48 - Hollow As Empty Shells

10 2 0
                                    

Lorong yang kami lewati lebih jauh dari dugaanku, mungkin sekitar satu kilometer, dan baunya semakin memuakkan di tiap menit yang terlewat. Pada akhirnya—dengan drone canggih milik Kuma—Vallery berhasil menuntun kami menuju permukaan tanah yang memberi udara segar, seolah udara paling segar yang pernah aku hirup.

Kami keluar melalui sebuah palka yang menghubungkan ruang bawah tanah yang penuh dengan lorong bercabang dan kabel-kabel raksasa menuju permukaan jalan aspal. Kami disambut dengan beberapa gemerlap lampu jalan yang tidak terlalu terang, namun cukup memberi gambaran sekilas mengenai bentuk-bentuk bangunan di sekeliling kami. Aku mendongak dan mendapati baling-baling spiral raksasa yang berputar, di mana suaranya memenuhi pendengaran dengan irama yang teratur. Baling-baling itu adalah alat untuk menyuling radiasi, dan di tempat ini jumlahnya cukup banyak – tidak seperti di Old Haven yang hanya memiliki beberapa buah di hanya lokasi vital seperti pusat kota atau pasar, dan ukurannya pun jauh lebih kecil.

Setelah keluar melalui palka tersebut, kami menyelinap ke salah satu tepi bangunan yang sepi. Mataku tetap waspada untuk mengintai sekitar. Tidak jarang aku bisa melihat android yang sepertinya sedang berpatroli. Dari kejauhan, aku juga bisa mendengar adanya suara kendaraan yang sedang melaju namun tidak bisa memastikan dari arah mana. Rasanya seperti ada banyak hal yang sedang berlangsung hanya dengan mendengarkan saja

Walau malam hari, aku bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa White Zones yang ternyata sangat luas. Kesan pertama yang terpikir olehku adalah: tempat ini terlihat seperti kompleks perkantoran dengan gedung-gedung yang tidak terlalu tinggi namun semuanya terlihat sangat canggih. Arsitek mereka benar-benar merancang tempat ini agar terlihat elegan dan berkelas.

Selama beberapa saat, kami harus berdiam diri dan menunggu Vallery untuk memindai wilayah kami berada dengan drone yang baru saja dia kirim ke udara. Aku melirik ke arah tablet yang dia bawa dan bisa melihat gambar di layarnya mulai menunjukkan rupa tiga dimensi dari wilayah di sekitar kami.

Berselang beberapa menit, Vallery mulai menunjuk ke suatu arah di utara dengan tangannya. "Lokasi flashdrive berada tidak jauh di sebelah sana," ujarnya.

Logan langsung melangkah maju. "Kalau begitu kita sebaiknya tidak membuang waktu lagi. Kirimkan petanya padaku," perintahnya, lalu mulai berjalan memimpin.

Di bawah siluet kegelapan, kami berempat pergi menyelinap melalui celah-celah sempit di antara gedung-gedung berwarna putih metalik dengan aksen tulang berwarna hitam. Rasanya sangat tidak nyata bahwa kami dapat masuk ke dalam White Zones dengan cukup mudah, dan di saat yang sama, rasanya juga menakutkan. Ada banyak perasaan yang bercampur aduk.

Kami berjalan selama sekitar sepuluh menit selanjutnya. Riset yang dilakukan oleh Vallery mengenai chip itu bisa dikatakan cukup berhasil. Kami berpapasan dengan beberapa android selama perjalanan, namun tidak ada dari mereka yang mendeteksi kami sebagai ancaman atau musuh. Sampai di ujung celah jalan sempit ini, hal terakhir yang harus kami lakukan hanya menyeberang jalan. Dari seberang sini, aku bisa membaca tanda bertuliskan "Synthetic Department" di atas bangunan yang hendak kami masuki.

"Synthetic Department?" gumamku. Detak jantungku tiba-tiba saja terpacu kencang. Pikiranku berkecamuk mengenai apa yang akan aku temui di dalam sana – yang tentunya selain flashdrive, rasanya ada banyak ketidakpastian yang datang menyerbu, namun yang paling dapat aku rasakan adalah ketakutan dan kekecewaan jika semua ini hanya berakhir dengan kegagalan.

"Bagaimana menurutmu?" Vallery melempar pertanyaan singkat, di mana membuat Logan dan Kuma menatapku seolah meminta sebuah kepastian.

Alih-alih menjawab aku justru hanya mengangkat bahuku selagi menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan situasinya aman dan kosong. Setelah menunggu android terakhir lewat, kami menyeberang.

OriginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang