AlBin (13). Truth

13.3K 976 105
                                    

   

Leona tengah berjalan-jalan menyusuri pesisir pantai menikmati pemandangan bersama seekor kucing, "Meng, lo capek nggak?" tanya Leona sambil memangku kucing liar itu. Dia duduk diatas batu sambil memandang lautan didepannya.

Meow...

"Meng, entah kenapa gue ngerasa capek sama hidup gue sendiri," ujar Leona sambil membelai bulu kucing itu dengan lembut, "Topeng yang mereka pake bagus banget ya, sampe-sampe bisa mengelabuhi semua orang termasuk nenek sama kakek," sambung Leona dengan senyum kecutnya.

Perlu diketahui, ayah dan ibu Leona tidak seharmonis itu. Semenjak kejadian ibunya ketahuan berselingkuh dibelakang ayahnya, ayah Leona berubah menjadi dingin jika hanya berdua dengan istrinya.

Disaat tidak ada tamu dirumah atau tidak ada kakek dan nenek Leona, kedua orang tua itu sering bertengkar dan membuat Leona sedikit takut.

Ayumi iri melihat Leona dekat dengan suaminya, ia pernah membuat rencana untuk membunuh Leona namun hal itu diketahui oleh Gibran. Lelaki itu mengamuk dan hampir membunuh Ayumi, namun Leona menahannya karena bagaimanapun Ayumi masih ibunya, ibu yang melahirkannya dan bertaruh nyawa agar ia bisa melihat dunia.

Air matanya mengalir tanpa aba-aba, kejadian itu sering kali teringat saat ia sedang sendirian dan melamun.

"Lo nangis?"

Leona terkejut saat suara berat khas pria itu berada di sampingnya, ia menoleh dan menatap pria itu.

Ada rasa sedih, kecewa, jijik sekaligus senang melihat pria itu disampingnya dan memberikan sebuah sapu tangan kearahnya.

Leona hendak mengambil sapu tangan itu, tapi otaknya mengatakan tidak bagaimanapun dia sudah menikah jika ia menerimanya dan ada orang yang melihat ini bisa gawat.

"Kenapa bengong?" Tanyanya lagi.

Leona cepat-cepat mengusap air matanya dengan tangannya sendiri dan menggeleng cepat.

"Gue mau minta maaf, maaf untuk semua yang udah gue lakuin ke lo," ujar pemuda itu sambil menggenggam tangan kanan Leona.

Leona menghempaskan tangan itu dengan kasar dan menatap tajam pemuda alias mantan kekasihnya itu.

"Denger Mark, lo jangan pernah sentuh gue sembarangan. Maafin lo atau nggak itu biar jadi urusan gue sama Tuhan," jawab Leona dengan nada ketus.

"Gue ngelakuin ini demi-" ucapan Mark terpotong saat melihat siluet seorang pemuda yang berdiri dibalik pohon.

"Ini semua demi Lo," Ujar Mark dengan nada pelan namun masih bisa didengar oleh Leona.

"Ngaco! Mending lo pergi sana, urus si Arwen pacar kesayangan lo itu!" ketus Leona sambil berlalu meninggalkan Mark dalam keheningan.

Sepeninggal Leona, pemuda yang bersembunyi dibalik pohon tadi langsung menghampiri Mark sambil tersenyum miring, "Kasihan, Nggak diterima ya?" tanya pemuda itu dengan suara mengejek.

"Kayaknya lo lupa sesuatu, apa perlu gue ingetin hmm?" tanya pemuda itu dengan nada yang berubah menjadi dingin dan datar.

"Leona adalah milikku, kau jangan pernah menggagalkan rencana yang sudah kususun dengan rapi, Mark. Kalau kau masih sayang dengan kepalamu dan kepala Ibumu," lanjut pemuda itu sambil menepuk pundak Mark.

Mark terdiam sambil mengepalkan tangannya, suatu hari nanti ia akan membebaskan ibunya dan juga membawa Leona pergi jauh dari jangkauan semua orang.

Suatu hari, ia akan mengurung Leona untuk dirinya sendiri.
____________



Naughty Mother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang