Perjalanan kami cukup mulus. Hingga senja tiba, yang dilakukan oleh Vallery hanya tidur. Perjalanan pulang entah mengapa terasa lebih lama, mungkin karena Logan menyetir dengan pelan atau lebih lambat dari biasanya. Lagu yang kuputar melalui kabel AUX yang tersambung dengan pemutar musikku sudah berulang kali memutar playlist yang sama, membuat kami berdua kebosanan dan diam untuk waktu yang lama.
Pandanganku selalu berakhir di berkas yang kutaruh di dasbor mobil. Aku belum memutuskan apa pun setelah membacanya.
"Kau lapar?" cetus Logan saat mataku setengah tertutup karena mengantuk, pertanyaan darinya barusan mengagetkanku. "Maaf, tidak bermaksud untuk mengagetkanmu."
"Ya ... yah," aku mengucek mata dan mencari-cari sesuatu yang menunjukkan sekarang pukul berapa, namun alih-alih bertanya pukul berapa, aku malah bertanya hal lain. "Kita ada di mana?"
"Hmm, coba kulihat," Logan kemudian menengok-nengok ke sekeliling jalan yang diterangi oleh lampu redup yang kadang berkedip-kedip dengan redup. "Sepertinya kita di sekitar perbatasan Constance dan Old Haven," nadanya tidak yakin sembari terus mencoba mencari sesuatu sebagai petunjuk keberadaan kami.
Ini masih cukup jauh, mungkin tiga atau empat jam lagi sebelum sampai di Macerian. Aku teringat akan sebuah restoran kecil yang biasa kukunjungi bersama Papi kira-kira enam tahun lalu sebelum menetap di Macerian.
"Sepertinya kita berada di Qast City, ada restoran kecil yang biasanya aku dan Papi kunjungi di sekitar sini," ucapku dengan nada ragu-ragu. Mataku terus menatap jalanan dan berusaha untuk mengidentifikasi hal-hal familier dari ingatanku, namun aku tetap tidak bisa mengingat nama restoran itu.
"Di sini? Bagaimana bisa?" tanyanya. Dia mulai menurunkan kecepatan mobil seolah dia siap mengobrol denganku lebih jauh. "Apa nama tempatnya?"
"Aku lupa," dalihku. "Dulu Papi sering mengajakku ke sana."
"Lalu?"
"Lalu kami pindah ke Macerian," kataku. "Apa lagi?"
"Ah, benar."
Lalu aku melihat mobil kami melewati sebuah pertigaan yang cukup akrab di ingatanku. "Belok kiri!" Logan sontak menginjak rem dan membuat Vallery yang tidur di belakang terlempar ke depan dan terbentur kursiku. Aku spontan tertawa sambil menengok ke belakang memastikan Vallery baik-baik saja. "Kau baik-baik saja, Val?"
"Astaga, Iss. Untung tidak ada mobil di sekitar sini," tengok Logan ke segala penjuru arah untuk memastikan bahwa situasinya aman.
"Aku baik-baik saja!" kata Vallery dengan nada setengah sadar, lalu bangun dengan cepat sambil memegangi dahinya. "Kita sudah sampai?" dia mengucek dan duduk kembali.
"Belum," kataku. "Kau lapar?"
Perutnya berbunyi ketika dia hendak mengatakan sesuatu. "Sepertinya begitu," ujarnya dengan nada malas bercampur kantuk, lalu kembali tidur di tempatnya semula.
Aku terkekeh melihat kelakuannya, terutama bunyi perut yang sebenarnya sudah menjawab pertanyaanku. Mustang yang dikendarai oleh Logan lalu berbelok ke kiri. Sekitar sepuluh menit selanjutnya kami melewati gedung-gedung kecil yang setengahnya runtuh. Tidak, bukan runtuh, namun dihisap oleh tanah. Papi bercerita padaku bahwa asal mula gedung-gedung yang dihisap oleh tanah ini karena tekstur di bawah tanah yang tidak terisi dan mengakibatkan lubang-lubang di beberapa titik, dan ketika tanah di atasnya tidak lagi keras, gedung-gedung tersebut menyusut dan ikut masuk ke tanah untuk mengisi lubang di dalam tanah tersebut. Tetapi Papi juga mengatakan bahwa gempa juga dapat menyebabkan hal itu terjadi. Untungnya, lubang tersebut tidak seperti sinkhole yang ada di beberapa titik di wilayah Borderlands.
KAMU SEDANG MEMBACA
Origins
Science FictionPerang nuklir pernah terjadi di tahun 2077, di mana mengakibatkan bumi dipenuhi dengan radiasi yang mampu mengubah makhluk hidup menjadi sesuatu yang mengerikan. Dan di tahun 2342, sudah banyak hal yang berubah di bumi. Peradaban sudah dibangun kemb...