•Chapter 14• Broken Wings

415 45 7
                                    

I wanna be defined by the things that I love.

******

"Mana Tatiana?"

Mars mengerutkan keningnya ketika Dewa hanya berjalan sendirian memasuki balai warga. Ia baru saja mengantar Dhiya Tjandrata kembali menuju mobilnya dan meninggalkan Desa Kadipaten.

Melvira, gadis itu selalu mengintil di belakangnya yang jujur saja membuat Mars risih. Mars terpaksa mengenalkan gadis itu pada Dhiya Tjandrata. Hampir saja oma nya mengira kalau Melvira adalah partner penelitiannya.

Kembali pada Dewa. Lelaki itu berjalan dengan lesu membuat Mars langsung menghampirinya. Bertanya keberadaan Tatiana yang tidak ia lihat semenjak mereka pergi berpisah.

"Mana Tatiana?" tanya Mars sekali lagi membuat Dewa menatap penuh pada lelaki itu.

"Enak ya jadi kamu,"

Mars mengerutkan keningnya. "Maaf?" tanya Mars memastikan.

"Kamu sudah terlahir kaya, punya fisik yang rupawan, keturunan dengan nama belakang ternama, pantas saja pasti mudah bagi kamu menaklukkan perempuan seperti Tatiana,"

Mars mengeratkan tangannya. "Maksudnya perempuan seperti Tatiana apa ya?"

Dewa mengangguk pasrah. "Perempuan yang akan mudah takluk dengan lelaki kaya dan punya segalanya. Tatiana-"

Dewa tidak sempat menyelesaikan ucapannya karena tanpa dikira, Mars langsung memukul tepat di wajah lelaki itu.

"Jaga omongan lo ya!"

"Mars!" Melvira menatap terkejut dan langsung membantu Dewa yang terjatuh.

Mars menarik napasnya penuh emosi. Ia menatap tajam pada Dewa.

"Sialan! Harusnya gue nggak ngasih lo kesempatan buat ngobrol berdua sama Tatiana!"

Mars kemudian melangkah mendekati lelaki itu. Ia menatap Dewa dengan berani.

"Mana Tatiana?"

Dewa mengusap pipinya yang langsung melebam. Ia terkekeh kecil.

"Dia pergi begitu aja setelah membela dan mengancam saya untuk ndak akan pernah merendahkan kamu lagi di depan dia,"

Mars menatap benci lelaki itu. Ia kemudian melirik pada Melvira.

"Urus ketua lo! Bilang sama dia kalau urusan dia sama gue nggak akan pernah selesai,"

Mars menarik napasnya. Mendekati Dewa hingga jarak mereka menipis. Menatap tajam pada lelaki itu.

"Siapapun yang nyakitin Tatiana, berhadapan sama gue. Siapapun,"

*****

"Tatiana!"

Tatiana yang sedang duduk di gazebo samping posyandu menoleh dan mengerutkan keningnya melihat Mars. Lelaki itu menghampirinya dengan cepat dan berantakan.

"Lo nggak apa-apa?"

Mars langsung menangkup bahu Tatiana membuat Tatiana semakin mengerutkan keningnya.

"Mars? Lo kenapa sih?"

Mars menarik napasnya. "Si brengsek itu nggak ngapa-ngapain lo kan?"

"Si brengsek itu tuh siapa?" tanya Tatiana tidak mengerti.

Mars mendecak kesal. "Dewa Ti! Duh bahkan ngucap namanya aja gue nggak sanggup!"

Tatiana menggelengkan kepalanya. "Gue nggak kenapa-kenapa. Lagian lo kenapa sih? Datang-datang kayak panik begitu,"

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang