I'm gonna pick up the pieces and build a lego house, if things go wrong, we can knock it down.
*****
Sore ini, Tatiana pulang bersama Gendra. Misya, pacar lelaki itu sedang tidak masuk sekolah karena ada pemotretan di luar kota. Kini keduanya sedang berada di salah satu kafe langganan mereka.
"Jadi, gimana Jogja?"
Tatiana menghela napasnya. Sudah malas menceritakannya. Banyak hal yang indah namun harus ditutup dengan tragis.
Tatiana kemudian menatap Gendra dengan serius. "Gen, cariin gue cowok dong,"
Gendra tersedak. Lelaki yang sedang memakan satu slice pizza dengan toping keju mozarella yang melimpah -kesukaan mereka berdua- terpaksa harus menghentikan makannya dan meminum minumannya dengan rakus.
"Lo-apa?"
Gendra terkejut. Sangat. Pasalnya sedari dulu, sudah banyak teman-teman Gendra yang ingin mendekati gadis itu namun Tatiana selalu menolaknya.
"Cariin gue pacar," ucap Tatiana lagi.
"Lo serius sahabat gue nggak sih? Kok beda banget," ejek Gendra membuat Tatiana melempar lelaki itu dengan tisu yang sudah dibulatkan.
"Serius gue Gen. Cariin gue pacar,"
"Lo kenapa Ti? Balik dari Jogja kok tiba-tiba minta punya pacar?"
Tatiana menggeleng pelan. "Cuma pingin," jawabnya santai.
"Ti, kenapa nggak coba sama Mars aja? Kan dia yang pergi sama lo ke Jogja kemarin kan?"
Tatiana menghembuskan napasnya kesal. Seandainya takdirnya tidak seperti ini juga mungkin sekarang statusnya adalah pacar lelaki itu.
"Gue nggak mau Gen," tolak Tatiana.
"Alasannya?"
Tatiana menarik napasnya. Bimbang harus memberi tahu Gendra atau tidak. Namun, Gendra adalah sahabatnya dari kecil, bahkan sudah seperti abangnya sendiri. Keluarga Gendra juga sudah menganggap Tatiana seperti anak mereka.
"Gen, gue mau kasih tau lo satu fakta tentang gue but please keep it to yourself aja ya,"
"Apa?" tanya lelaki itu setelah mengangguk. Gendra menatap Tatiana dengan serius karena gadis itu kini tak mengalihkan pandangannya dari dirinya.
"I am Tjandrata,"
"Apa? Lo jadian sama Mars? Kalo gitu ngapain minta gue-"
"Bukan Gen! Gue Tjandrata. Nyokap gue anaknya Dhiya Tjandrata, neneknya Mars. Which means?"
"Lo dan Mars sepupu," bisik Gendra tak percaya. Gendra kemudian menggeleng pelan. "Gimana ceritanya lo tiba-tiba Tjandrata?" kesal Gendra. Lelaki itu merasa ditipu tidak pernah diceritakan hal sepenting ini oleh Tatiana.
Tatiana menghela napasnya. "Gen, inget kakek gue?"
Gendra mengangguk. Tentu saja ia ingat kakek Tatiana yang selalu mengajaknya bermain catur setiap mereka mengunjungi ke villa milik keluarga Tatiana.
"Lo nggak pernah wondering kenapa kakek gue hidup sendiri? Kemana istrinya?"
"Gue kira istrinya udah-"
"Nggak Gen. Istrinya, istri satu-satunya ya, itu Dhiya Tjandrata," ucap Tatiana pelan. "Mereka cerai since my mom was a baby. Kakek gue pergi ninggalin rumah dan harta mereka semua ke nenek gue dan cuma bawa nyokap gue yang masih bayi,"
"Ta-tapi Mars tahu?"
Tatiana menggelengkan kepalanya. "No one knows Gen. Gue dan nyokap gue memang berdiri sendiri tanpa embel-embel Tjandrata. Nyokap gue nggak mau pakai nama itu jadi namanya lagi. Dia ngerasa dibuang dan nggak pernah dicari,"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Teen Fiction[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...