Tempat yang kumuh dan lembab. Bau asin yang menyengat bercampur bau lembap dan rumput laut itu perlahan mengusik ketenangan tidur seseorang.
Tangannya terasa basah. Tangannya seperti berada di atas kayu yang basah.
"Sstt! Al! Al, kau sudah bangun!?"
Suara yang sangat familiar semakin mengusik tidurnya. Keningnya mengkerut ketika mendengar suara itu terus memanggil-manggil namanya yang akhirnya membuatnya terbangun.
"Al! Alerina!"
Perlahan demi perlahan, matanya terbuka. Indra penglihatannya yang buram berusaha ia fokuskan. Dan saat indra penglihatannya fokus dan jernih, pemandangan pertama yang ia lihat adalah jeruji kayu. Di depannya ada tong-tong tua yang terbuat dari kayu.
Dan saat ia menoleh ke sebelah kirinya, dirinya dikejutkan dengan keberadaan Sage yang tampak menunggunya terbangun.
"Sage! Kau selamat!" Alerina dengan girang langsung memeluk Sage erat, membuat anak laki-laki itu malah terdiam kaku. "Kau tidak apa-apa, kan?!"
Alerina melepaskan pelukannya dan langsung mengamati seluruh tubuh Sage, mencari apakah ada anggota tubuh laki-laki itu yang terluka.
Melihat Alerina yang terlihat—khawatir? Sage seketika memundurkan langkahnya. Secara tak langsung menepis tangan Alerina dari tubuhnya.
"E-eh? A-aku jelas-jelas tidak apa-apa! Memangnya aku kenapa? Lihatlah dirimu sendiri. Kau sendiri yang perlu diperhatikan!" Nada sombong nan menyebalkan Sage keluar. Dagunya ia naikkan sombong dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Benar. Saat Alerina melihat ke bawah, ia melihat tangannya terluka. Tangannya seperti tergores-gores dan lukanya memanjang. Ia yakin ini karena terjatuh ditabrak Mavi—
"Eh? Er! Mavi! Lucy—ahhh ternyata kalian disini!"
Alerina langsung bernapas lega ketika melihat ternyata ada Mavi, Er dan Lucy di sampingnya. Hanya saja, mereka belum bangun.
"Haahhh, syurkurlah! Kalian ada disini!" Helaan napas lega kembali dihembuskan anak perempuan itu.
Terlihat ketiganya tertidur dengan posisi duduk menyandar pada tembok. Mereka tampak tenang. Tidurnya tampak pulas, membuat Alerina tak berani membangunkan mereka.
"Akhh! Bajak laut jelek itu merusak jubahku!" keluh Sage dengan wajah masam, membuat Alerina langsung menaruh fokusnya ke arah jubah hitam yang dikenakan Sage.
Jubahnya robek.
"Aku bisa menjahitnya—"
"Kau pikir ini seperti baju biasa? Ini adalah jubah terbang! Tidak bisa diperbaiki hanya dengan dijahit dasar, bodoh!" umpat Sage di akhir karena moodnya sangat buruk. Jubah kesayangannya kini telah rusak.
Jubah itu sepertinya sudah tidak bisa diperbaiki menggunakan kekuatan magis. Karena robekannya cukup parah. Jubahnya yang biasanya sampai ke mata kakinya, kini hanya sepantaran dengan bokongnya.
Yap, terpotong setengah.
Alerina mengerucutkan dirinya ketika Sage mengatainya bodoh. "Ya—aku mana tau—"
"Jangan memaki perempuan."
Tiba-tiba celetukan seseorang terdengar. Sontak Alerina dan Sage berbalik, dilihatnya Er berbicara namun kedua matanya masih tertutup. Seperti pemuda itu malas untuk membuka mata.
"Er! Kau sudah sadar!" Alerina langsung mendekati Er. Gadis itu langsung duduk di samping Er, membantu pemuda itu agar duduk tegak.
"Akhh." Er meringis, merasakan sakit pada sekujur tubuhnya karena ia menghantam tanah sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...