If I risk it all, could you break my fall?
*****
Hari ini Mars sangat panik. Tatiana tidak masuk sekolah. Tidak ada satupun teman-temannya —bahkan Gendra yang mengetahui keberadaan dan keadaan gadis itu. Mars dibuat pening oleh Tatiana. Semua percobaan telepon dan pesan yang Mars coba kirimkan pada gadis itu tidak membuahkan hasil. Tatiana tetap tidak menjawab membuat Mars semakin panik.
Kini Mars sudah berdiri di ruang tamu rumah mewah milik Tatiana. Pelayan rumah itu sedang memanggil Tatiana untuk turun ke bawah —dan Mars menunggu dengan sangat tidak sabar. Tanpa lelaki itu sadari, kening dan pelipisnya berkeringat. Mars benar-benar gelisah.
"Mars?"
Mars langsung mendongak. Lelaki itu dengan buru-buru langsung berdiri dan memeluk Tatiana membuat gadis itu membeku tak berkutik. Mars memeluk Tatiana dengan sangat erat.
"Mars?" tanya Tatiana dengan bingung.
"Jangan... jangan kayak gini sama gue Ti. Jangan pergi," bisik Mars di pelukannya.
Tatiana terdiam. Ia sungguh tidak mengerti maksud Mars. "Lo kenapa Mars? —Dan gimana lo tahu rumah gue?"
Mars melepaskan pelukannya. Menatap Tatiana dengan serius. "Jangan nerima permintaan oma Ti. Jangan milih pergi ninggalin gue. Gue mungkin bisa nggak sama lo asal lo selalu ada di sini. Tapi gue nggak bisa kalau lo pergi ninggalin gue Ti. Tolong batalin, jangan nerima permintaan oma. Gue mohon,"
Tatiana terdiam. Ia kemudian berdeham. "Permintaan apa Mars?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Tatiana, tolong. Gue lagi nggak mau berdebat dan lain-lain. Jangan tinggalin gue Ti. Apa yang ada di pikiran lo nerima permintaan oma begitu aja? Apa yang dia tawarin Ti —no, apapun itu gue yakin nggak sepadan sama kehilangan gue Ti,"
Tatiana menghembuskan napasnya. "Lo ngomong apa sih Mars? Tawaran? Tawaran apa? —dan apa yang gue terima? Gue nggak ngerti,"
"Tatiana, oma nyuruh lo pindah ke Dubai kan? Lo udah nerima itu semua? Kenapa lo nggak ngomong sama gue Ti?"
"Dan dari mana lo tahu itu semua?" tanya Tatiana dengan bingung.
Mars menghela napasnya. "I saw your ticket," balas Mars dengan pelan.
Tatiana tersenyum tipis. "Gue nggak pergi Mars —well in fact I don't wanna go anywhere but here. Gue nggak nerima tawaran apapun dan nggak ada satu orang pun yang bisa memaksakan kehendak mereka dan memutuskan keputusan tentang hidup gue sesuka mereka Mars —meskipun itu oma sekalipun," jawab Tatiana.
"Mars, lo nggak perlu jauh-jauh datang ke rumah gue untuk memastikan hal kayak gini Mars," tambah Tatiana.
Mars menatap gadis itu dengan serius. "Gue masih bisa bertahan dengan keadaan kayak gini asal lo ada di samping gue Ti. Tapi kalau lo pergi, —gue nggak tahu apa yang bakal kejadian sama gue dan perasaan gue. Gue juga nggak tahu bakal segila apa gue nantinya —because knowing the fact that you are my sister already drives me crazy,"
Mars mengambil tangan kanan Tatiana. Menggenggam tangan gadis itu dan menatap penuh pada Tatiana. Seluruh dunianya ia pusatkan pada gadis yang sedang ia tatap. Berharap gadis itu dapat merasakan semua rasa sayang yang ia salurkan melalui tatapan.
"Ti, gue mungkin nggak bisa minta lo jadi cewek gue. Gue mungkin nggak bisa minta lo balas perasaan gue sepenuhnya. Gue mungkin nggak bisa nuntut lo banyak hal. But please, gue mau minta satu hal sama lo. Gue butuh lo untuk kasih tahu gue hal apapun Ti —apapun termasuk kalau lo mendapat tekanan dari Dhiya Tjandrata,"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Roman pour Adolescents[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...