•Chapter 33• Cruel World

394 52 50
                                    

Nothing ever lasts forever.

*****

"Tatiana,"

Tatiana yang sedang merapikan seragamnya mendongak. Ia mengerutkan keningnya mendapati Eldeiska berdiri di hadapannya. Sore ini Tatiana baru berniat pulang karena sedari tadi ia mengasingkan diri di ruang musik seperti biasanya.

"El? Ngapain di sini?" tanyanya dengan bingung.

Eldeiska melangkah mendekati Tatiana yang masih terdiam. Gadis cantik itu tersenyum tipis. "Aku nungguin kamu daritadi karena aku kira kamu pulang jam tiga,"

Tatiana menggeleng pelan. "Maaf buat lo nunggu lama," gadis itu meringis saat melihat ponselnya yang menunjukkan pukul 6 sore.

"Nggak apa-apa Ti. Aku emang mau ketemu kamu. Ada yang mau aku omongin,"

Tatiana menghembuskan napasnya. "Bukannya kamu nggak seharusnya ada di sini? Besok hari pertunangan kamu El dan aku nggak mau kamu buang waktu sia-sia nungguin aku kayak tadi,"

"I know," ucap Eldeiska dengan lemah. "Aku tetap butuh ngomong sama kamu Ti. Berdua,"

Tatiana mengangguk. Gadis itu membawa Eldeiska menuju tempat duduk yang memang banyak tersedia di lahan dekat parkiran sekolahnya. Ia kemudian mempersilakan Eldeiska duduk sebelum dirinya mengikuti duduk di samping gadis itu.

"Kenapa El?" tanya Tatiana memulai percakapan karena sudah hampir tiga menit mereka hanya terdiam.

"Kamu benar nggak akan datang besok Ti?"

Tatiana menghembuskan napasnya. "Aku ada karyawisata El,"

Eldeiska menggeleng. "Bukan itu alasan sebenarnya kan? Kamu memang menghindari acara besok kan?"

Tatiana tersenyum. Ia tahu kemana arah pembicaraan Eldeiska. "Untuk apa aku ngehindarin acara saudara aku sendiri El?" balas Tatiana.

Eldeiska menunduk. "Kamu nggak mau perjuangin Ti?"

Tatiana menoleh dan mengerutkan keningnya. "Perjuangin apa?"

"Cinta kamu dan Mars," jawab Eldeiska dengan cepat.

Tatiana tertawa. "El, aku sama Mars itu sepupu. Kita—"

"Jangan bohong Tatiana. Mars udah cerita semuanya. Berhenti bohongin perasaan kamu sendiri,"

Tatiana terdiam. Seperti tidak ada muka di hadapan Eldeiska. Tatiana bahkan tidak tahu apa yang harus ia katakan lagi.

"Aku mungkin salah satu perempuan yang beruntung yang bisa dapatin Mars tanpa harus menyentuh hatinya dan mendekati raganya. Banyak di luaran sana yang berharap ada di posisi aku, mungkin kamu salah satunya. Tapi, kebahagiaan aku nggak bisa diukur dengan lebih unggul satu hal dibanding banyak perempuan sana yang menginginkan Mars, Ti. Aku nggak bisa bilang diri aku lebih baik dari orang lain. Aku bahkan ngerasa aku nggak pantas ada di posisi ini. Harusnya orang lain —harusnya kamu. Bukan aku,"

Tatiana mendongak. Menatap Eldeiska yang tersenyum tipis. "Aku selalu berharap takdir aku nggak kayak gini Ti. Aku tahu ini norak, tapi aku selalu punya keinginan dan pernikahan impian di otak aku —dan pastinya itu bukan sama Mars,"

Eldeiska terkekeh pelan. Seakan menertawakan nasibnya. "Aku tahu Mars orang yang baik. Aku percaya dia mungkin juga akan memperlakukan aku dengan sangat baik. Tapi aku mau egois Ti. Ketika aku dipaksa untuk memiliki seseorang, aku mau miliki semuanya. Semuanya —termasuk hatinya,"

Eldeiska menarik tangan Tatiana. "Makanya aku tahu aku nggak akan pernah bisa sama Mars. Bahkan ketika banyak pihak yang memaksa kita untuk bersatu, setidaknya aku adalah orang waras yang mungkin gila untuk menghentikannya,"

All Too WellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang