•Chapter 7• Memang Akan Selalu Bertemu

514 61 2
                                    

Bolehkah aku mendapat sedikit perhatian kamu?

*******
Mars duduk di taman sekolahnya. Hari ini cukup cerah dan membuat Mars gerah. Pasalnya kelasnya baru saja selesai olahraga. Kini lelaki bermata biru itu membiarkan dirinya duduk di bangku taman sekolah.

Matanya lurus menatap gadis yang sedang tertawa bersama ketiga temannya.

Gadis yang beraroma coklat yang selalu mengganggu pikiran Mars.

Mars menghela napasnya. Ia hanya ingin mengenal Tatiana. Tapi kenapa itu terasa sangat sulit?

"Woi, sendirian aja,"

Mars menoleh. Ia tersenyum tipis mendapati Yoshi dan Rodi -teman sekelasnya- yang kini mengambil duduk di sampingnya.

"Nyaman Mars di sekolah ini?"

Mars mengangguk mendengar pertanyaan Yoshi. Tidak ada alasan Mars untuk merasa tidak nyaman. Sekolah yang memang rata-rata diisi oleh anak-anak dengan latar belakang keluarga kaya raya, fasilitas yang memadai, guru-guru yang baik, dan teman-teman yang ramah.

Hanya satu yang membuat Mars tidak nyaman, rasa penasarannya pada Tatiana.

"Gue mau tanya," ucap Mars mengawali.

"Tatiana, punya pacar?"

Rodi terbatuk mendengar pertanyaan Mars. Kemudian laki-laki itu tertawa.

"Kenapa Mars? Lo naksir sama Tati?"

Mars mendelik. "Gue nanya,"

Yoshi ikut tertawa. "Siapa yang mau pacarin Tati, Mars? Cantik? Banget. Pintar? Jangan ditanya lagi. Tapi pertanyaannya, siapa cowo yang berani dekat sama Tati? Selain karena Tati punya Gendra di sekitarnya, Tatiana juga mahal,"

Yoshi kemudian meralat kata-katanya. "Mahal in a good way ya. Maksud gue, Tatiana mahal karena nggak sembarang orang bisa dekat sama dia,"

"Jangankan buat ngegebet, buat bisa ngobrol sama Tati selain tentang pelajaran aja udah bersyukur banget,"

"Tatiana itu definisi cewek sempurna. Paras oke tapi otak juga oke. Sayangnya terlalu misterius,"

Mars terdiam mendengar penjelasan Yoshi. Bukannya terjawab, rasa penasaran Mars malah semakin bertambah.

Entah ini hanya rasa penasaran, atau rasa itu sudah berubah menjadi rasa ketertarikan.

"Gue saranin, kalau lo mau dekati Tati, lo coba pikir-pikir dulu deh,"

Mars menoleh. Mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Sekali Tatiana udah memilih untuk menjauhi lo karena alasan apapun, dia nggak akan pernah membuka jalan untuk lo masuk lagi di hidup dia, meskipun cuma untuk jadi figuran,"

******

"Ibu panggil saya?"

Tatiana mengerutkan keningnya ketika mendengar suara yang sudah familiar ia dengar. Tatiana melirik dan menghembuskan napasnya kasar ketika mendapati Mars sudah berdiri di samping kursinya.

Tatiana tadi mendapat panggilan dari guru fisikanya -Bu Bian- entah karena apa. Dan Tatiana cukup terkejut melihat bahwa ia bukan satu-satunya murid yang dipanggil.

"Mars, silakan duduk,"

Mars, lelaki itu mengambil duduk di kursi kosong di sampingnya. Harum khas Mars cukup mengganggu Tatiana. Entah sejak kapan, Tatiana mulai hafal dengan aroma khasi lelaki itu.

"Nah berhubung kalian berdua sudah hadir, saya memang sengaja memanggil kalian. Pertama saya mau ucapin selamat untuk kalian berdua. Tatiana, seperti biasa nilai kamu selalu mengagumkan. Mars, saya cukup terkejut atas pencapaian kamu,"

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang