05 - Hiding

66 10 0
                                    

Setelah beberapa saat berselang, aku bisa mendengar langkah kaki dari dua Hunter yang tersisa, namun satunya? Mungkin sudah tumbang karena tembakan dari Berreta tadi, suara mereka terdengar sedikit mengerikan dengan napas yang berat dan bau yang menyengat. Baunya seperti ada ikan yang sudah lama membusuk lewat di depan hidungku, lebih buruk dari bau di pusat pembuangan sampah di Northon, bagian paling selatan dari wilayah Cressip Cross.

Vallery sempat mengintip melalui dinding yang berlubang namun menarik diri dengan cepat, mungkin saat ini dia sedang berharap bahwa Hunter tersebut tidak menyadari keberadaan kami di dalam ruangan ini.

Aku dan Vallery menunggu cukup lama untuk memastikan Hunter itu sudah pergi.

"Lain kali siapkan 9mm yang lebih banyak untukku kalau kau tidak mau menggunakan pistolmu," protesku sembari mengusap keringat yang jatuh karena udara pengap. "Penangkal bau badan murahan untuk Hunter yang pernah kau beli ternyata ampuh juga," celetukku. Aku sedikit tersenyum sambil merasakan bagaimana suasana ruangan ini lebih pengap dan panas dari dugaanku.

Dia menoleh ke arahku sambil melempar sebuah seringai. "Tidak ada kata menyesal untuk sebuah persiapan, apa pun itu," katanya dengan sangat percaya diri, namun aku masih bisa melihat tubuhnya cukup bergetar.

"Kau tetap membuat kita berdua nyaris jadi santapan Hunter!" aku meninju bahunya.

"Yah, itu kesalahanku, sih. Tapi setidaknya misi kita berhasil, kan?" dia nyengir ke arahku seraya mengeluarkan sebuah benda kecil dari tas miliknya. Aku hanya bisa menatapnya semakin jengkel karena dia ada benarnya.

"Kalau yang kau maksud dengan berhasil itu sama dengan membahayakan nyawa kita berdua, aku lebih baik tidak mengikuti rencanamu untuk melewati gedung-gedung yang hampir roboh ini," ujarku ketus.

"Kau terlalu serius menanggapinya." Dia mengacak-acak rambutku dan semakin menunjukkan cengiran yang lebar. "Gedung-gedung ini seharusnya kosong dari para Hunter tersebut, kau sendiri melihatnya bagaimana pemindai satelit itu tidak menemukan apa pun di sini" elaknya. "Tapi, kurasa hal barusan membuat kita sedikit berolahraga."

"Dan sepertinya satelit itu sudah rusak karena tidak bisa mendeteksi kehidupan di sini!" protesku semakin menjadi-jadi. "Memangnya apa yang harus kukatakan kepada Papi ketika pulang nanti jika kau tidak selamat? 'Oh, hei Pa, aku tadi bersama Val pergi untuk sebuah misi dan dia dimakan Hunter saat perjalanan pulang' begitu?"

"Apa kau tidak punya alasan lain selain 'dimakan Hunter'? Itu terdengar seperti kematian yang konyol untukku."

"Ya, soalnya hidupmu memang sekonyol itu!"

Setelah beberapa saat yang hening, Vallery kembali melirikku. "Issa," aku balik membalas lirikan itu dengan tajam sambil menyipitkan mata untuk dapat melihatnya dengan jelas, debu-debu yang beterbangan membuat penglihatanku sedikit terganggu.

"Hmm?"

"Apa menurutmu Hunter itu sudah pergi?" tanyanya berbisik, aku spontan memicingkan mataku lebih tajam seperti mendapati sesuatu yang sudah pernah kudengar sebelumnya, dan itu terdengar mencurigakan. Namun aku segera teringat dan mengurungkan niatku untuk menjawab pertanyaan itu, lalu aku memajukan tubuhku ke dekat dinding yang berlubang tadi. Dia memang bukan seorang lelaki yang bisa diandalkan untuk urusan keberanian terutama jika berhadapan dengan sesuatu seperti ini. "Bagaimana?" Vallery melanjutkan saat aku masih sibuk mengintip ke kiri dan ke kanan.

"Aku tidak yakin," kataku dengan nada yang cukup mewakili. "Kenapa tidak kau coba keluar duluan dan beri tahu aku?" lanjutku dengan ketus seraya menarik tubuhku dari lubang itu. Dan kini giliran Vallery yang curiga, dia melempar tatapan itu padaku dengan kombinasi ekspresi tak berdosa.

OriginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang