18. the five boys

382 65 0
                                        

"Mereka memotong sayapku."

Ucapan Cyrus itu seketika membuat mereka semua terdiam kaku. Senyuman hangat Cyrus masih ia perlihatkan, membuat mereka seketika merinding sekaligus merasa iba.

Cyrus semakin tersenyum lebar. Mavi dan Er tau, laki-laki itu sedang menyembunyikan kesedihannya.

"Heyy, tidak usah sedih begitu. Aku tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa sekarang hidup tanpa sayap—"

Mendadak wajah Lucy murung dan pucat. Bagaimana jika sayapnya dipotong juga?

Cyrus tersenyum kepada Lucy yang tampak ketakutan. "Tidak apa-apa. Mereka tidak akan memotong sayapmu jika kau tidak bertingkah sepertiku. Wajar mereka memotong sayapku karena aku terus terbang, menendang mereka dan membebaskan temanku—"

Seketika Cyrus menghentikkan ucapannya ketika sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. Er, Mavi, Sage dan Alerina mengerutkan kening ketika mendengar Cyrus tidak jadi melanjutkan ucapannya.

"Kau ditangkap bersama temanmu? Kau membebaskannya tapi kau sendiri sampai saat ini belum bebas!? Bahkan sayapmu terpotong!" kata Alerina iba dan heboh. Bagaimana bisa pemuda ini tidak menyimpan dendam dan masih bisa berbicara dengan lembut.

Cyrus tersenyum. Senyumannya begitu hangat dan manis. "Tidak apa. Lupakan saja apa yang baru saja aku katakan, oke—"

TUKK

"Awww!"

Sebuah apel kembali jatuh. Kali ini jatuh tepat di kepala Alerina, membuat gadis itu seketika mengaduh kesakitan sembari memegang kepalanya.

"Pfftt!" Sage tak sengaja tertawa, membuat gadis berambut cokelat terang itu langsung menatapnya tajam. Sage menaikkan sebelah alisnya dan merubah wajahnya datar. "Apa?"

"Kau kan yang melempar apel ini ke kepalaku!" katanya marah dengan suaranya yang cempreng. Alerina menggenggam apel ranum itu dan menunjukkannya kepada Sage dengan mata melotot.

"Enak saja! Apel itu jatuh sendiri, tau!" balas Sage tak terima dituduh.

Sontak Alerina makin menatap Sage tajam dengan apel yang semakin ia genggam begitu kuat. Ia sontak mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat pohon apel tersebut. Kemudian ia kembali menunduk dan berusaha melupakan apel yang jatuh ke kepalanya tadi.

Alerina akhirnya memfokuskan pandangannya ke arah bajak laut yang dengan heboh mengambil berbagai macam buah. Mereka seperti orang kelaparan yang baru saja melihat makanan.

Lihatlah wajah girang mereka semua. Mulut para bajak laut itu berair dengan mata berbinar seperti sedang melihat harta karun.

Namun, disaat ia sedang fokus menonton, tiba-tiba ia kembali merasakan ada sesuatu yang jatuh ke kepalanya. Dengan cepat ia menoleh ke arah Sage dengan raut wajah marah.

Namun Sage yang juga sedang menonton para bajak laut itu menoleh ke arah Alerina dengan sebelah alis hitam legamnya yang terangkat.

"Apa?"

"Berhentilah menggangguku, dasar penyihir menyebalkan!" katanya sambil melempar balik ranting kayu yang sudah dipatahkan menjadi bagian yang sangat kecil ke arah Sage.

"Apa maksudmu!" Sage memejamkan matanya ketika Alerina melempar ranting kayu kecil itu ke wajahnya. "Jangan membuatku kesal, ya! Jika saja tongkatku tidak patah, aku akan merubahmu menjadi sapu!"

"Pfft! Jadi sapu katanya."

Tiba-tiba suara yang sangat asing menyahut pelan, membuat Alerina dan Sage yang sedang berdebat itu seketika terdiam dan memandang satu sama lain bingung.

Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang