"Maksudku seperti kami. Mavi, dia adalah peri bunga. Valir adalah peri api, ia mempunyai kekuatan api—tidak perlu kujelaskan kan tentang Valir? Karena aku yakin kau paham karena tanganmu baru saja terbakar karenanya. Demetrius adalah Duyung. Air mata dan suaranya bisa menyembuhkan apapun, terkadang air mata duyung bisa berubah menjadi berlian. Aku punya kekuatan untuk membekukan sesuatu. Sage, dia adalah penyihir. Er yang mempunyai kekuatan angin. Lalu, apa kekuatanmu—"
"APA! KAU ADALAH DUYUNG!" Mata Alerina membulat, memotong ucapan pangeran Froze itu dan langsung menatap Demetrius yang juga sama terkejutnya mendengar teriakan Alerina.
Mata Alerina membulat sempurna. Tatapan terkejut sekaligus kagum bercampur, menatap wajah Demetrius yang sangat menawan.
Matanya seperti rubah, sipit namun tajam. Wajahnya benar-benar mulus, tak ada jerawat sedikitpun. Wajahnya juga putih dan ada rona merah pada pipinya. Benar-benar cantik. Hidungnya runcing bagai sebuah pensil yang baru sudah diraut. Giginya rapi dan putih. Rambutnya hitam legam dan sehat. Wajahnya saat datar terlihat menakutkan, seperti seorang rubah yang ingin menerkam, namun saat pemuda itu tersenyum, wajahnya terlihat sangat menawan, ramah dan lucu disaat yang bersamaan.
Demetrius, duyung yang sangat menawan.
Demetrius yang terkejut pun menjawab dengan ragu. "I-iya. A-aku adalah duyung. Kenapa kau sangat terkejut?" tanyanya dengan wajah terkejut juga bingung.
Alerina makin menunjukkan binaran kagum pada matanya. Manik cokelatnya yang besar itu terlihat seperti boneka yang lucu di mata Demetrius.
Gadis itu terdiam selama beberapa detik, membuat keadaan hening dan membuat mereka semua terheran-heran, terkecuali Mavi dan Valir.
Namun, beberapa detik kemudian, Alerina langsung berlari cepat ke arah Demetrius. Gadis itu langsung menarik tangan Demetrius antusias, tanpa izin, membuat Demetrius hanya menerima tangannya dijabat dan tersenyum ragu.
"Wahhh! Aku sangat menyukai duyung! Aku sangat senang bertemu denganmu! Tadi aku bertemu peri, dan sekarang duyung!! Wahh aku sangat senang sampai jantungku seperti ingin lepas untuk melihatmu juga!"
Alerina terus berbicara dengan sangat antusias dengan tangan yang terus menjabat tangan putih mulus Demetrius.
Mavi dan Valir hanya tertawa pelan melihat Alerina yang begitu antusias. Sedangkan sisanya, hanya menatap Alerina kebingungan.
"Hey, hey. Jangan terlalu keras mengayunkan tanganku, aku sudah cukup lama di daratan–"
Alerina tak menggubris. Ia tetap mengayun-ayunkan tangan Demetrius yang sedang ia jabat itu dengan sangat bahagia.
Froze yang sedaritadi terdiam bingung menatap tingkah Alerina pun mulai memajukan langkahnya saat mendengar ucapan Demetrius.
"Hey, lepaskan tangannya. Kulitnya akan mengelupas—"
"AAAAAA!!"
Dan benar saja. Tanpa sepengetahuan Alerina, kulit Demetrius ternyata sangat kering. Guncangan jabatan tangan yang Alerina berikan membuat kulit-kulit pada tangan Demetrius terlihat retak dan sedikit mengelupas.
Alerina berteriak kaget ketika melihat kondisi tangan Demetrius. Tangannya benar-benar sangat kering.
Demetrius yang melihat itu hanya terdiam dan menghembuskan napas pasrah.
"Kan, aku sudah bilang."
•••
"Ohh, jadi kau seorang manusia?"
Itu adalah ucapan Demetrius ketika Mavi dan Valir menjelaskan asal-usul Alerina yang merupakan manusia. Klan yang tidak memiliki kekuatan apapun.
Sekarang mereka berada di lautan untuk menemani Demetrius berendam setelah seharian berada di daratan.
Mata Alerina tak berhenti menatap kagum kepada Demetrius. Mulutnya tak pernah berhenti mengucapkan kekagumannya pada makhluk yang diyakininya sebagai mitos belaka.
Matanya tak berkedip barang sedikitpun. Mulutnya tak tertutup barang sekali pun ketika melihat ekor hijau bersisik menyerupai ekor ikan pada kaki Demetrius. Jemari-jemarinya memiliki selaput yang begitu licin—seperti slime. Telinganya ikut berubah menyerupai ikan. Dan terakhir, matanya yang hitam pun berubah menjadi hijau saat di lautan.
Sisiknya terlihat begitu keren. Mengkilat.
Badan Demetrius kali ini tampak gagah. Bahunya begitu lebar. Berbeda dengan tadi yang tertutup dengan baju musim salju milik Froze. Perutnya rata dan mulus.
Tidak lupa dengan kulitnya yang putih dan tampak sehat. Kulitnya benar-benar tampak sehat. Berbeda dengan kulit yang ada di daratan.
Benar-benar beda.
Dan satu hal lagi. Demetrius tampak sangat menawan saat menjadi duyung. Ia tampak sangat bersinar ketika berada di lautan. Benar-benar bersinar.
Sesekali Demetrius melompat melengkung seperti lumba-lumba, ingin memamerkannya kepada Alerina yang sedaritadi tak berhenti menatapnya kagum. Dan tiap kali melompat, wajahnya tersenyum bangga—alias tengil.
Lompatannya yang indah membuat air-air memercik ke arah mereka semua. Semuanya langsung meneriaki Demetrius, terkecuali Alerina yang hanya diam dengan kekagumannya.
"Hey! Berhentilah melompat seperti itu!" tegur Sage dan ikut dilanjutkan oleh Valir.
"Iya! Benar itu! Sangat memuakkan! Sudah lebih sepuluh kali kau melompat seperti ini! Berhentilah! Aku tau kau adalah duyung! Jadi berhenti!" ucap Valir sambil mengusap percikan air pada wajahnya akibat lompatan Demetrius tadi.
Mereka duduk di sebuah Dermaga, namun hanya sejengkal dari air.
Er yang dari tadi hanya diam dengan tatapan sinisnya, berusaha untuk sabar dengan tingkah Demetrius kini ikut mengusap wajahnya yang terkena percikan air dan menatap Demetrius dengan tatapan maut.
Sedangkan yang ditatap tak memedulikan itu dan kembali menyelam ke bawah.
"Kenapa dia jadi seperti ini? Perasaan kemarin-kemarin tidak begini," cibir Er kesal sambil terus mengusap wajahnya kasar, sebelum akhirnya mengumpat pelan.
Mavi yang hapal dengan tingkah Demetrius pun tertawa pelan. "Biasa, karena ada perempuan—"
"Ohh ternyata kau hanya cari perhatian, yaa," kata Er lagi masih dengan wajah penuh kekesalan.
Tiba-tiba Demetrius kembali muncul ke permukaan dengan wajah yang bersinar, namun keningnya tertekuk seperti orang tidak terima.
Tangan Demetrius dilipat di depan dada. "Hey, aku tidak mencari perhatian!"
"Lalu? Apa yang kau lakukan? Melompat terus sedaritadi, seperti memamerkan—"
"Sudahlah, Er. Kau juga seperti itu saat ada Lucy," Froze menceletuk.
Namun, celetukannya membuat keadaan mendadak hening dan kemudian menjadi atmosfer di sekitar mereka mendadak menjadi mencekam.
Demetrius langsung diam di tempat ketika mendengar celetukan Froze. Ekornya yang sedaritadi bergerak kesana-kemarin pun terdiam. Mavi yang tadinya tertawa pelan, langsung menghilangkan senyumannya.
Froze baru tersadar dengan apa yang baru saja ia katakan. Seketika ia merutuki ucapannya karena telah menghancurkan suasana.
Aura di sekitar sana telah berubah menjadi dingin. Keadaan disana mendadak menjadi mencekam. Semuanya tampak murung, terkecuali gadis yang sedaritadi berjongkok di ujung Dermaga memainkan air dan menonton pertunjukan Demetrius.
Alerina.
"Lucy? Wahh apakah dia seorang peri!? Asikk, aku punya teman lagii!"
hayoo tebak siapa Lucy👀di chapter selanjutnya aku bakalan kasi liat visual-visual mereka atau kalian mau tebak?
But—see you kamis depan🥳💗

KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Ficção AdolescenteBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...