My heart's already breaking, baby go on twist the knife.
*****
"Mars, ini Samara Tjandrata. Adik papa kamu, anak kandung oma yang selama ini ikut dengan opa setelah perceraian itu. Dan ini Tatiana, adik kamu,"
Tatiana dapat merasakan mata Mars menatapnya linglung. Ia juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Lelaki itu tampak amat sangat terkejut, sedangkan Tatiana hanya bisa diam. Sungguh perbedaan yang sangat signifikan.
Pandangan Tatiana kepada Mars tertutup lelaki yang kini maju dan menjulurkan tangannya.
"Saya Venus kak,"
Tatiana langsung ikut linglung. Ia mau tidak mau menatap Venus. "A-aku Tatiana. Panggil Tati aja," ucapnya sembari membalas jabatan tangan Venus.
"Kenapa oma baru kasih tahu sekarang? Venus baru tahu kalau papa punya adik dan aku punya kakak selain Mars,"
Dhiya Tjandrata tersenyum tipis. "Selama ini mereka ikut opa kalian," jawab Dhiya Tjandrata.
"Mars?" panggil Dhiya Tjandrata karena lelaki itu hanya diam.
"Sudah kenal," jawab lelaki itu pendek.
Tatiana terdiam. Ia kemudian mengangguk lalu tersenyum tipis. "Iya oma. Kita kan satu sekolah, satu kelas, dan pernah ke Jogja berdua,"
"Ah iya, oma lupa. Venus, tolong panggilkan papamu. Dia tadi sedang berbicara dengan Jonathan Downey,"
Selepas Venus pergi meninggalkan mereka semua, Tatiana kembali menatap Mars namun lelaki itu memilih memalingkan pandangannya. Tidak ingin menatap Tatiana.
"Mars,"
Tatiana ikut menoleh saat ada gadis yang menghampiri mereka berdua. Tatiana langsung menunduk kala melihat gadis itu datang dengan senyuman dan langsung mencium pipi Mars.
"Aku dari tadi ikut ngobrol sama papa kamu. Kamu kemana aja aku cariin?"
"Eldeiska," sapa Dhiya Tjandrata dengan ramah.
Eldeiska menoleh dan langsung buru-buru menghampiri Dhiya Tjandrata dan menyalimi beliau dengan sopan.
"Eldeiska, kenalkan ini Samara Tjandrata. Adiknya papa Mars dan ini anaknya, Tatiana, cucu saya,"
Eldeiska tersenyum. Setelah menyalami bundanya, Tatiana dapat melihat Eldeiska kini berdiri di hadapannya dan tersenyum.
Tanpa sadar Tatiana membandingkan dirinya yang sangat jauh berada di bawah Eldeiska. Eldeiska gadis yang cantik, penuh wibawa, dan tentunya berkelas. Tatiana sangat merasa rendah disandingkan dengan gadis itu.
"Hai, aku El,"
Tatiana mengangguk dan mencoba tersenyum. "Tati," jawabnya pendek.
Eldeiska mengangguk dan kembali menghampiri Mars. Tatiana dapat melihat gadis itu yang langsung mengaitkan lengannya pada lengan Mars membuat Tatiana menghembuskan napasnya pelan.
Sementara itu, Dhiya Tjandrata dan Samara Tjandrata sudah sibuk berbincang berdua membuat Tatiana semakin merasa keberadaannya di sini adalah sebuah kesalahan.
"Mars, aku dengar kamu kemarin ngobrol sama Marinda. Dia nggak ngapa-ngapain kamu kan? Aku juga heran kok dia bisa semenyebalkan itu ya?"
Tatiana hanya menunduk. Ia tidak tahu harus berbicara pada siapa. Ia merasa tidak pantas ada di sini. Matanya juga mulai memanas.
"A-aku izin ke toilet dulu," ucap Tatiana. Semuanya menatap padanya, termasuk Mars.
"Tatiana," panggil Dhiya Tjandrata membuat Tatiana menoleh menatap omanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Teen Fiction[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...