11 - Logan Hunt

28 4 0
                                    

Tak butuh waktu yang lama untuk Vallery kembali ke mengunjungiku. Aku sudah cukup bosan menantinya di sini meskipun hari belum berganti.

"Jadi, bagaimana?" tanyaku saat dia tiba.

"Hmm?"

"LAP," jawabku singkat dan terdengar agak aneh ketika mengucapkannya.

"Oh, benar..." dia mengangguk. "Aku sudah mencobanya." Dia kembali duduk di kursi yang sama seperti sebelumnya.

"Dan?"

"Seharusnya berhasil, tapi..." dia menggantungkan kalimatnya, "... tapi ternyata ada mekanisme dari perangkat lunak dan perangkat kerasnya yang hanya bekerja jika keduanya asli, jadi tidak berfungsi jika hanya salah satunya saja yang asli." Dia mendengus kesal. "Perangkat lunak—tentu, aku bisa mereplika keasliannya. Namun perangkat keras seperti itu adalah jenis yang tidak bisa ditiru." Aku bahkan hanya paham sebagian dari yang dia katakan.

"Jadi tidak bisa?" tanyaku memastikan.

"Tidak bisa," dia menggeleng.

"Itu artinya kita harus menemukan cara lain." Aku menghela napas dan berpikir. "Kau punya ide lagi?"

Dia sempat memberi jeda dan ekspresinya terlihat berubah dalam waktu yang singkat itu.

"Aku punya satu cara lagi," dia mengucapkannya dengan pelan dan hati-hati.

"Apa? Katakan padaku." Aku langsung memasang wajah antusias dan memperhatikan apa yang akan dia katakan mengenai ide lain itu. "Val?"

"Mungkin sebaiknya tidak usah kukatakan saja." Dia melirikku dengan ekspresi memohon di balik tatapannya kepadaku. Memangnya seburuk apa ide yang ingin dia katakan? "Aku yakin kau tidak akan suka dengan ideku ini," lanjutnya.

"Kenapa?" kataku dengan nada panjang. "Katakan saja, aku berjanji tidak akan marah." Kataku spontan dan bertolak belakang dengan apa yang biasa kulakukan. Ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan karena aku yakin Papi butuh pertolongan, dan aku tidak mau melewatkan ide apa pun yang datang – seburuk apa pun itu terdengar.

Aku menatap Vallery yang memasang wajah bersiap-siap seperti dia akan mulai berlari.

"Kita mungkin bisa meminta bantuan seorang Tracker," ucapnya dengan perlahan. Otakku langsung tahu siapa Tracker yang dia maksud dan seketika menyesal mengatakan bahwa aku tidak akan marah.

"Jangan bilang Tracker yang kau maksud adalah orang itu?" desahku tak bersemangat. "Memangnya dia bahkan masih hidup?" tanyaku dengan heran.

"Ya! Siapa lagi yang bisa melacak sebaik dia? Dan ya, dia masih hidup, dan sangat sehat." Vallery akhirnya duduk kembali setelah melihat reaksiku.

"Tidak adakah Tracker lain selain dirinya?" bujukku penuh harap. "Misalnya Tracker yang biasanya ada di Priomph?" aku mengingat-ingat, namun tidak mengenal siapa pun di sana.

"Juan? Tidak-tidak, dia tidak sebaik yang dia pikirkan," jelasnya. "Dan aku benci orang itu," imbuhnya. Tatapannya membuatku mau tidak mau mengiyakan dengan berat hati.

~ O r i g i n s ~

(illustration made using Leonardo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(illustration made using Leonardo.ai)

Hanya dua hari waktu yang aku butuhkan untuk pulih. Vallery mengajakku ke tempat yang sudah lama tidak kukunjungi, dan kalau aku boleh jujur, aku tidak ingin ikut menemui Tracker ini. Tapi Vallery memaksaku dengan alasan-alasan lainnya.

Kami menuju tempat itu dengan berjalan kaki. Tempatnya hanya dua kompleks dari rumahku di Macerian, lebih tepatnya di antara Galar dan Bozco, kemudian belok ke kiri melewati jembatan kecil yang di bawahnya banyak berisi Hollow gelandangan. Dan tepat setelah dua tiang lampu, kami sampai di sebuah bar kecil bernama Krozias. Bar ini dulu pernah menjadi tempat kesukaanku.

Oh, itu sudah lama.

Vallery menatapku seolah meminta kejelasan dariku. "Kau siap?" tanyanya seraya menempatkan tangannya di gagang pintu berbentuk vertikal itu.

Bar ini mungkin adalah satu-satunya bar yang bisa merepresentasikan bagaimana rupa sebuah bar pada jaman wild west. Semua hal yang aku tatap memiliki kesamaan dari bar yang aku pernah tonton di film lawas.

"Buka saja," timpalku. Tidak akan ada penyesalan yang bisa kusesali setelah membuka pintu ini dan bertemu dengan orang yang kami cari. "Aku seperti nenek-nenek yang berusaha untuk jalan," gerutuku ketika sakit di punggung kembali datang.

Vallery mendorong pintu itu dan bau menyengat yang khas dari dalam langsung menusuk hidung, bau yang sudah tidak kuhirup untuk beberapa waktu. Bar ini tidak pernah ramai, hanya selalu berisikan beberapa manusia dan Hollow yang bisa dihafalkan siapa saja, pemabuk atau sekadar orang yang singgah untuk berbincang.

Aku langsung mengedarkan pandanganku setelah beberapa orang di dalam bar melirik menyambut kedatangan kami. Vallery pun juga demikian. Sesaat kemudian, mataku langsung tertuju pada bangku yang terletak sekitar sepuluh meter di hadapanku, tepat di deretan meja bar. Orang yang kami cari berada di tempat yang sama seperti yang aku ingat. Aku tidak paham kenapa dia selalu menjadi orang yang sentimen dengan tempat seperti itu.

Aku menyikut Vallery dan menunjuk apa yang kulihat dengan tatapan mataku. Vallery langsung melempar tatapannya ke arah yang aku maksud. Dia lalu berjalan ke tempat itu dan aku mengikutinya dengan gugup dari belakang.

Tiba-tiba saja aku memberanikan diri untuk mendahului Vallery dan langsung duduk di kursi putar tepat di sebelah orang yang kami cari.

"Logan Hunt," sambutku.

OriginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang