AlBin (22). Obat pelumpuh

9.5K 730 99
                                    

   Devan berjalan mendekati mobilnya sambil membawa Leona ala karung beras, gadis itu masih berteriak keras dan meminta tolong entah pada siapa.

DOR!

DOR!

Devan menghentikan langkahnya saat sebuah tembakan berada tepat didepan kakinya, "Turunin dia sekarang,"

"Owhh ..., Hello, udah lama nggak ketemu. Minimal reuni dulu dong masa langsung marah-marah," ujar Devan sambil tersenyum miring kearah pemuda yang berdiri sambil menodongkan pistol kearahnya.

Pemuda itu tersenyum miring lalu menjentikkan jarinya, orang-orang berpakaian jas hitam langsung berkumpul dan lompat dari helikopter.

"Habisi mereka yang menghalangi jalanku."

"Baik Tuan muda."

   Perkelahian antar dua kubu itu langsung membuat masyarakat berlari kalang kabut meninggalkan area taman pusat kota. Leona sangat ingin melihat pria itu, tapi sayang ia tak bisa menggerakkan tubuhnya walaupun untuk menoleh sekalipun.

  Rahang Devan mengeras saat melihat bawahannya yang mulai tumbang satu-persatu. Sedangkan, pemuda itu tersenyum miring sambil mengusap-usap pistol ditangannya.

DOR!

Pemuda itu menembak kaki kiri Devan sampai pemuda itu jatuh terduduk, pemuda yang menembak Devan itu langsung mengkode tiga bodyguardnya untuk menahan Devan dan membawanya ke markasnya.

"Halo Leona, lo nggak apa-apa?" tanya pemuda itu sambil memangku tubuh Leona yang masih belum bisa bergerak.

"Gue takut," jawab Leona sedikit gemetar.

Pemuda itu tersenyum manis dan membopong tubuh Leona, "Mau gue anter pulang?"

"Ini gimana badan gue nggak bisa gerak? Gue nggak lumpuh sampe selama-lamanya lama-lamanya iya kan?" tanya Leona panik.

Pemuda itu terkekeh, "Nggak, gue rasa itu cuma obat yang berefek sementara aja. Devan biar anak buah gue yang urus lo tenang aja," jawabnya.

"Lo bisa bawa pulang gue ke Mansion Alexander? Bawa gue pulang kesana," pinta Leona yang masih dalam gendongan pemuda itu.

"Kok kesana? Gue mau anterin Lo punya ke Mansion Celestine lohh," jawab pemuda itu sambil tersenyum manis kearah Leona.

"Celes apa? Tunggu! Lo jangan macem-macem!" melihat wajah panik Leona membuat pemuda itu tersenyum miring dan mendudukkan Leona dikursi samping pengemudi lalu memasangkan sabuk pengaman.

"PULANG! GUE MAU PULAANG!"

Pemuda itu terkekeh lalu mencium pipi Leona sekilas, "Calm down baby, kita akan pulang kerumah baru kita."

"SIALAN! JANGAN BERANI DEKET-DEKET GUE! LO GILA HA?!" bentak Leona.

Pemuda itu mengalihkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Leona, "Sorry Leona----" pemuda itu memukul tengkuk Leona.

"Shhhh," Leona meringis menahan sakit dan ngilu bersamaan. Ia memandang pemuda didepannya yang tengah tersenyum manis kearahnya.

"Gue adalah orang itu."

"Ar ... Wen," Leona sudah memejamkan matanya sedangkan pemuda yang tak lain adalah Arwen itu langsung menyeringai lebar, dia sudah menunggu sangat lama untuk bisa bersama pujaan hatinya dan akhirnya saat inipun tiba.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah, akan ku urus dia nanti." Titah Arwen dengan nada dingin.

"Baik Tuan muda."

"Ahh, pastikan pak tua itu kehilangan jejek. Mengerti?"

"Mengerti!"

  Arwen mengendarai mobilnya dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah tampannya, ia selalu melirik kearah Leona yang masih tidur dengan cantik dan tenang.

Naughty Mother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang