•Chapter 40• The Story Of Us

632 35 4
                                    

Need a place to hide but I can't find one near.

*****

Tatiana jatuh terlalu dalam pada Aksara Mars Tjandrata. Dalam hatinya mengakui bahwa ia sudah cinta pada lelaki itu. Entah ini sebuah kesialan atau apa, Tatiana turut serta berduka atas hatinya yang tidak kunjung mendapatkan kebahagiaan.

"Gue juga berduka, Ly," ucap Tatiana dengan serak.

Sore ini ia membuat janji temu dengan Lily. Hanya Lily seorang. Ini pertemuan pertama mereka setelah Tatiana harus melanjutkan hidupnya di Sydney.

Lily mengangguk. Menggenggam tangan Tatiana dan memasang wajah prihatinnya. "Gue tahu, Ti. Gue yakin Mars juga tahu,"

Lily menarik napasnya. Menatap Tatiana dengan serius. "Ti, gue tahu perasaan lo ke Mars bukan hal main-main. Bukan juga perasaan sesaat doang. Gue tahu lo udah jatuh cinta sama dia. But now i think you should move on Ti. Bahkan setelah kalian jauh pun, semesta nggak merestui kalian bersama —apalagi memulai sesuatu yang nggak mungkin. Gue ngomong ini bukan untuk ngejatuhin lo Ti, ataupun bukan untuk buat lo semakin menderita. But please hear me out. You can't live like this anymore Ti. Hidup lo jauh lebih berharga dari ini semua —lo pun berharga. So, let's move on and heal,"

Tatiana terdiam. Meski hatinya meronta-ronta menolak argumen Lily, logikanya justru menerima itu semua dan menekan dirinya untuk percaya —bahwa semua omongan Lily adalah fakta.

Tatiana tidak bisa hidup bergantung pada perasaannya untuk Mars selama bertahun-tahun. Tidak ketika mereka tidak kunjung menemukan titik terang akan hubungan mereka.

"Dari awal, lo pun tahu kalau kalian itu bukan sesuatu yang memungkinkan. Lo ngebiarin diri lo jatuh terlalu dalam for nothing Ti. Jadi sekarang lo harus bangun lagi,"

Tatiana menunduk. Tak ada lagi tetes air mata yang mengalir. Hanya harapan yang semakin pupus. Hanya pejaman matanya yang kini ia lakukan sebelum akhirnya ia mendongak. Menatap Lily dengan pandangan sendu.

"You're right. It's time for me to move on,"

*****

Tatiana berjalan melewati lorong kediaman Tjandrata dan berhenti pada satu tempat yang berisikan pajangan-pajangan foto keluarga Tjandrata, termasuk dirinya. Matanya menelusuri setiap bagan keluarga dan foto-fotonya hingga berhenti pada satu figura Dhiya Tjandrata.

Tatiana tersenyum tipis. Ia tahu selama ini yang omanya inginkan hanyalah keutuhan keluarga Tjandrata meskipun harus berdarah-darah di dalam.

"Oma buat ini semua tujuannya biar kita tahu siapa keluarga kita, terutama buat lo dan gue,"

Tatiana menoleh ke kirinya dan wajahnya berubah menjadi datar saat Mars berdiri di sampingnya turut menatap foto-foto tersebut.

"Ini,"

Tatiana menunduk dan mengerutkan keningnya saat Mars memberikannya satu kotak beludru berwarna biru.

"Ini apa?" tanya Tatiana dengan bingung.

"Buka aja. Oma ngasih itu ke gue dua minggu sebelum dia pergi. Dia bilang dia mau ngasih itu langsung ke lo tapi keadaannya nggak memungkinkan dia untuk pergi jauh. It was her favorite necklace. Since you're the only her granddaughter, so it belongs to you,"

Tatiana membuka kotak tersebut dan tersenyum tipis melihat satu kalung emas dengan huruf yang bertuliskan Tjandrata diukir dengan sangat mewah dan indah.

"Bagi oma, nggak ada yang lebih penting daripada Tjandrata. Sometimes gue kecewa sama diri gue yang masih banyak membantah apa yang dia mau when all her ever wanted was what's good for Tjandrata,"

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang