Ken duduk sendiri dengan selang infusnya di halaman rumah sakit,tadi suster yang mengantarnya kemari.
Tatapannya kosong setelah tadi mengeluh kepada suster mengaku jika hidupnya sudah memuakkan.
Dia juga memasukkan beberapa obat dengan jalur suntik,rasanya terasa dia menyakiti dirinya sendiri namun setelahnya mempersilahkan dirinya untuk di obati.
Bagaimana cara mati tanpa kesakitan itu?
Ken tidak mengatakan kehadirannya di rumah sakit kepada siapa pun,kecuali sang ayah serta beberapa keluarga barunya,termasuk bocah SMA bernama Shuyang itu.
Dia juga kembali hadir hari ini,dengan riang gembira menghampiri Ken dengan wajah tanpa dosa membawa buah apel di tangannya.
"Gege,ini."kata dia, menjulurkan apel segar yang baru saja dia beli satu biji yang dia bawa khusus ke rumah sakit.Ken tak menggubris,dia masih melamun seperti orang yang sudah kehabisan harapan untuk hidup.
"Pulanglah,jangan datang menemuiku."Shuyang cemberut,"Yak,Gege aku yang membawamu ke rumah sakit,jangan usir aku oke? Gege tau saat itu terasa begitu mencekam."
"Terimakasih sudah peduli."
"Suster!"Ken yang memanggil.Suster wanita kembali mendorong kursi rodanya agar menjauh,melihat itu Shuyang jelas-jelas tetap mengikutinya,suster tiba-tiba berhenti ketika Shuyang meminta dia sendiri yang akan mengantar Ken untuk ke ruangannya.
Perasaan Ken sangat terluka,tidak pernah tenang apalagi reda,dadanya selaku saja nyeri ketika dia bernafas,dan mengetahui dirinya sendiri,itu menyakiti perasaannya.
"Ke toilet."Sampai di toilet,Shuyang hendak membantu Ken,namun Ken secara refleks bersimpuh membuka closet untuk muntah.
Tentu saja hal itu membuat Shuyang terkejut,apalagi melihat wajah kesakitan Ken untuk agar segera menyelesaikan urusan perutnya,tanpa sadar dia memanggil sang mama dengan lirih,berdelusi jika Shuyang di sebelahnya adalah mamanya yang hadir untuk menenangkannya.
"Mama.."
Ken gemetar,meremas perutnya dengan kuat hingga kuku jarinya memutih.
Setelah selesai,dia menekan flash,melihat ke arah Shuyang yang kembali seperti wujudnya sebagai bocah SMA,Ken merasa sudah gila.
3 hari berikutnya,Ken memilih untuk pergi dari rumah sakit,tak peduli kondisinya belum membaik,namun hatinya yang kosong ingin sekali melihat wajah ibunya yang hampir dia lupakan.
Ken menaiki bus,menuruni halte beberapa kali agar bisa menuju rumah baru sang mama,Shuyang?dia adik tiri Zhan dari pihak suami ibunya yang baru.
Namun bukannya menyambut dengan kehangatan sosok ibu yang di katakan itu memilih menyeret Ken untuk menuju halaman belakang,setelah menariknya lantas menamparnya hingga memerah.
"Kenapa kamu datang kemari huh?!"suaranya lantang membentuk kemarahan."Di mana aku harus pulang jika bukan ke orang tuaku?"
"Pulanglah ke ayahmu."
"Sudah,dia juga menolakku,haruskah aku bersimpuh di depanmu?mencium kaki mama agar menerimaku?"
"Apa yang kamu inginkan setelah menemuiku hm?apa untungnya menemuiku yang sudah memiliki keluarga?ahh sungguh kedatanganmu beban bagiku,menikah di masa lalu juga hal terburuk yang aku lalui,menikahlah segera agar hidupmu tak membosankan."
Ken membisu,dia sangat layu dengan tatapan tak lepas dari kedua mata ibunya,tangannya mengepal,ingin mendekat lantas memeluknya dengan erat,ingin menangis di pangkuannya dan mengadu masalahnya,mengatakan jika hidupnya sungguh sudah buruk,tubuhnya sudah rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
不是第一个Bukan Yang Pertama (Yizhan) ✔️
Fanfiction""Tolong berbicara dengan tenang." Wanita itu menelan air matanya,berusaha tenang,setelah menangis sesenggukan dia mulai tenang, dilihat wanita di depannya begitu muda, seperti anak yang baru lulus sekolah. "Aku..aku..aku mengandung anak suamimu.." ...