•Chapter 22• Pieces

438 68 10
                                    

Now I'm looking in the eyes of a stranger.

*****

"—Anyway, welcome home adik,"

Tatiana membeku. Tatapannya mendadak kosong. Ia menatap Mars dengan sangat terpukul. Ia tahu bahwa itu fakta yang sebenarnya. Namun kenapa hatinya begitu sakit?

Mars kemudian pergi begitu saja dari hadapan Tatiana dengan sedikit menyenggol bahunya. Meninggalkan Tatiana lagi-lagi dengan kehampaan. Tangan Tatiana mengepal. Tuhan, dari sekian banyak manusia di dunia ini, kenapa Tatiana harus jatuh cinta pada Mars? Pada kakaknya sendiri?

Mars, lelaki itu bahkan tidak membiarkan Tatiana memberi argumennya. Mars tidak membiarkan Tatiana berbicara sedikitpun. Mars juga tidak membiarkan Tatiana mengutarakan perasaan sebenarnya.

Terlambat. Tatiana terlambat. Karena sampai kapanpun, ia tidak akan pernah bisa mengutarakan perasaannya pada Mars. Tidak lagi dengan status mereka yang sudah diketahui oleh Mars.

"Kak,"

Tatiana menoleh dan langsung tersenyum tipis melihat Venus yang menghampirinya. Tatiana dengan seksama melihat Venus. Lelaki itu secara fisik sangat berbeda dengan Mars meskipun Venus juga sama tampannya dengan Mars. Venus justru lebih mirip dengan Samuel Tjandrata.

"Kakak dicariin oma. Bukannya abang katanya tadi nyamperin kakak? Nggak jadi?"

Tatiana mengangguk pelan. "Iya tadi udah dibilangin sama Mars," katanya dengan suara yang kecil.

Venus mengangguk. "Ayo kita ke depan," ajak lelaki itu yang diangguki oleh Tatiana.

Keduanya kemudian berjalan menuju barisan depan. Venus berdiri di samping Tatiana. Sesekali Venus melirik Tatiana.

"Kak," panggil Venus ketika mereka hampir sampai.

Lelaki itu menghentikan langkahnya membuat Tatiana ikut memberhentikan langkahnya.

"Are you okay? Mau benerin penampilan dulu? —cause you look a bit mess,"

Tatiana tersenyum. "Malu-maluin ya?"

Venus dengan panik menggeleng. "Bukan. Bukan itu maksudnya. Aku cuma takut kak Tati nggak sadar sama penampilan kakak yang sedikit berantakan. Seriously, are you okay kak?"

"Did someone hurt you kak? Aku bilang abang ya—"

Tatiana terkekeh. "Santai aja Venus. Aku baik-baik aja,"

"Venus," panggil Tatiana. Ia menatap adik sepupunya itu dengan senyuman tipis.

"Kamu nggak kaget? Sama semua hal yang kejadian ini?"

Venus menggeleng. Lelaki itu terkekeh pelan. "Kak, oma has a lot of secrets. Nggak mengherankan kalau dia ternyata punya anak dan cucu lain. Justru aku khawatir sama kakak. After this, your life is gonna be change. Mungkin kehidupan kakak akan tersorot, kayak abang. Are you okay with that?"

Tatiana tersenyum kecil. Menyenangkan memiliki adik yang perhatian padanya.

"Venus. Mungkin kamu nggak tahu kalau aku adalah anak Bastien Arshandra —musisi yang sekarang dipenjara karena kasus narkoba. Being on a spotlight after this, is not my first time —jadi aku udah bisa nerima kalau fase hidup aku selalu berubah-ubah,"

Venus mengangguk lalu menghela napasnya lega. Ia kemudian kembali berjalan hingga keduanya sampai di hadapan Dhiya Tjandrata.

"Tatiana! Dari mana saja kamu? Acara kita sudah terlambat untuk mulai hampir setengah jam,"

Tatiana tersenyum tipis. Matanya tidak bisa tidak melirik pada Mars yang sudah duduk di kursinya dan menghadap depan. Lelaki itu kelihatan sekali menghindari Tatiana bahkan tidak mau menatap Tatiana.

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang