Bunyi desiran di pinggir pantai terdengar. Pasir-pasir putih pulau Paprilla membentuk beberapa jejak-jejak kaki di sana.
Di pinggir pulau Paprilla, enam orang yang baru saja berenang di lautan melangkahkan kaki mereka di daratan. Seluruh tubuh kelimanya basah kuyup.
Dengan gelembung udara yang sudah pecah, Cyrus dan Er berjalan tertatih-tatih ke pesisir pantai karena baju mereka yang terasa sangat berat. Mereka berenam kemudian duduk di pasir pantai.
Cuaca yang terik membuat mereka berteduh, masuk agak ke dalam untuk berteduh di bawah pepohonan pulau paprilla. Siang ini sangat panas, membuat mata mereka silau.
Tak jauh dari tempat mereka beristirahat, kapal Forestone terparkir begitu gagah di pulau Paprilla.
Namun, baru saja duduk tenang, mencoba untuk beristirahat sejenak karena lelah berenang ke mari, tiba-tiba sebuah guncangan terasa, membuat mereka spontan berdiri dan terhuyung.
Froze dan Er spontan memegangi Alerina yang nyaris terhuyung masuk ke lautan karena kekurangan keseimbangan. Demetrius dan Valir spontan bertahan dengan cara memegangi tubuh Cyrus yang lebih besar dari mereka.
"Ada apa ini!?" tanya Alerina dengan tubuh terhuyung-huyung karena guncangan tersebut. Tubuhnya yang kurus nan mungil ditahan oleh Froze dan Er.
"Gempa!?" seru Cyrus dan Valir bersamaan.
Anak berambut merah terang itu terlihat ketakutan sembari memegangi baju Cyrus erat-erat. Begitupun juga dengan Demetrius.
Mereka semua terlihat panik.
Mendengar kata gempa keluar dari mulut Valir, Alerina dan Demetrius spontan menutup kepala dengan tangan, takut sesuatu menimpa kepala mereka.
"Tidak! Ini bukan gempa! Aku yakin bajak laut itu membuat Aprilla marah!" jawab Er lantang, berusaha menahan tubuh Alerina yang terhuyung-huyung.
Setelah jawaban Er itu, guncangan itu tiba-tiba berhenti, membuat jantung mereka yang hampir lepas itu menghela lega.
"B-bagaimana kau bisa tau!" tanya Demetrius dengan suara lirih dan gagap. Bibirnya yang ranum beberapa detik lalu kini pucah pasih.
"Pulau Paprilla tidak pernah gempa. Gempa tidak akan pernah berhasil mengguncang pulau ini karena pulau ini mempunyai sihir. Tidak kah kalian ingat? Aprilla adalah setengah penyihir juga setengah iblis!" jelas Er dengan cepat dan detak jantung yang berdegup kencang karena panik.
DUK DUK DUK
Bunyi suara langkah kaki yang ramai dan berat terdengar. Bunyi ranting-ranting dan dedaunan kering yang terinjak di telinga mereka, membuat Cyrus waspada dan langsung menarik anak kecil-anak kecil itu untuk segera bersembunyi.
Mereka bersembunyi di balik bebatuan. Batu besar normal pada umumnya.
Tak lama kemudian, dilihatnya sekelompok anak buah Forestone terlihat keluar dari pulau Paprilla, menaiki kapal tua besar itu dan terlihat keluar dari kapal membawa sebuah batu diamond pink yang sangat besar, dengan dibantu dengan sebuah benda beroda.
Melihat itu, mata Er dan Cyrus berbinar. Binaran yang sangat terang terpancar di kedua mata laki-laki itu.
"Aurora Liv," gumam Er dan Cyrus kagum melihat batu yang sangat dilindungi oleh Aprilla.
Froze mengerutkan kening ketika Er dan Cyrus menggumamkan sebuah nama yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. "Nama apa itu? Aku belum pernah mendengarnya."
"Sama, aku juga," jawab Valir fokus menatap batu yang dibawa secara hati-hati itu.
"Aku pun," sambung Demetrius penasaran dengan batu yang sangat cantik nan besar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...