"Lowi? Kau benar Lowi, kan? Dimana adikku? Dimana Alerina?!"
Jasver tiba-tiba muncul entah darimana bersama seorang wanita tua. Sorin.
"B-bibi? K-kak Jasver?" gumam Lucy tak percaya melihat kehadiran Jasver yang tak disangka-sangka.
Mavi mengerutkan kening. Dirinya memasang badan untuk adiknya. "Ada apa? Siapa ini, Cy?"
Jasver menaikkan sebelah alisnya. Memiringkan kepalanya pelan. "Cy?"
Tiba-tiba sebuah cahaya putih muncul di ujung dermaga. Cahaya yang sangat menyilaukan mata, membuat mereka semua spontan menutup mata.
"LOWI! AKU KEMBALI! AKU KEMBALI LOWI! KAMI KEMBALI!"
Sebuah pelukan hangat langsung menyapa Lucy erat. Wangi permen yang sangat soft tercium begitu Alerina memeluk Lucy.
"ALERINA!" Lucy membalas pelukan gadis itu dengan perasaan yang sangat bahagia. Hatinya berdebar kencang karena senang. Matanya mendadak terasa panas dan tanpa gadis itu sadari, air matanya jatuh ke pipinya.
Mereka datang. Mereka kembali.
Di dalam portal itu, Sage tersenyum lebar dengan sapu di genggamannya. Valir langsung berlari memeluk Demetrius. Sedangkan Er berjalan perlahan melangkah keluar dari portal tersebut dengan Froze yang tertidur di punggungnya.
Mavi langsung memeluk Er erat, membuat pemuda itu hanya bisa tersenyum tanpa membalas pelukan Mavi.
"Er! Kau kembali, Bung!" kata Mavi bahagia sembari memeluk Er erat-erat. Pemuda itu kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Froze yang tak sadarkan diri. "Apa yang terjadi dengan Froze?!"
Er tersenyum hangat. "Ia meledakkan kekuatannya, kurasa. Jangan bangunkan dia, dia perlu istirahat," peringat Er ketika Demetrius datang dan berniat untuk memeluk Er dan Froze.
"S-sorin, t-tolong katakan aku sedang berhalusinasi."
Suara seorang laki-laki yang terbata-bata menghancurkan momen mereka. Mereka semua sontak membalikkan badan ke belakang, dilihatnya laki-laki dengan kantung mata hitam nan besar menatap mereka dengan wajah pucat.
"KAK JASVER!" Alerina langsung berlari memeluk Jasver, namun, bukannya balas memeluk, Jasver hanya diam di tempat dengan pandangan mata terfokus pada sayap-sayap peri yang berkibar.
"Sorin, aku berhalusinasi, kan? Ahaha, ini akibatnya tidak tidur selama tiga hari." Jasver memijit batang hidungnya, mengusap kedua matanya beberapa kali, berharap sayap itu hanya halusinasi belaka.
"Kak Jasver? Ada apa?" Alerina mendongakkan kepalanya, bertanya kepada sang kakak.
"Tunggu, Al. Kenapa sayap itu tidak hilang juga? Katakan bahwa aku sedang bermimpi sekarang." Mata hitamnya terfokus menatap Lowi yang tampak kebingungan. Namun, ia lebih memfokuskan pandangannya ke arah sayap kuning transparan milik Lowi. "S-sejak kapan dia mempunyai sayap? Saat aku tiba di sini aku tidak melihat dia memiliki sayap—S-SORIN! K-KAU MEMILIKI SAYAP JUGA—"
"Jasver, tenang—"
"APAKAH AKU SUDAH GILA SEKARANG?! APA AKU BERMIMPI? AL! APA KAU PUNYA SAYAP JUGA—"
"Kak Jasver, mereka adalah peri—"
"APA? PERI?!"
Setelah mengatakan itu, perwira itu seketika ambruk ke tanah, membuat mereka semua mendekati Jasver dengan cepat. Alerina mengguncang-guncangkan tubuh sang kakak, namun Jasver tak kunjung sadarkan diri.
Mereka semua berdiri mengelilingi Jasver, berusaha untuk membangunkan pemuda itu, terkecuali penyihir yang sedaritadi berdebat dengan sapunya.
"Tuh, sana! Ambil kesempatan! Dekati Kakaknya agar dia merestuimu!"
"Apa kau bilang!?"
"Itu cara agar kau mendapatkan gadis yang kau suka, dasar penyihir kecil penuh gengsi—"
"Apa? Sage menyukai seseorang? Siapa?" Tiba-tiba seorang laki-laki berjubah hitam turun dari sapu terbangnya, membuat kedua mata Sage membulat terkejut. Ia langsung melempar Tuan Poh ke sembarang arah.
"T-tidak, Hanzo! Aku tidak menyukai siapa-siapa!" balas Sage cepat dengan nada panik.
Ia semakin panik ketika Tuan Poh terbang di udara, mengelilinginya dan temannya, Hanzo.
Hanzo menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum jahil. "Apakah benar? TUAN POH, SIAPA GADIS YANG DISUKAI OLEH SAGE!?"
Hanzo berteriak kencang, mendongakkan kepalanya ke atas, berusaha berkomunikasi dengan Tuan Poh yang terbang di atas kepalanya.
Sage sontak membulatkan matanya dan melompat-lompat untuk mengambil Tuan Poh, sebelum sapu tua itu membocorkan rahasia besarnya.
"TUAN POH! KAU SUDAH BERJANJI—"
"Gadis berambut cokelat lurus di sana, yang kata Sage, wajahnya sangat imut—"
"TUAN POH!" teriak Sage geram. Pipinya merah seperti buah tomat sekarang. Ditambah lagi karena teriakannya, teman-temannya yang tadinya sedang berusaha membangunkan Jasver pun langsung menoleh ke arah Sage.
"Ada apa?" tanya Mavi, kemudian berdiri tegak berjalan ke arah Sage yang terus mengumpati Tuan Poh.
Sedangkan Hanzo, laki-laki itu mencuri-curi perhatian ke arah teman-teman Sage. Hanya ada dua gadis di sana. Satunya berambut hitam bergelombang dan satunya lagi gadis berambut cokelat lurus.
"Ohh apakah yang itu, Tuan Poh?" kata Hanzo sembari menatap Alerina yang menatapnya bingung.
Mavi yang bingung pun mengikuti arah pandang Hanzo. Peri bunga itu kemudian mengerutkan keningnya ketika tatapannya mengarah kepada Lucy dan Alerina.
"Apa? Kenapa kau menatap Adikku?" tanya Mavi dengan nada tegas.
"Apa? Adikmu? Gadis berambut cokelat lurus itu—mmphhh!!"
"DIAMLAH BODOH! AKU AKAN MEMBAKARMU JIKA KAU MENGELUARKAN SEPATAH KATA LAGI!" Sage membekap mulut Hanzo, mengancamnya dengan meletakkan tongkat sihirnya ke leher pemuda itu.
"Eh? Hanzo? Apa yang kau lakukan di sini?" Demetrius menyembulkan kepalanya dan bertanya ketika menyadari bahwa yang sedaritadi ribut adalah dua penyihir itu.
Hanzo langsung melepaskan bekapan Sage. "Eh? Demetrius? Kau semakin tampan ya. Omong-omong, aku kemari karena tak dapat menemukan Sage di rumah. Ibu Sage bilang, mungkin Sage main ke mari."
Demetrius pun mengangguk paham, kemudian mereka semua kembali menaruh atensi ke arah Jasver yang masih terbaring tak sadarkan diri di tanah.
"Eh? Kenapa dia?" Hanzo menyembulkan kepalanya untuk melihat keadaan Jasver.
"Pingsan," jawab Valir seadanya.
"Ayo, bawa ke rumahku," usul Mavi dan diangguki oleh mereka semua.
Mavi, Lucy, dan Valir mulai terbang di atas Jasver, mengepak-ngepakkan sayap mereka sehingga menjatuhkan serbuk-serbuk peri ke tubuh Jasver yang tak sadarkan diri.
Sementara itu, Hanzo menepuk-nepuk bahu Alerina yang sedang menonton kakaknya yang tak sadarkan diri, sontak gadis itu langsung berbalik, mendapati anak laki-laki yang hampir sama tinggi dengannya berada di belakangnya.
"Hey, Sage menitipkan salam kepadamu—"
"SINI KAU HANZO! AKU AKAN MEMBUNUHMU!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Novela JuvenilBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...