Yibo mendatangi putrinya yang masuk rumah sakit karna demam,hatinya mencelos dan terbang dengan buru-buru kembali ke kotanya.
Yibo segera merebut anak perempuan yang ada di gendongan ibunya, mengecupnya dengan khawatir.
"Bagaimana dokter?""Hanya demam biasa.."
.
.
.
.
Kali ini dia harus menyerahkan segelontoran uang kembali, setiap hari Zhan mengunjungi rumah sakit sebagai kewajibannya sebagai orang tua yang bersalah atas apa yang terjadi.Zhan mendekati si sulung yang jauh lebih sehat dari adiknya,dengan memakai masker dia bergumam.
"Kakak,jaga adeknya disini ya..untuk saat ini kalian belum punya nama,papa yang salah disini..tolong bantu papa ya,kakak sehat terus.."katanya.Si sulung sedikit menimbulkan senyum,Zhan senang atas tanggapan itu,sulung sangat terlihat sehat,berbeda sekali dengan si bungsu yang bertubuh kuning dan beberapa kali muntah katanya.
Zhan menghampiri bungsu yang anteng dengan banyak alat,lebih banyak daripada kakaknya,rasanya sangat perih walau kata dokter perkembangan menuju lebih baik,Zhan harus mendapatkan donor hati untuk putranya,dia berharap akan lebih cepat di dapat nanti.
"Tolong bertahan sayang,papa bakal lakuin apa saja buat kamu,jangan takutin kakak kamu disini ya,nanti kalo sehat adek bisa main bareng kakak.."
Zhan segera pergi,rasanya sangat kacau jika dia ke rumah sakit,jiwanya menjadi lemah ketika melihat kedua putranya seperti itu.
Dering ponsel membuyarkan lamunannya,nomer tak di kenal tercetak jelas.
"Halo?"
"Ah..senang kenal denganmu Alice.."
"Iya saya ingat jadwal saya..saya akan segera kesana.. "Zhan menutup telpon dan segera pergi menuju tempat yang sama kemarin,ini masih jam 10 dan dia harus segera kesana 15 menit lagi.
Photoshoot kali ini berada di kota yang sama di tempat Zhan tinggal,jadi tak perlu dirinya melewati bandara yang hiruk pikuk,serta tak perlu di kawal banyak bodyguard.
Di depan gedung, perempuan yang bernama Alice menghampirinya,beliau tak begitu muda lebih tepatnya awet muda, memperkenalkan diri dengan nama Alice sebagai nama internasionalnya,beliau juga mengatakan bahwa dirinya seorang nenek,dia sudah menikah namun bercerai mati,putrinya juga sudah menikah dan memiliki seorang putra,jika pengalaman hidup Alice lebih ahli daripada dirinya.
"Agar kita lebih akrab panggil saja Alice,agar aku merasa awet muda."
"Hahaha.. strategi yang bagus, baiklah anggap saja kita seumuran seperti harapanmu Alice."
"Terimakasih Xiao Zhan,jika memerlukan sesuatu kau bisa hubungi aku dalam waktu apa pun,jadwal kita sangat padat untuk sebulan ke depan."Alice membawakan tas yang di pakai Zhan sebagai hari pertamanya.
Alice tipe yang banyak bicara,sangat terbalik dengan Zhan yang lupa akan cara bicara yang menyenangkan seperti apa.
"Aku tidak memiliki kepribadian yang baik,tolong jika aku keterlaluan padamu tegur saja aku."kata Zhan,dia merasa tak enak hati,manusia di sebelahnya sangat senior dalam hidupnya,Zhan terlalu brengsek jika bersama orang baru.
"Tidak masalah,aku akan mengubahmu,tapi dari wajahmu,kau orang yang baik,kau seolah seperti putraku."
Zhan hanya terkekeh, melanjutkan kegiatannya yang mulai menyiapkan barang-barang yang di butuhkan,dia harus segera berada di depan kamera,bahkan hingga larut malam nanti dia masih ada disini.
Sebagai rasa hormatnya kepada Alice,dia harus menyajikan Alloh di rumah hari ini,pertama kali Alice datang ke apartemen Zhan,dia terpukau akan kerapiannya,tapi wajar saja ini untuk tempat tinggalnya seorang diri.
"Berapa harga sewanya?""Aku membelinya dulu."
Alice mengangguk mengiyakan, Alice duduk di ruang tamu, mengambil remot untuk dia nyalakan televisi yang hampir berdebu itu,Zhan datang membawa kaleng alkohol serta makanan sebagai pelengkapnya.
"Maafkan aku,aku jarang memiliki tamu,hanya menghidangkan apa yang ada."
"Tidak masalah,kau menerima kedatanganku saja,aku sudah berterimakasih."
Zhan duduk berdampingan dengannya,Alice juga sibuk akan televisi yang ia tonton, tiba-tiba saja Alice menoleh ke Zhan dengan tatapan serius.
"Kau operasi apa?"Zhan tersedak sambil menaruh kaleng alkoholnya,"Operasi?"
"Hmm,mereka mengeluh khawatir akan luka operasi di perutmu."
"Itu hanya..operasi biasa, perutku sekarang tidak sebagus 2,3 tahun yang lalu,itu hanya tindakan kecil untuk menjaga kesehatan."jelas Zhan dengan gugup,dia tidak ingin keadaannya di ketahui,Zhan harus menjaga jarak dengan Alice kedepannya.
Alice orang yang sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan,jika dia mengetahui masalah Zhan,dia akan melarang dan akan sedikit protektif dalam jangka waktu yang sangat lama.
Kepulangan Alice yang tak terlalu larut sedikit membuat Zhan lega,dia ingin segera istirahat.
Pagi ini dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya,namun pagi ini tubuhnya sangat menolak itu bangun,tapi sambungan telepon dari sang manager sungguh mengganggunya hingga benar-benar Zhan terbangun lantas segera berangkat.
Bahkan untuk make up,kepala Zhan harus di sangga Alice,serta badannya yang panas di beri kompresan air es.
Di ketenangan hari ini, tiba-tiba saja Zhan bangkit dan menjauh tanpa mengatakan apa pun,dia berlari ke toilet dan membuka closet duduk,dia muntah.
Make up yang dia gunakan seolah tak berguna, wajah pusatnya masih terlihat dengan jelas, memperlihatkan bahwa dia memang tidak baik-baik saja.
Rasanya ingin mati,mual dan muntah ya seolah memeras tubuhnya dengan brutal,tak memberi jeda hanya untuk bernafas atau mengeluh sebentar saja,yang dia muntahkan hanya air beer semalam,itu semakin sakit ketika organ kecil sialan yang menjadi pusatnya menjadi sangat tak terkontrol.
Merasa lebih baikan,tangannya meraba menekan flash,menutup closetnya kembali,lantas duduk untuk mengatur nafasnya dengan baik.
Matanya memerah,tubuhnya yang begitu kurus sangat memprihatinkan,belum selesai disana,sampai di rumah Zhan kembali membuka closet dan mencengkramnya dengan erat,cairan empedu semua dia keluarkan dengan tergesa-gesa.
Tetesan darah juga berlomba-lomba untuk turun dari hidungnya,Zhan mengusapnya dengan tangan kosong,matanya menjadi sangat sayu serta paksaan muntah yang bertubi-tubi membuatnya hilang kewarasannya.
"Arghhhhh....hiks.."
"Huek..."
Keesokan paginya dia kembali melakukan aktivitas yang sama,jangan pedulikan tubuhnya yang semakin hari semakin menyusut,bahkan tangannya kehilangan lemak bahkan pakaiannya menjadi kebesaran.
Yibo menghubunginya dan membahas kontrak panjang,memberinya uang dan kembali bekerja tanpa mengatakan apa pun,Yibo menghormati keputusan Zhan,dia tak ingin mendekati dengan cepat.
Hari juga semakin menuntutnya uang,biaya rumah sakit semakin hari semakin besar,bahkan untuk demam saja,Zhan mengasihani uangnya untuk membeli obat,dia minum air jahe walau nanti dia muntahkan juga.
Hidup gila yang di jalani menjadi lebih berantakan,porsi tubuhnya yang tak lagi ideal membuatnya kesusahan dalam menentukan kerja.
Dia menyiksa dirinya sendiri atas yang sudah terjadi.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
不是第一个Bukan Yang Pertama (Yizhan) ✔️
Fanfiction""Tolong berbicara dengan tenang." Wanita itu menelan air matanya,berusaha tenang,setelah menangis sesenggukan dia mulai tenang, dilihat wanita di depannya begitu muda, seperti anak yang baru lulus sekolah. "Aku..aku..aku mengandung anak suamimu.." ...