika ia merasa dipeluk hangat oleh lelaki yang sangat ia hafal. Tatiana meneteskan air matanya saat dirinya dibawa ke dalam pelukan Mars.
Tatiana tahu ia tidak akan pernah berhenti menangis setelah Mars membisikkan kalimatnya tepat di telinga Tatiana.
"Congratulations for us, Tatiana. Ini akan jadi kado pertama dan terakhir dari kamu untuk aku, dan pelukkan ini akan aku anggap cukup untuk mengunci semua kenangan kita di Jogja,"
******
"TATIANA SELAMAT!"
Tatiana yang berjalan sangat lesu itu kemudian menampilkan senyum terbaiknya saat ketiga sahabatnya berlari memeluknya. Tatiana menarik napasnya.
Setidaknya Tatiana masih memiliki mereka dan Gendra.
"Thank you guys," lirih gadis itu membalas pelukkan ketiganya.
"Lo. Keren. Banget! Gue nggak kaget sih harusnya lo menang. Tapi tetap aja, lo keren abis!" ucap Lily dengan senang.
"Eits! Kita punya sesuatu!" ucap Syaena.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Teen Fiction[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...