Lautan biru yang luas. Lautan biru yang gelap dan tenang, siapa sangka di bawah sana—makhluk air hidup dengan tentram. Makhluk-makhluk yang menyerupai manusia namun memiliki ekor ikan berenang kesana-kemari tanpa arah. Ubur-ubur yang biasanya Alerina ketahui berwarna pink, biru dan transparan ternyata lebih dari itu. Ada ubur-ubur berwarna hologram. Sangat mengagumkan.
Ekornya yang telah berubah menjadi ekor ikan itu tampak mendayung-dayung tenang, dengan mata yang menatap sekelilingnya dengan binaran di matanya. Ia benar-benar kagum.
Kehidupan di laut tidak semenyeramkan saat ia berada di dunia manusia.
Alerina bisa melihat berbagai macam ikan, kepiting, cumi-cumi, ubur-ubur, dan makhluk air lainnya. Ini sangat mengagumkan.
"Al, berhenti lah membuka mulutmu seperti itu. Kau ini membuatku malu," tegur Demetrius yang ternyata malu karena wajah Alerina tampak seperti orang bodoh dan membuat duyung-duyung melihat ke arah mereka dengan tatapan tak biasa.
Alerina mendengar itu seketika menutup mulutnya dan menatap Demetrius dengan bibir mengerucut. "Apa salahnya sih aku senang? Kau ini sama saja seperti Sage! Tidak bisa melihatku senang!"
Demetrius hanya menggelengkan kepalanya dan menghela napas pelan, membuat gelembung-gelembung udara muncul dari hidungnya.
Omong-omong, mereka berempat—Alerina, Demetrius, Froze dan Valir sudah berubah menjadi duyung karena sebuah tanaman yang menyerupai rumput laut. Demetrius memetiknya di dekat Dermaga, kemudian memberikan kepada mereka bertiga. Tentu saja Demetrius tidak membutuhkannya. Ia adalah duyung sejati.
"Mereka ke arah mana, Jadeed?" tanya Valir yang terus berenang dengan ekor duyung hijaunya.
Mereka dikawal dan dituntun oleh kawanan kuda laut, karena kuda laut yang tau kemana arah para bajak laut itu.
Ketua kuda laut yang telah diberi kepercayaan oleh keluarga Demetrius itu menjawab tanpa menoleh sedikitpun. Mereka fokus menuntun.
"Ikuti saja aku, Tuan," jawab Jadeed membuat Valir sedikit berdeham.
Ini sudah sekitar dua setengah jam mereka berenang, namun tak kunjung sampai. Wajar. Lautan memang luas dan selalu jauh. Tiga puluh menit lagi waktu mereka akan habis menjadi duyung.
"Kau tidak lelah?" tanya Froze yang berada di samping Alerina. Demetrius dan Valir berada di depan mereka, sedangkan para kuda laut itu berada paling depan—tepat di depan Demetrius dan Valir.
Alerina menggeleng pelan, membuat rambutnya melayang sedikit ke atas, memperlihatkan telinga duyungnya yang mirip seperti telinga siren. Panjang dan berlendir.
"Sama sekali tidak! Ini sungguh menakjubkan!" katanya riang dengan senyuman sumringah terukir di wajahnya.
Froze yang melihat itu hanya tertawa pelan. "Selain cerewet seperti kata Sage, kau juga kuat ya."
"Heyy, aku ini tidak cerewet, ya!"
Froze—anak berambut putih itu kembali tertawa pelan. "Lalu? Kau apa?"
"Hanya banyak bicara saja! Bukan cerewet! Ingat itu!" katanya final, tidak terima dirinya dicap sebagai anak yang cerewet.
Froze hanya tertawa pelan, menampilkan sederet giginya yang rapi dan putih. Juga, Alerina baru menyadari bahwa Froze punya taring! Seperti vampire!
"Kenapa banyak sekali orang yang bilang aku ini cerewet, sih? Padahal kan tidak sama sekali," Alerina mulai bercerita.
Demetrius yang mendengar itu sontak menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Alerina dengan arti tatapan seperti 'are you serious?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Fae Circle
Teen FictionBerawal dari mencari sebuah jamur melingkar saat sedang melaksanakan perkemahan, yang konon katanya merupakan jalur masuknya para peri ke dunia mereka. Alerina, gadis yang sama sekali tidak mempercayai mitos itu tiba-tiba masuk ke dalam dunia peri...