I'm permanent, you can't erase me.
******
"Well, that was the best experience i ever had,"
Tatiana mendengus. "Ya untuk lo yang nggak pernah coba naik delman,"
Keduanya kini tengah berjalan kaki kembali menuju hotel. Diterangi oleh lampu jalan di sepanjang trotoar.
"Lo laper nggak?" tanya Mars mengingat mereka hanya memakan es krim tadi sore.
"Lumayan," jawab Tatiana yang memang merasakan lapar di perutnya.
"Mau makan? Nasi oke nggak?"
Tatiana mendelik kesal. "Emang apalagi kalau bukan nasi?!"
Mars menghembuskan napasnya. "Nanya doang ya ampun. Gue takutnya lo menghindari makan nasi malam-malam,"
"Lo ngatain gue gendut?"
"Nggak gitu Tatiana. Antisipasi aja daripada lo
ngamuk,""Tapi ternyata lo tetap ngamuk,"
Tatiana mendengus. Kesal pada lelaki itu yang selalu saja memancing emosinya.
"Jadi, makan apa kita? Gue nggak tahu apa-apa," kekeh Mars.
Tatiana menghembuskan napasnya. "Coba gudeg mau?"
"Hah gudeg? Itu apa?"
"Gue lagi malas debat sama lo Mars. Just simply say yes or no,"
Mars tertawa. "Gue ngikut lo, tuan puteri,"
Tatiana memutar bola matanya lalu berjalan mendahului Mars. Kebetulan di dekat mereka ada sebuah ruko yang menjual gudeg dan lumayan ramai.
Keduanya datang dan memilih tempat duduk. Tatiana dan Mars duduk berhadapan. Lelaki itu tampang bingung dan mengerutkan keningnya ketika melihat daftar menu.
"What should i eat?" tanyanya pada Tatiana.
"Lo mau apa? Pakai ayam atau telur? Biar gue yang pesanin,"
Mars menggumam pelan. Lalu lelaki itu mendongak menatap Tatiana.
"Beef nggak ada?"
Tatiana mendecak kesal. "Nggak ada gudeg pakai beef Mars!" kesalnya.
"Pilihannya ayam atau telur, atau nggak sama sekali,"
Mars menghembuskan napasnya. "Telur aja kalau gitu,"
Tatiana mengangguk. "Minumnya apa?"
"Es teh manis,"
Tatiana mengangguk lalu berdiri menuju kasir untuk memesan makanan mereka yang memang sistemnya langsung bayar saat memesan. Namun ketika menyebutkan pesanannya, gadis itu dikagetkan dengan Mars yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Kali ini on me Tatiana,"
Tatiana mengerutkan keningnya. "Emang lo punya cash?"
"Eh ndak apa-apa toh mbak bule. Kita di sini juga sudah bisa gesek,"
Tatiana mengangguk paham. Ia kemudian menatap Mars. Tak lama gadis itu mendecak ketika Mars justru mengeluarkan kartu bank asal Inggris.
"Ini bank opo toh? Kok saya ndak pernah lihat ya?"
Tatiana menghela napasnya. "Sini bu, pakai ini saja,"
Tatiana kemudian menerima kartu milik Mars dan memberikannya pada lelaki itu dengan lirikan yang tajam. Sedangkan ibu kasir kios gudeg itu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Too Well
Teen Fiction[ON GOING] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!] "I don't want you to get hurt. No- in fact, I don't want us to get hurt. We will never make it Mars. Admit it," Tatiana Aulia Arshandra. Gadis dengan sejuta misteri bagi siapapun yang mengenalnya...