29 - Slumber

18 4 0
                                    

Aku sempat bermimpi tentang Papi saat aku tertidur. Bukan—bukan mimpi, rasanya lebih mendekati sebuah kenangan sewaktu aku masih kecil ketika dia memberikan sebuah dog tag padaku – yang hanya tersisa sepertiga bagiannya, dengan namaku pada dog tag tersebut. Tetapi sebelum Papi berkata sesuatu, sebuah tepukan di pipi membangunkanku, diikuti suara panggilan yang sangat familier di telinga. "Issa?"

Mataku perlahan terbuka, tubuhku mengerjap dengan sendirinya. Wajah Logan adalah wajah yang pertama kali kulihat. Aku mengedarkan pandang, aku masih berada di ruangan milik Raven.

"Ahh..." aku masih kewalahan karena cahaya lampu yang membanjiri kornea mataku. "Sudah berapa lama aku tertidur? Jam berapa ini?" tanyaku di sela-sela mengucek mata dan mencari-cari petunjuk waktu di ruangan.

Logan kemudian menyodorkanku tangannya, di mana aku bisa melihat jam tangan yang dia pakai. Pukul 5 sore lebih beberapa menit. Perutku ternyata sudah meronta-ronta. Aku kelaparan.

"Ayo, kita makan dulu." Sodoran tangannya berubah arah dan mempunyai maksud untuk membantuku berdiri. Aku menerimanya.

Kami keluar dan aku berjalan mengikuti langkah kakinya dari belakang. Dari caranya mengarahkan langkah, sepertinya dia memang tidak asing dengan tempat ini. Dia tahu ke mana dia melangkah. Aku hanya mengikuti tanpa melemparkan satu pertanyaan seperti, apa yang terjadi? Atau... bagaimana hasilnya?

Aku lebih kalut dalam pikiranku mengenai apa yang hendak Papi katakan padaku di dalam mimpi tadi.

Setelah beberapa menit yang singkat, kami tiba di kafetaria yang dikelilingi dengan kebun hidroponik yang ditanam secara horizontal dan vertikal. Ada banyak sayur-sayuran umum yang biasanya dapat dibeli di pasar lokal tersedia di sini. Jadi ini adalah rahasia bagaimana mereka dapat bertahan secara underground dengan waktu yang lama – memproduksi sendiri pasokan makan mereka. Rasanya aneh sekali melihat pemandangan seperti ini, ruangan serba besi dengan paduan pepohonan dan sayuran yang mengelilinginya. Hal seperti ini kukira sudah lama lenyap di peradaban sekarang.

Saat ini suasananya tidak terlalu ramai karena mungkin bukan sedang jam makan. Aku dan Logan mengambil piring dan memilih beberapa makanan yang tersedia, lalu kami menuju sebuah meja yang kurasa cukup spesifik untuk disinggahi.

"Ada apa dengan meja ini?" tanyaku tiba-tiba saat kami duduk. Aku memberi senyum simpul yang tidak kuarahkan padanya, tatapanku masih tertuju pada kombinasi makanan yang sekarang tertata di piring. Aku dapat melihat perubahan ekspresi dari Logan di sudut mataku.

"Apanya yang 'ada apa?' lebih tepatnya?" tanyanya balik, terlihat kebingungan.

Aku mendongak dan melihat ke sekitar, "dari sekian banyak meja di sini, kau memilih satu meja yang spesifik ini." Aku mulai menunjuk beberapa meja yang tersebar di berbagai sudut, "kau bisa duduk di sana, atau di sana, atau bahkan di sana." Aku berhenti, lalu kembali pada Logan. "Aku tahu kau orang yang sentimental terhadap hal-hal sepele macam ini."

Dia terdiam sejenak sembari mengambil sendok yang berada di nampan. "Hmm, yah, ini meja pertamaku ketika aku direkrut oleh Raven untuk bergabung dengan Anonymous. Di meja inilah aku berpikir cukup panjang apakah aku harus bergabung atau tidak."

"Dan kau bergabung," tambahku.

"Yap."

Kurang lebih seperti itu. Kami mulai memakan makanan kami hingga Vallery datang dengan wajah yang kukira 'lebih cukup bahagia' dari biasanya.

"Kau kenapa?" tanyaku sesaat setelah dia duduk di sebelahku dan langsung mulai makan. Dia mengambil porsi yang lebih banyak dari biasanya seolah dia belum makan sejak tiga hari yang lalu.

Setelah satu suapan penuh, dia berkata, "mmm, aku hanya sangat lapar. Dan kalian tahu betapa lezatnya sayur-sayuran ini? Ini yang terbaik! Kau tahu, aku bahkan tidak begitu suka dengan sayuran! Ini menakjubkan!" dia nyeletuk dengan semangat.

Ini jelas-jelas aneh. Ada sesuatu yang terjadi saat dia pergi. Tatapanku beralih dari Vallery menuju Logan. Aku yakin ada kerutan heran yang tercetak di dahiku. Dan Logan sama herannya dengan mengangkat bahu ketika mata kami saling bertatapan.

Perlahan, aku kembali menoleh ke arah Vallery, menempatkan tanganku di bahunya, "Val?"

"Ya?" dia menoleh ke arahku setelah dia melahap satu suapan besar dan mengunyahnya.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Apa maksudmu?"

"Kau seperti orang yang sedang ... jatuh cinta ... apa kau menemukan seorang gadis impianmu atau semacamnya?"

"Aaah..." ucapnya, "apa itu kelihatan dengan sangat jelas?"

"Ya! Tentu saja. Itu terlihat jelas di semua bagian yang bisa dilihat darimu!"

"Itu karena aku menemukan impianku di sini! Tetapi bukan wanita, melainkan teknologi! Apa kau tahu dari mana mereka mendapatkan semua itu? Mereka bahkan punya Stratos Mk6 yang baru rilis sekitar dua minggu yang lalu!" Aku dapat memahami obsesinya terhadap teknologi, dan aku menghargai hal itu. Tetapi melihatnya seperti orang jatuh cinta seperti ini membuatku geli.

"Bagaimana dengan flashdrive itu?" Logan lalu bertanya. "Apakah bisa digunakan?"

Vallery tiba-tiba saja mengubah ekspresinya menjadi serius. "Tidak," jawabnya. "Tetapi aku menemukan sesuatu yang menarik ketika mencoba mem-bypass-nya dengan komputer canggih yang baru saja kusebutkan tadi."

"Seperti apa?"

Vallery menghentikan kunyahannya dan menelan makanan itu bulat-bulat. Dia kemudian mendekatkan tubuhnya condong ke tengah-tengah meja, lalu jarinya mengisyaratkan kami untuk ikut mendekat.

"Kurasa aku menemukan sebuah kode rahasia di dalam flashdrive itu yang kemungkinan besar berisikan lokasi kepingan-kepingan lainnya," dia mengucapkan sambil menekan volume suaranya dan terdengar seperti berbisik. "Kabar buruknya, kode itu terus berpindah-pindah di dalam flashdrive—dari satu file ke file lainnya. Jadi aku butuh komputer canggih seperti Stratos Mk6 untuk mengisolasi ribuan file yang ada di dalamnya agar kode itu tidak dapat ke mana-mana."

"Seperti sebuah virus, begitu maksudmu?" Logan menyimpulkan dengan cepat.

"Ya, ya, seperti itu. Tetapi bedanya virus ini tidak berbahaya sama sekali." Vallery menatapku dan Logan secara bergantian, "flashdrive itu mempunyai sebuah sinyal tersembunyi yang dipancarkan dengan interval waktu tertentu tanpa perlu ditancapkan ke sebuah komputer. Jika perkiraanku benar, flashdrive yang asli seharusnya memiliki baterai internal dan bisa melakukan pengisian daya mandiri agar dapat melakukan pembaruan itu secara berkala."

"Jadi kita tidak bisa mendapatkan lokasi pastinya?"

"Kurasa begitu," dia mengeluarkan kepingan replika dan menaruhnya di meja. "Kepingan ini memiliki kode lokasi-lokasi kepingan lainnya, tetapi hanya lokasi terakhir sebelum aku mereplikanya. Jadi kalau lokasi kepingan itu berubah-ubah, kita hanya membuang-buang waktu jika mencoba untuk menemukan kode lokasi itu dari kepingan palsu ini karena prosesnya cukup lama dan menyebalkan."

"Apa kau sudah memberitahu mereka?"

Sebelum Vallery menjawab pertanyaan Logan barusan, Raven datang dan bergabung dengan kami.

"Di sini kalian rupanya," sambut Raven yang langsung duduk di sebelah Logan.

"Raven," kata Logan. "Sejak kapan kau ke kafetaria?" tanyanya.

"Sejak ... entah kapan," dia mengangkat bahu. "Jadi, flashdrive itu kurang lebih tidak bekerja seperti yang kita harapkan..."

Tatapannya mengarah padaku, namun kalimatnya tidak dilanjutkan. "Jadi?" tanyaku.

"Oh, Logan belum memberitahumu?" dia mengibaskan rambut hitamnya yang sedikit lebih panjang ke arah belakang bersamaan dengan pandangan yang beralih pada Logan. "Kukira kau sudah mengatakannya."

Pandanganku beralih pada Logan. "Mengatakan apa?" lanjutku.

"Aku baru saja ingin menga—"

Raven menyela Logan sebelum dapat menjelaskan atau bahkan menyelesaikan kalimatnya. "Anonymous meminta status keanggotaan Logan diaktifkan kembali."

"Hah?" ucapku dan Vallery dengan kompak.

OriginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang