Kami tiba di pos perbatasan milik Guardian. Meski hanya pos, sepertinya tempat ini bisa dibilang sebagai markas kecil. Bahkan, pesawat bisa mendarat di sini. Dinding beton tebal setinggi kira-kira empat meter mengelilingi kami. Ini sangat berbeda dari pos yang kami temukan saat mencari Papi. Itu mungkin karena Constance adalah wilayah yang sangat rawan terjadi penyerangan dan pemberontakan, terutama kaum Hollow yang keberadaannya masih diragukan apakah mereka dapat hidup berdampingan dengan manusia atau tidak. Aku tahu itu terdengar rasis, namun persepsi seperti itu tidak dapat dihindari di NCS.
Aku langsung dapat dengan mudah mengidentifikasi tempat berkumpulnya prajurit ketika melihatnya. Mereka berada di tengah-tengah pengarahan saat aku dan Kuma tiba. Tanpa berkata apa pun, kami mulai mendengarkan apa yang mayor itu katakan. Tim ini berjumlah delapan orang termasuk aku dan Kuma. Cukup banyak untuk misi pengintaian.
Pengarahan itu selesai dengan cepat. Intinya kami akan melakukan misi pengintaian di sebuah kamp kecil di sebuah koordinat di Great Naka Ruins. Kita tidak langsung berangkat, dan ada jeda yang diberikan untuk persiapan. Aku bahkan dipinjami senjata dari gudang perlengkapan di sini karena aku tidak membawa senjataku sendiri. Bodohnya aku yang melupakan hal penting seperti itu. Dan karena aku ditugaskan sebagai pengintainya, aku diberi sebuah senapan semi-otomatis laras panjang dengan beberapa pilihan keker untuk beberapa situasi. Sedangkan Kuma berperan menjadi sidekick-ku dengan teropong pinjaman dan pistol miliknya.
"Kau gadis yang dikirim oleh Alison? Siapa namamu?" Salah seorang anggota di tim bertanya padaku setelah aku mengecek senapan yang aku pegang. Aku spontan mendongak dan mengalihkan perhatianku kepada dia yang bertanya.
"Benar," jawabku singkat. "Issabella Allister." Aku tidak tahu kenapa aku menyebut Allister seperti yang kulakukan saat bertemu dengan Jenderal Peyton, namun kurasa itu hal yang cukup pantas karena seharusnya mereka akan mendapat sedikit kaitan tentang kenapa aku berada di misi mereka.
Seorang lainnya menengok ketika aku menyebutkan namaku sendiri. "Terkutuklah aku! Kau Allister? Aku tidak pernah tahu jika Coach mempunyai seorang anak, dan sekarang aku melihatnya! Omong-omong, namaku Dwayne Baxter." Wajahnya cukup semringah ketika menyadari bahwa aku adalah Allister seolah dia adalah seorang teman baik dari Papi. Dan ya, itu kedua kalinya aku mendengar hal tersebut.
Aku berusaha untuk tetap sopan dan menyunggingkan senyum di bibirku. "Ya, dia bukan tipikal orang yang ingin kehidupan pribadinya diketahui oleh orang lain," dalihku seolah aku memang tahu alasannya. Aku lalu memperhatikan orang berkacamata hitam yang sedang mengisap rokoknya itu dengan lebih mantap. Untuk sejenak waktu, dia mengingatkanku dengan kebiasaan Papi. "Kau mengenalnya dengan baik?" Tanyaku melanjutkan.
Dia mengangguk, namun aku tidak bisa memastikan apakah ragu atau yakin. "Kurasa seperti itu." Dia kemudian mengambil rokok itu dari mulutnya. "Kami sering menjalani misi bersama... itu sudah lama sekali. Dimulai sekitar lima belas tahun lalu, mungkin? Hingga suatu ketika dia mengundurkan diri. Padahal kami sudah sangat dekat untuk menyelesaikannya dan dijanjikan untuk promosi ketika misi itu sukses. Dan sekarang aku di sini, terjebak sebagai kapten sampai hari ini." Dia terkekeh. Lima belas tahun dan dia tetap kekeuh bertahan di Guardian, gajinya pasti bisa menutupi rasa malunya karena tidak naik pangkat.
Kemudian seorang lainnya ikut menoleh. Dia sedang mengasah pisaunya di dekat pembatas beton. Wajahnya tidak terlihat nyaman sama sekali mendengar perbincangan kami. "Kau tahu apa, Baxter? Jika saja Allister waktu itu tidak AWOL dan bersedia menyelesaikan misinya, mungkin kita tidak akan berputar-putar tanpa petunjuk yang jelas untuk menyelesaikan misi ini!" tatapan sinis itu kemudian beralih padaku seolah aku merupakan biang dari masalah yang menimpa mereka. "Aku tidak heran jika dia diberhentikan secara tidak hormat setelah kegagalan misi itu. Dan sekarang gadis kecilnya ikut bersama kita. Lihat apa yang akan terjadi nanti..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Origins
Science FictionPerang nuklir pernah terjadi di tahun 2077, di mana mengakibatkan bumi dipenuhi dengan radiasi yang mampu mengubah makhluk hidup menjadi sesuatu yang mengerikan. Dan di tahun 2342, sudah banyak hal yang berubah di bumi. Peradaban sudah dibangun kemb...