AlBin (23). About the truth?

8.4K 823 128
                                    

  "Ini nggak akan sakit, mungkin habis ini kamu akan lupain mereka semua. Kecuali aku tentunya ..."

"ARWEEEEN!!"

---🗿

  
Seorang gadis berambut panjang tengah berbaring di paha seorang pria yang tengah mengusap-usap kepalanya dengan lembut.

 
Pria itu tersenyum manis, setelah sekian lama akhirnya mimpinya bisa terwujud. Berdua menghabiskan waktu bersama pujaan hatinya.

"Kamu lapar? Mau makan apa?" Tanyanya dengan nada lembut.

Gadis itu menggeleng pelan, "Nggak laper, nanti aja."

Pria itu terkikik geli dan mencubit pipi gadis itu dengan gemas, "Nggak boleh nanti-nanti, kalo kamu sakit gimana?"

"Tapi aku masih kenyang, nanti ah, orang tadi udah makan banyak." Tolak sang gadis.

"Iya deh iya, lima menit lagi makan, oke?"

"Ishhh, nggak mau loh nanti lagi kayak satu jam apa tiga jam lagi gitu. Ini lima menit? Apaan coba? Tcih," ketus sang gadis.

"Jangan marah-marah nanti di datengin kakek gayung," pria itu menakut-nakuti gadisnya.

"Nyenyenye ..."

-------

PRANG!

PRANG!

     Semua barang-barang mahal yang ada di Mansion Alexander kini sudah hancur lebur tak berbentuk. Ini semua bermula saat tuan mereka mendapatkan kabar bahwa istri kesayangannya telah di culik oleh bocah ingusan yang bau kencur.

   Dua bodyguard yang menjaga istrinya dari jauh sudah babak belur dihajar habis-habisan oleh tuan dan kedua anaknya.

"CARII! CARI ISTRIKU SAMPAI DAPAT!"

     Ia terus berteriak dan langsung membunuh bodyguard yang datang dengan tangan kosong. Ia menjadi lebih sensitif dari biasanya, sedikit kesalahan yang mereka lakukan taruhannya adalah nyawa.

"Hiks ..., Mami dimana ...," Si bungsu langsung jatuh sakit saat mendengar kabar ibunya menghilang. Demamnya semakin tinggi dan membuat nenek dan eyangnya khawatir.

    Si sulung tengah mengerahkan anggota Club motornya untuk mencari keberadaan sang ibu, sedangkan si tengah kini berusaha melacak keberadaan ibunya lewat jaringan komputer.

   
Gibran yang mendengar kabar Putri kesayangannya menghilang langsung pergi ke rumah menantunya, ia dibuat kaget saat melihat mansion yang sudah mirip kapal pecah ini.

"Sabar, semua ini pasti ada jalan keluarnya," ujar Ayumi sambil mengusap-usap punggung Gibran.

    Sarah tengah menenangkan cucunya yang tengah menangis memanggil nama menantunya, Johan, ayahnya dan ayah Gibran juga ikut andil dalam pencarian Leona.

"Kalo Leona nggak pulang, kita harus bisa ikhlas ...," ujar Ayumi yang langsung membuat Gibran naik pitam.

"Jaga omongan mu!" desis Gibran memandang Ayumi tajam. "Bener juga, selama ini kamu nggak suka sama Leona, apa jangan-jangan kamu ada sangkut pautnya dengan masalah ini?"

"Gibran apa maksudmu? Jangan nuduh istrimu sembarangan," tegur Sarah yang masih menggendong Harris dan menepuk-nepuk pantat semok Harris.

"Sa-sayang, apa maksudmu? A-aku sama sekali ng-nggak paham apa yang kamu omongin," sanggah Ayumi yang mulai terisak.

"Gibran! Apa maksudnya kamu menuduh anak ayah kaya gitu?!" Tanya Darus tak terima.

"Asal ayah tau, dia-"

Menunjuk kearah Ayumi yang tengah menegang.

"-- Dia udah bahkan pernah ngerencanain pembunuhan untuk putrinya sendiri! Darah dagingnya sendiri, ayah! Tiga kali Leona harus minum racun dari dia, dua kali Leona hampir mati karena tenggelam karena dia dan satu kali Leona ditabrak mobil olehnya.

  .... Apa ayah tau? Dia bahkan pernah main api dibelakang Gibran, kalo bukan karena Leona kami nggak mungkin masih satu atap!" Beber Gibran dengan dada naik turun matanya berkilat emosi dan menatap Ayumi benci.

"Leona masih menganggap dia ibu karena gadis itu merasa berhutang nyawa saat wanita ini melahirkannya, putriku yang manis itu harus menderita karena dia! Dia bukan manusia dia pasti iblis!"

Mereka semua yang mendengar fakta itu langsung kaget dan tidak bisa berkata-kata lagi, mereka menatap Ayumi yang hanya diam menunduk dan menangis tersedu-sedu.

"Nak! Bilang sama ayah ini bohongan?!" Desak Darus menggerakkan bahu Ayumi. "JAWAB!" Bentaknya.

Ayumi mengangguk kecil, "Maaf ayah,"

PLAK!

"IBU MACAM APA KAMU NAK?!" Bentak istri Darus tak percaya.

Ini adalah kali pertama dalam hidupnya ia menampar pipi anak perempuannya, Ayumi hidup dengan segala kebutuhan yang terpenuhi. Ia mendapatkan kasih sayang dan uang yang cukup.

Ibunya juga mengajarinya berbagai macam moral, mengajarinya norma kehidupan dan mengajarkan dirinya agama dan akidah akhlak yang baik.

Dia mengajarkan Ayumi bagaimana menjadi sosok ibu yang baik dan penyayang, tapi ... Tapi inikah balasannya?

"Maafkanlah aku .... Hiks maaf ibu maaaf ..." Ayumi berlutut dan memegang lutut ibunya dengan erat.

    Sang ibu hanya bisa diam menangis dan memalingkan wajahnya ke sembarang arah, ia sudah sangat kecewa sangat kecewa pada anak yang telah ia besarkan dengan susah payah.

"Bagus sekali topengnya," kata Sarah tak habis pikir.

"Nenek, apa mami baik-baik aja? Ibunya mami jahat pasti mami kesakitan,iyakan? Nenek mami dimana sekalang?" Tanya Harris dengan suara parau.

"Nenek nggak tau sayang," jawab Sarah sambil menahan tangisnya.

     Ia pikir, menantunya itu berasal dari keluarga bahagia ternyata ia salah. Ia pikir menantunya tidak pernah merasakan kesedihan, ia selalu melihat tawa dari wajah menantunya tapi siapa sangka itu adalah tawa untuk menutupi luka di hatinya.

"Sebaiknya kau katakan, dimana dia membawa istriku pergi," titah Albian dengan nada dingin.

"Mu-mung-kin ia pe-pergi ke ma-mansion Ce-Celestine," jawab Ayumi gagap karena Albian mencekik lehernya dengan kuat.

BRUKH

Ayumi terjatuh dan terbatuk-batuk sambil meraup oksigen dengan kasar, Albian langsung pergi disusul Gibran, Johan, Darus,dan Bima ayah Johan alias kakek Albian.

Liam yang baru datang bersama inti Beatless langsung menatap tajam Ayumi yang masih terduduk di lantai.

"Bawa dia ke ruang bawah tanah," titah Liam.

"TIDAK LEPASKAN AKU! LEPAAAS! IBUUU! IBUU TOLOOONGGGG!"

Ibunya menulikan pendengaran saat mendengar teriakkan Ayumi putrinya, ia sudah terlampau kecewa. Ia tak tau harus berkata apa lagi sekarang.

Naughty Mother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang