•Chapter 24• Same Blood

442 68 45
                                    

You left when I need you to stay, and still I loved you all the same.

******

"How can I leave you alone in this country, Mars? Gue nggak pernah bisa dan nggak pernah mau jauh dari lo Mars,"

Tatiana kemudian berdiri. Ia membalikkan badannya menuju pintu kamar Mars.

"Apa?"

Tatiana mendadak terdiam mendengar suara itu. Ia kemudian membalikkan badannya. Menatap takut pada Mars yang tiba-tiba sudah duduk dan menatap padanya.

"You want to leave?"

"M-mars, lo nggak tidur?" tanya Tatiana gugup.

Mars berdiri. Meskipun agak sempoyongan, lelaki itu kini berhasil sampai di depan Tatiana dan menatap Tatiana dengan serius.

"Tatiana, lo mau pergi? Kemana?"

Tatiana menghela napasnya. "Mars, lo mabuk. Mending sekarang lo ganti baju dan tidur. Tadi gue baru sempat bersihin—"

"Tatiana!" bentak lelaki itu membuat Tatiana terdiam.

"Is it a hard one to answer? Pertanyaannya susah?" tanya Mars dengan tidak sabar. "Jawab gue Tatiana. Lo mau pergi? Kemana?"

Tatiana menggeleng. "Gue nggak pergi Mars —nggak mau pergi,"

"Bohong," balas Mars.

Tatiana terkekeh. "See? You wouldn't believe everything I've said. Buat apa lo tanya gue kalau pada akhirnya lo nggak pernah percaya sama ucapan gue Mars?"

"Tatiana, please just answer the question. Lo nggak akan pergi kan?"

"Apa yang akan beda emangnya kalau gue pergi—"

Tatiana terkejut ketika Mars malah menariknya mendekat. Mencengkram tangan Tatiana dan menatap gadis itu dengan sangat kesal.

"Kesabaran gue habis sama lo Tatiana. Lo emang nggak pernah bisa mengerti gue ya?"

Tatiana mengerjap. Ia merinding dan ketakutan. Namun akhirnya gadis itu mencoba menatap Mars dengan santai. "Dan kenapa gue harus ngertiin lo Mars?"

Mars terdiam. Ia menatap Tatiana dengan tidak percaya seakan-akan gadis itu baru saja menyakitinya lagi. Cengkramannya pada tangan Tatiana melemah. Lelaki yang masih setengah mabuk itu sedikit terhuyung. Menatap Tatiana dengan tatapan terluka.

"Gue terlalu berharap kayaknya sama lo ya. Gue —I don't know why, part of me was still hoping kalau kita bukan saudara Tatiana. Not because I don't like you being Tjandrata, tapi gue masih nggak bisa nerima kenyataan kalau gue sayang banget sama cewek yang ternyata saudara gue. Gue masih ingin ngejar lo karena gue merasa waktu gue buat ngejar lo belum cukup. Gue masih ingin ngasih dunia gue buat lo dan buat lo percaya kalau gue emang sesayang itu sama lo Ti. Tapi kenapa harus lo yang jadi saudara gue? Kenapa Tuhan ngasih takdir kita ketemu cuma untuk jadi saudara pada akhirnya Ti?" tanya Mars dengan lemah.

Mars menunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia mengepalkan tangannya. Ia benci menjadi selemah ini karena perempuan yang bukan mamanya. Tapi, Tatiana sukses membuat Mars selalu merasa lemah di samping gadis itu. Tatiana sukses membuat Mars selalu tidak berdaya.

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang