"Akhh!"
Suara erangan dan ringisan terdengar, bersamaan dengan suara benturan yang cukup keras. Alerina, Lucy, Mavi, Er dan Sage dilempar secara paksa masuk ke dalam penjara kapal lagi. Tempat di mana mereka pertama terbangun.
Tempat yang begitu kumuh seperti kandang kuda, karena ada sedikit jerami berceceran di lantai kayu penjara kapal tersebut. Kayu lantai pada penjara itu sangat lembab, karena penjara ini berada di paling bawah kapal. Baunya asin bercampur dengan bau kayu tua yang lembab. Tidak mengenakkan pokoknya.
"Akhh! Lenganku!" Mavi meringis sembari memegangi lengannya yang terluka. Lengan itu jatuh duluan menimpa lantai kayu. Membuat sensasi sakit yang membengkakkan sekaligus rasa nyeri dan perih pada lengannya.
Lucy dengan sigap menghampiri Mavi—kakaknya, memegang kedua bahu Mavi yang lemah karena kesakitan. "Kakak!"
Bisa Alerina lihat seberapa khawatir Lowi—maksudnya Lucy saat ini melihat kondisi Mavi yang tidak bisa ditolong. Gadis berambut hitam bergelombang itu meringis dan memandangi Mavi dengan tatapan sendu. Bagaimana ini? Ia tidak bisa menolong Mavi.
"Tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku. Aku senang karena kau tidak kenapa-kenapa," kata Mavi saat menyadari raut wajah sedih Lucy. Mavi tersenyum, seperti mengatakan kepada Lucy bahwa ini bukanlah apa-apa. Kemudian tangannya beralih mengusap pelan rambut bergelombangnya.
"Mavi, Lucy, bisakah kalian memberiku serbuk peri?" Alerina tiba-tiba menceletuk di saat suasana haru itu.
Sontak mereka semua menaruh atensi pada gadis berambut cokelat lurus itu.
"Untuk apa, Al?" tanya Lucy dengan suaranya yang sangat lembut. Suaranya benar-benar lembut.
"Kenapa kita tidak terbang saja? Maksudku, aku baru memikirkan hal ini. Aku dan Sage tidak bisa terbang, kalian bisa memberiku serbuk peri. Lalu, aku akan membawa Er bersamaku—"
"Mustahil," jawab Er cepat. Ia putus asa. Ia putus asa karena satu sayapnya tidak berfungsi. Alias tidak dapat digerakkan.
"Dengarkan aku dulu. Er, lalu kau dorong pintu itu," Alerina menunjuk pintu yang tersambung ke lantai atas kapal, atau ke tempat terbuka kapal Forestone. "Kau dorong pintu itu menggunakan kekuatan anginmu—"
"Dia tidak bisa melakukan itu, Al," celetuk Lucy dengan wajah yang terlihat sedih. "Kekuatan peri ada pada sayapnya. Mustahil bagi Er mengeluarkan kekuatannya di saat satu sayapnya tidak berfungsi. Mungkin saja bisa, tapi hanya beberapa persen dari kekuatannya saja."
Alerina terdiam. Mendadak ia merasa bersalah kepada Er. Ia tidak tau bahwa kekuatan peri ada pada sayapnya. Er pasti sangat sedih saat ini. Kentara dari wajahnya yang terlihat putus asa.
Alerina mencoba mencari alternatif lain. "Bagaimana kalau Sage saja yang mengahancurkan pintu—"
Sage langsung mengeluarkan tongkatnya yang telah terbelah menjadi dua. "Kau lupa? Bajak laut bau itu mematahkan tongkatku!"
Tau Sage akan mengatakan itu, Alerina mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah benda berbentuk bulat yang dapat merekatkan tongkat sihir milik Sage. Selotip.
"Kau bisa mencoba memperbaiki tongkatmu dengan ini. Aku mengambilnya tadi dari peralatan mereka," katanya bangga, namun tidak dengan raut wajah Sage.
Pemuda itu mengerutkan keningnya dengan sebelah alis hitam tebalnya yang terangkat. "Apakah kau bodoh? Ini bukan tongkat mainan, Al. Mana bisa diperbaiki hanya dengan direkatkan seperti itu—"
"Coba saja! Kemarikan tongkatmu! Aku akan mencoba memperbaikinya. Di film yang aku tonton, mereka merekatkan tongkat sihir menggunakan ini—nahh sudah. Coba kau ucapkan satu mantra saja—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Fiksi RemajaBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...