Is All I Want too much to ask?
******
Mars merasa sangat haus. Tetapi lelaki itu sangat malas untuk beranjak dari kasurnya. Ia melirik pada jam kecil di nakas samping tempat tidurnya. Pukul dua dini hari membuat Mars menghembuskan napasnya. Gila memang kalau mengingat ia sudah tidur sejak pukul lima sore dan terbangun tengah malam seperti ini. Mars pastikan ia tidak akan bisa tidur setelah ini.
Mars kemudian mendecak dan mendudukkan dirinya. Ia mengacak rambutnya. Bahkan ia masih memakai celana sekolahnya dan hanya atasannya saja yang sudah berganti menjadi kaos hitam polos.
Mars kemudian beranjak dan berjalan membuka pintu kamarnya. Ia berjalan menuju dapur bersih di lantai bawah. Mars menggigit bibirnya. Mengumpat karena jarak dapur yang sangat jauh dari kamarnya dan ia harus melewati beberapa lorong yang gelap hingga pada akhirnya ia sampai di dapur tersebut.
Mars mengerutkan keningnya. Lampu dapur menyala dan Mars mendapati punggung perempuan yang membelakanginya sedang membuka kulkas. Tapi tunggu, Mars sangat mengenali perempuan itu!
"Tatiana?"
Mars hampir saja menahan napasnya ketika Tatiana berbalik dan terkejut. Mars lebih terkejut jujur saja. Mendapati Tatiana berada di dapur rumahnya hanya memakai pakaian tidur. Rambut gadis itu diikat asal-asalan dan entah mengapa, di penerangan yang remang pun Mars sudah dapat merasakan matanya dimanjakan dengan kecantikan milik Tatiana.
"Lo ngapain di sini malam-malam?" tanya Mars lalu duduk di kursi tinggi menghadap gadis itu.
Tatiana berdeham canggung. Gadis itu kemudian mengeluarkan susu coklat dan menuangnya ke gelas. "Mau?" tanya Tatiana pada Mars.
Mars menggeleng. "Gue mau air putih aja, please?"
Tatiana mengangguk lalu mengambil gelas dan menuangkan air putih untuk Mars. Tatiana kemudian mengambil susu coklatnya dan duduk berhadapan dengan Mars.
"Lo baru pulang?" tanya Tatiana melihat celana sekolah yang masih dikenakan oleh Mars.
"Gue baru bangun tidur. Gue tidur dari pulang sekolah,"
Tatiana mengangguk. Pantas saja saat ia pindahan tadi, ia sama sekali tidak melihat Mars. Hal yang sedikit Tatiana syukuri.
"Lo... kenapa ada di sini?" tanya Mars sekali lagi.
Tatiana mengangkat kedua bahunya. "Permintaan oma," jawabnya cuek.
Mars mengangguk mengerti. Walaupun sebenarnya ia tidak mengerti apa tujuan Dhiya Tjandrata memindahkan Tatiana untuk serumah dengannya.
"Lo kenapa kebangun? Kenapa nggak lanjut tidur aja?"
Mars mengangkat gelasnya. "Gue kebangun terus haus banget. Makanya gue ke sini. Lo sendiri? Emang suka minum susu coklat malam-malam?"
Tatiana menggeleng. "Minum susu coklat selalu kalau nggak bisa tidur aja," jawabnya.
"Kenapa nggak bisa tidur? Kamarnya nggak nyaman?" tanya Mars.
"Gue emang susah aja kalau di tempat baru," balas gadis itu dengan senyuman tipis.
Mars mengangguk mengerti. Ia menatap Tatiana yang tetap cantik meskipun tanpa riasan dan hanya dengan baju tidurnya. Mars berdeham. Tenggorokannya terasa seperti tercekat.
"Ti," panggil Mars dengan pelan.
Tatiana menghabiskan susu coklatnya lalu menatap pada Mars dengan penuh perhatian. "Apa?" tanyanya.
"Promise me one thing Ti, siapapun nanti yang jadi cowok lo harus bisa memperlakukan lo dengan baik,"
Tatiana membuka bibirnya. "Hah?" Ia sungguh tidak mengerti mengapa Mars tiba-tiba membicarakan hal itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Ficção Adolescente[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...