28 - Raven

17 5 0
                                    

Aku tidak tahu sudah berapa lama kami berkendara. Di tengah-tengah perjalanan aku tertidur karena sudah tidak kuat menahan kantuk yang menyerang dengan hebatnya. Aku hanya mengingat saat kami melewati Old Haven dan jauh ke timur. Kalau perjalanan ini terus ke timur, itu artinya kami berada di sekitar Little America. Dan pertanyaan mengenai di mana kami berada dijawab oleh Logan dengan anggukan. Kami memang berada di Little America.

Tetapi hanya Little America saja yang dia tahu, selebihnya dia menggeleng.

"Kau tidak tahu?" aku mengernyit mendengar jawabannya.

"Ya, yang kutahu tempatnya di Little America. Tetapi untuk pastinya, yang tahu dia." Matanya masih terfokus pada van hitam yang berjarak tidak jauh dari mobil kami. "Mereka selalu berputar-putar sebelum mencapai tempatnya. Tujuannya untuk membuat kami pusing dan tidak dapat menghafal rutenya."

"Bukankah kita bisa menghafal tempatnya? Bangunan-bangunan di sekitarnya?" Vallery nyeletuk. Aku kira dia masih tertidur. Dia kemudian membuka jendelanya dan melihat sekitar. Warna hijau pepohonan sedikit lebih mendominasi pemandangan di sekitar bangunan-bangunan yang tidak terlalu tinggi. Udaranya cukup segar untuk dihirup ketika Vallery membuka kaca. Tempat ini lebih berbeda daripada Old Haven ataupun Constance, dan sejauh ini aku menyukai tempatnya. "Kita ada di mana?"

"Di suatu tempat di Little America," Logan yang menjawab.

"Sejauh itu?" Vallery lalu mengucek matanya. "Pantas saja sudah pagi."

"Pagi? Ini sudah hampir siang, man."

"Dan kita belum sampai, ya?"

"Belum," kata Logan. "Tapi sepertinya hampir sampai."

Hampir satu jam kemudian, perjalanan kami belum usai. Dan pemandangannya berubah, lalu gedung-gedung yang menghiasi jalanan menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Perlahan, warna hijau mulai tergantikan oleh warna abu-abu dari gedung beton yang sudah kusam, dan lebih teduh karena sinar matahari terhalangi oleh tingginya gedung-gedung tersebut. Kemudian ketika gedung-gedung itu menjadi lebih padat, perjalanan kami menjadi lebih banyak belokannya. Ke kiri, lalu ke kanan, kemudian ke kanan, lalu ke kiri lagi. Berulang-ulang hingga aku sedikit pusing dan tidak dapat menghafal ke mana kami pergi. Dan rupa gedung-gedung itu terlihat sama saja di mataku.

Pada akhirnya, kami sampai di sebuah gedung. Benar-benar terlihat identik satu sama lain. Van itu menuntun kami memasuki sebuah lantai bawah tanah gedung dan berputar-putar di parkiran untuk sesaat. Kurasa terhubung antara satu gedung dengan gedung yang lainnya. Sebuah lorong yang sangat panjang menjadi tanda akhir perjalanan kami. Dan di sanalah kami berhenti.

~ O r i g i n s ~

Kuma dan Hollow bernama Xavier itu menuntun kami masuk ke salah satu gedung, lalu menuju lift. Walau pada saat ini kami sudah berada di lantai bawah tanah (basement), namun ada hal yang menarik ketika Kuma menekan tombol rahasia di deretan tombol bulat yang bertuliskan angka-angka secara urut. Kelihatannya seperti sebuah kata sandi untuk menuju lantai tertentu yang tidak ada di tombol itu.

Lift kemudian mulai turun. Benar, turun, bukan naik. Aku tidak salah merasakan bahwa lift ini memang benar-benar turun, bukannya naik seperti seharusnya jika dilihat dari tempat kami berada. Namun durasinya tidak lama, mungkin setara dengan sekitar tiga atau empat lantai.

Pintu lift terbuka, menyibakkan sebuah ruangan yang luas dengan banyak sekat-sekat penuh ruangan dan berbagai benda. Warnanya hampir serba hitam dengan aksen garis perak sepanjang ruangan utuh yang besar ini.

Kuma yang berjalan di depan lantas membalikkan tubuhnya sembari tetap berjalan mundur, lalu mengatakan. "Selamat datang di Markas Anonymous Kedua." Dia mengatakan hal itu sambil tersenyum dan melebarkan kedua tangannya seolah sepasang sayap.

OriginsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang