Leona tengah duduk di jendela sambil memeluk lututnya sendiri, ia memandang lurus jauh kedepannya. Hamparan bunga Daisy yang dibuatkan Arwen untuknya itu sangatlah indah dan menakjubkan.
Leona yakin, butuh waktu lama untuk membuat hamparan bunga seluas itu. Keindahan bunga itu tak ada apa-apanya dibanding --
'Gue pengen pulang.' batin Leona sendu.
Saat Arwen hendak menyuntikkan cairan obat itu ke lehernya, Leona langsung menangis dan memohon hingga membuat Arwen tidak tega. Akhirnya, Arwen tidak jadi menyuntikkan cairan itu dan langsung memeluk erat tubuh Leona.
Tapi, bukan berarti Leona bisa lolos begitu saja. Arwen mengurungnya dan memakaikan gelang pelacak ditangannya. Pemuda itu juga merantai kaki Leona agar gadis itu tak pergi jauh darinya.Kini Leona benar-benar merasakan penjara emas yang sebenarnya.
Grep!
"Apa kamu berpikir untuk meninggalkan aku?" tanya Arwen yang tengah memeluk Leona dari belakang.
Pemuda itu masuk kedalam kamar Leona dengan hati-hati, ia ingin melihat wajah senang Leona saat melihatnya. Tapi siapa sangka, saat ia masuk hal yang ia lihat pertama kali adalah wajah sedih gadisnya.
"Jawab! Apa kamu berpikir untuk meninggalkan aku sendirian?" tanya Arwen sambil mencengkram dagu Leona erat.
Leona menggeleng dengan mata yang mulai memerah menahan tangisannya.
Arwen tersenyum seraya melepaskan cengkraman tangannya pada dagu Leona, "Aku tau, kamu tidak akan pergi lagi," ujar Arwen senang.
Leona hanya bisa mengangguk pasrah sambil membalas pelukan Arwen, ia ingin sekali melawannya ia ingin menghajar wajah Arwen sampai babak belur.
Tapi kembali lagi ke awal, ia tak bisa mengambil resiko. Ia takut kalau pemuda itu menyuntikkan cairan itu saat ia lengah, ia tak mau sampai melupakan keluarganya dan orang-orang yang ia sayangi.
Ia juga tak mau sampai Arwen melakukan hal nekat dan mencelakai keluarganya, sebenarnya ia juga takut kalau Arwen akan menyakitinya.
Ayolah, Leona itu bukan manusia kebal yang tidak merasa takut dan sakit. Dia hanyalah gadis biasa yang bisa gemetar ketakutan saat berada dalam bahaya.
"Jangan menangis sayang, kita akan bahagia disini," kata Arwen sambil mengusap air mata Leona.
"Sakit," ujar Leona lirih, hati dan fisiknya terluka. Traumanya kembali, ia takut ia sangat ketakutan sekarang. Ia ingin ayahnya, ia ingin berada di pelukan ayahnya.
"Maaf, tapi aku nggak bisa lepasin ini. Aku takut kamu tinggalin aku," jawab Arwen sedih.
"Please, tolong buka rantainya, ini sakit, sakit ..., sakit."
"Kamu janji nggak akan tinggalin aku?" tanya Arwen sambil mengusap pipi Leona lembut. Leona mengangguk kecil, Arwen tersenyum lalu mengeluarkan kunci dadi sakunya.
"Maaf, aku masih nggak mau buka," sambung Arwen yang sudah membuang kunci itu entah kemana dan membuat Leona menangis.
"Sakit hiks, sakit ...," Lirih Leona sambil memegangi kakinya.
Arwen hendak memeluk tubuh Leona yang gemetar, namun gadis itu menolaknya dan menepis kasar tangan Arwen. "Jangan pegang-pegang."
"Leona, maaf-"
"Nggak mau! Hiks ..., Papaaa, sakit kaki Leo sakit."
Arwen memeluk Leona erat tak perduli dengan makian dan juga pemberontakan keras dari gadis yang ada dala pelukannya itu, merasa Leona tak tenang juga akhirnya Arwen memukul tengkuk leher Leona sampai gadis itu pingsan dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Mother [REVISI]
Humor"Semangat buat pelkosa daddy, mama galak!" "Anjing si bocil!" _______ DICARI! Laki-laki tampan, nan macho, kekar tegap berisi burungnya gede buat anak gadis saya Syarat dan ketentuan; Sabar ( Soalnya anak saya jelmaan setan), Banyak duit dan Royal...