AlBin (26). Tinggal kenangan

7.8K 753 78
                                    

  DOR!

TRANG!

  
Tubuh Albian membeku saat merasakan punggung kecil yang gemetaran menempel di punggungnya. Belum lagi suara tembakan itu, ia berbalik dengan takut-takut dan melihat apa yang terjadi.

"Le-Leona."

"Selamat."

  Leona menghadang tembakan Arwen mengunakan sebuah teflon berwarna merah muda, peluru itu bersarang di tengah teflon tersebut dan membuat Leona bernafas lega.

"Rasain panci kematian ini!"

DUAGH!

Leona memukul kepala Arwen dengan teflon tersebut sampai pemuda itu pingsan dengan kepala benjol.

Grep!

"E-eh apenih?" Tanya Leona kaget saat Albian tiba-tiba memeluknya dari belakang dengan sangat erat.

"Hiks ... Sa-saya khawatir hiks,"

"Sama, gue juga khawatir sama diri gue. Gimana nasib gue kalo nggak bisa keluar dari sini? Nanti suami gue si Taehyung, Jaemin, Chenle, Asahi sama Yeonjun jadi duda hiks ..." Jawab Leona sambil mengusap-usap tangan Albian.

"Suami kamu itu saya!" Ketus Albian sambil membalikkan tubuh Leona agar menghadap kearahnya.

"Om itu cuma selingkuhan gue, yang asli mah mereka," sahut Leona sambil memutar bola matanya malas.

"Lagian, kan om sendiri yang bilang kalo om terima pernikahan ini cuma karena Harris. Hayoo lupa ya? Atau udah jilat ludah sendiri?" Tanya Leona mengejek dengan alis naik turun.

Albian langsung gelagapan dan bergerak gelisah, "a-anu itu, itu bukan saya tapi kembaran saya ..." Elak Albian.

"Masa sih? Kayaknya kemarin om bilang gini deh, 'aku menerima perjodohan ini karena putraku bukan karena menyukai mu, jadi jangan berharap lebih' gitu deh," sahut Leona sambil memasang pose berpikir.

Albian langsung mati kutu mendengar jawaban itu, "Ng-anu ... Itu dulu saya habis keselek rudal dari Rusia," Albian mencoba membela diri.

"Tadi katanya kembarannya? Kok sekarang beda lagi sih?" Tanya Leona dengan senyum mengejek.

"Ng-anu itu-"

"Udah ah, skip!" Sela Leona yang langsung meninggalkan Albian dan menghampiri ayahnya yang sudah menunggu di lantai satu.

"Leona dengar saya dulu!" Seru Albian.

"PUTRI PAPA!" Seru Gibran senang saat melihat putrinya yang turun dari tangga dengan tertatih-tatih.

Gibran langsung memeluk Leona dan mencium pucuk kepala putri kesayangannya itu dengan sayang.

"Kamu pasti ketakutan," ujar Johan yang mengusap kepala Leona dari samping.

Leona tersenyum lalu menggeleng pelan,"Aku tau kalian pasti datang, makanya aku nggak takut." Jawab Leona senang.

"Cucu kakek!"

"Cucu mantu!"

Kedua lansia itu saling dorong dan berebut untuk memeluk Leona sampai membuat merrka yang melihat keheranan dengan tingkah mereka.

------

   Leona turun dari mobil dan langsung di bopong oleh Gibran, pak tua itu sangat khawatir melihat luka dikaki putrinya itu.

"Aku cuma keselo bukan lumpuh, astaga," ujar Leona yang tengah bersembunyi diketiak Gibran.

Sedangkan Albian tengah bersungut-sungut karena Leona tak mau didekati olehnya. Kenapa dulu dia harus mengatakan itu kalau akhirnya akan menjadi senjata makan tuan.

"Kasihan kalah sama mertua," ledek Johan.

"Diam," ketus Albian yang langsung menginjak kaki ayahnya dan berlari masuk kedalam mansion.

"Anak durhaka!" Seru Johan sambil melompat kecil memegangi kakinya.

"MAMI ONAAAA!" Panggil Harris senang, ia langsung turun dari gendongan Sarah dan menghampiri Leona yang baru masuk.

"Yo anak gue, pakabar men?" Tanya Leona sambil melambaikan tangannya.

"Hallis khawatil, lihatin Hallis sampe demam kalena khawatil," Adu Harris sambil memeluk tangan Leona.

Leona tertawa terbahak-bahak lalu mengusap-usap kepala Harris dan menyentilnya. Gibran terkekeh lalu membawa Leona duduk disofa bersama mertua dan neneknya.

"Sayang, kamu nggak apa-apa?" Tanya Sarah khawatir.

Leona mengangguk, "Sehat, masih utuh nggak ada yang kurang dan nggak ada yang hilang," jawab Leona sambil memamerkan otot tangannya.

"Mama mana? Leona nggak lihat mama?" Tanya Leona yang celingukan mencari keberadaan Ayumi sang mama.

Suasana haru seketika langsung berubah menjadi tegang, Leona menatap mereka semua bingung dan keheranan. "Kenapa? Kok pada diem?"

"Ma-"

"Mama kecelakaan waktu pulang dari kantor, dan mama meninggal ditempat."  Risa ( nenek Leona) memotong ucapan Sarah.

Tubuh Leona langsung gemetaran dengan mata memerah, "Nenek bohong kan?" Tanya Leona dengan derai air matanya.

Risa mengigit bibir bawahnya sambil menggeleng pelan, ia tak mungkin mengatakan kalau Ayumi sudah dieksekusi mati oleh anak tiri Leona.

Bagai ditimpa durian runtuh, Leona langsung pingsan dan membuat mereka semua panik dan kalang kabut.

"Leona!" Seru mereka semua panik.

"Mami!" Panggil Arcelio yang baru saja keluar dari lift.

-------

      Setelah adegan pingsan yang membuat semua orang heboh, Leona kini duduk bersimpuh didepan makam seorang wanita yang telah melahirkannya, wanita yang merencanakan pembunuhan untuknya, wanita yang mengajarkan banyak hal, wanita yang selalu menjadi cahayanya.

     Leona mengusap air matanya dengan kasar, sejahat apapun Ayumi padanya ia tidak akan pernah bisa membenci ataupun memutuskan hubungan antara ibu dan anak dengan wanita itu.

   "Kita sama-sama pulang ke rumah, bedanya aku pulang ke rumah kita dan mama pulang ke rumah Allah," ujar Leona dengan senyum miris.

  "Semoga mama bahagia disana, kalau kita ketemu lagi mama jangan lupa peluk Leo dan cium Ale kaya dulu ..." Leona menjeda kata-katanya dan menarik nafas dalam-dalam.

"Selamat ulang tahun, mama." Leona mencium nisan Ayumi dan memeluknya dengan erat.

"Ayo kita pulang, mendungnya sangat gelap dan udaranya demamin dingin," Ajak Albian sambil merangkul pundak Leona dan menggendongnya ala bridal style.

"Mami mau telur gulung? Aku bisa buat loh!" tawar Arcelio yang berjalan disamping kiri.

"Mending bubur ayam buatan, aku sama Harris," sahut Liam yang tengah menggendong Harris dan berjalan disebelah kanan Albian.

"Nasi goreng buatan saya lebih enak," ujar Albian sombong.

"HIIII!!" Liam, Arcelio dan Harris langsung bergidik ngeri saat membayangkan bentuk nasi goreng buatan Albian.

 

Naughty Mother [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang