•Chapter 3• Dhiya Tjandrata

777 66 2
                                    

Kamu datang, akankah untuk menyakiti?

********

Aksara Mars Tjandrata. Lelaki dengan rambut hitam legam yang lebat, pahatan wajah yang terstruktur dan kulit yang mulus. Putra sulung dari Aries Tjandrata dan mendiang Asmira Tjandrata itu memiliki adik lelaki bernama Ansara Venus Tjandrata. Sejak lahir ia sudah tinggal di Manchester, Inggris. Sang Mama meninggal ketika melahirkan Venus membuat Mars yang hanya berbeda satu tahun dengan Venus itu hanya memiliki sedikit kenangan bersama mendiang Mamanya. Bahkan kenangan tersebut cenderung pudar karena ingatan yang terbatas ketika berusia satu tahun.

"Mars,"

Lelaki itu membalikkan badannya. Pandangannya langsung terarah pada Papanya yang berjalan tegap ke arahnya.

"Lusa Oma kamu pulang. Dia mau mempersiapkan acara tahunan kita. Kamu jemput Oma,"

Aries Tjandrata membalikkan badannya. "Bilang sama oma kamu, papa belum tentu hadir,"

Acara tahunan kita yang sudah Mars pahami ialah Tjandrata Gala Eve. Merayakan Anniversary Tjandrata & Co. serta tak lupa ulang tahun sang Oma, Dhiya Tjandrata.

******

"Gue baru pulang nganter Misya,"

Tatiana memegang ponselnya sembari merebahkan dirinya setelah dua jam berada di meja belajarnya menyelesaikan soal-soal fisika pada buku yang diberikan Mas Medi kemarin.

"Gimana tadi pemotretannya? Lancar?"

Tatiana dapat mendengar di seberang sana suara Sisy, adik dari Gendra yang sedang berbicara sedikit pada lelaki itu.

"Bentar Ti. Sisy minta gue ambilin eskrim,"

Tatiana terkekeh lalu mengangguk meskipun Gendra tidak dapat melihatnya. Gadis itu memandang langit-langit kamarnya yang dihias dengan lampu berwarna-warni.

"Kenapa tadi?"

"Pemotretannya lancar?"

Tatiana dapat mendengar Gendra berdeham lalu terdengar suara menutup pintu.

"Lancar. Selesainya agak lama tadi makanya gue baru balik jam segini. Oh ya, gue denger-denger di kelas lo ada anak baru Ti?"

Tatiana berdeham. "Iya. Pindahan dari Inggris katanya,"

"Gue sempet ketemu tadi pas di ruang guru. Kayaknya ini anak pinter banget Ti,"

Tatiana mengerutkan keningnya. "Pinter gimana?"

"Tadi dia langsung dikasih formulir olimpiade. Denger-denger sih katanya emang udah biasa ikutin lomba kayak gitu dulu di Inggris,"

Tatiana terdiam. Sinyal bahaya merasa terancam mulai ia rasakan.

"Tapi tadi gue denger dia nolak sih. Siapa emang nama dia?"

"Mars," bisik Tatiana.

"Ah iya Mars. Dia nolak Ti, katanya masih pingin ngenalin Indo dulu, ngenal sekolah dulu, belum mau mikirin lomba-lomba kayak gitu,"

Tatiana menghembuskan napasnya. "Oh gitu," balasnya tak semangat. Tatiana dapat mendengar Mars yang terkekeh di seberang sana.

"Kenapa lo nggak coba deket sama dia Ti? Lumayan kan kalau beneran pinter,"

"Lo gila ya ngasih sahabat lo ke anak baru yang lo aja nggak kenal?!" kesal Tatiana yang membuat Gendra tertawa.

"Ya kan deket doang. Mumpung sekelas juga. Biar bisa double date Ti,"

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang